2022, Investasi Gerai Hypermarket Bangkit dari Mati Suri

Kementerian Perdagangan mengungkapkan sejumlah pelaku usaha ritel format besar—seperti hypermarket dan department store—telah melaporkan soal rencana ekspansi pada 2022. Namun, masih ada sejumlah penghambat dalam merealisasikan rencana tersebut. Apa saja?

Tim Redaksi

19 Nov 2021 - 12.57
A-
A+
2022, Investasi Gerai Hypermarket Bangkit dari Mati Suri

Gerai hypermarket milik PT Trans Retail Indonesia/Bisnis

Bisnis, JAKARTA — Tahun depan berpeluang menjadi momentum kembalinya geliat investasi ritel modern format besar. Akan tetapi, rencana ekspansi pada 2022 tersebut masih terhalang oleh belum pastinya rencana revisi Permendag No. 23/2021.

Kementerian Perdagangan mengungkapkan sejumlah pelaku usaha ritel format besar telah melaporkan soal rencana ekspansi pada 2022.

Bagaimanapun, Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan (Kemendag) Nina Mora mengatakan realisasi rencana investasi akan ditentukan setelah ada kepastian hukum, menyusul rencana revisi Permendag No. 23/2021 tentang Pedoman Pengembangan, Penataan, dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan.

"Kaitannya dengan rencana investasi dan ekspansi peritel besar, beberapa pelaku usaha telah melaporkan akan melakukan ekspansi," tuturnya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (18/11/2021).

Nina mengonfirmasi pemerintah memang berencana merevisi beleid tersebut setelah peritel menyuarakan kendala soal ketentuan waralaba toko baru.

Dalam beleid yang mencabut Permendag No. 70/2013 itu, peritel hanya diizinkan memiliki maksimal 150 gerai milik sendiri. Sementara itu, setiap gerai tambahan setelahnya harus diwaralabakan.

"Namun, para pelaku usaha juga masih menunggu sampai dengan rancangan Permendag No. 23/2021 final dan disahkan pemerintah," tambahnya.

Ritel modern format besar seperti pasar swalayan (supermarket), toserba (department store), dan hypermarket menjadi lini usaha yang kesulitan merealisasikan ketentuan ini. Jenis usaha toko format besar dia sebut tidak dikonsepkan untuk diwaralabakan.

Ritel modern format besar juga memerlukan investasi besar untuk pembukaan setiap gerai baru. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengusaha soal minat penerima waralaba.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey sebelumnya mengatakan banyak perusahaan yang belum mengambil keputusan investasi dan ekspansi pada 2022, terlepas dari prospek pasar yang jauh lebih baik.

“Banyak peritel masih mengobservasi perkembangan pandemi. Setelah melalui observasi dan melihat seberapa landai kasus, mungkin kami akan mulai akselerasi meski belum ada keputusan. Kami masih menunggu, apalagi pemerintah memberi warning soal risiko gelombang baru karena aktivitas di kuartal IV/2021,” kata Roy.

Keputusan soal belanja modal untuk ekspansi pada 2022, kata Roy, bakal ditentukan oleh kondisi pada pengujung 2021 dan kuartal I/2022.

Situasi ekonomi dan pandemi dalam periode ini dia sebut akan menentukan keputusan bisnis yang diambil perusahaan, terlebih dengan fakta bahwa kuartal II/2022 bertepatan dengan festive season.

“Ekspansi sangat tergantung bagaimana kita melewati kuartal IV/2021. Meski beberapa sudah menyusun rencana bisnis terbaik,” katanya.

Bagaimanapun, Roy menyebut ritel modern format besar digadang-gadang mencapai perbaikan performa yang signifikan pada tahun depan, setelah sempat mengalami keterpurukan terdalam sepanjang pandemi.

Pelonggaran aktivitas bisnis dan mobilitas masyarakat, lanjutnya, menjadi faktor pendorong utama bergairahnya kembali konsumsi masyarakat untuk barang-barang kebutuhan nonprimer yang menjadi segmen pasar ritel format besar.

“Barang-barang nonprimer ini kan segmennya di hypermarket dan department store, yang pangsanya adalah konsumen keluarga. Untuk diketahui, 60% pembeli ritel di Indonesia berasal dari segmen keluarga,” jelasnya.

Sekadar catatan, ritel format besar menjadi salah satu segmen yang paling tertekan di industri perdagangan eceran.

Laporan Nielsen Retail Audit menunjukkan kinerja ritel format hypermarket dan supermarket minus 10,1%, lebih dalam daripada penurunan 2019 sebesar 5,8%.

Sementara itu, pada kuartal I/2021, penurunan kinerja format ini mencapai 14,5% secara year on year (YoY).

Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai hypermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

  • STRATEGI KE DEPAN

Dari sisi perusahaan, PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) telah mengubah 6 gerai hypermarket Giant menjadi Hero Supermarket, seiring dengan keputusan perusahaan menutup permanen lini bisnis ritel format hypermarket sejak Juli 2021.

Konversi ini diikuti divestasi gerai Giant ke pihak ketiga.

“Proses perencanaan dan konversi masih terus berjalan. Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, kami akan mengubah beberapa gerai Giant menjadi Hero Supermarket dan IKEA serta mengalihkan beberapa gerai yang tersisa ke pihak ketiga,” kata kata Head of Corporate and Consumer Affairs HERO Diky Risbianto.

Diky mengatakan enam gerai baru dibuka di Jakarta, Cilegon, Banjarmasin dan Makassar.

Peralihan dari format hypermarket ke supermarket diyakini membawa harapan bahwa sektor peralatan rumah tangga, kesehatan dan kecantikan, serta keperluan sehari-hari untuk kelas atas memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.

“Kami terus beradaptasi terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah, termasuk menurunnya popularitas format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia; sebuah tren yang juga terlihat di pasar global,” papar Diky.

Untuk beradaptasi dengan perubahan perilaku berbelanja masyarakat, Diky mengatakan perusahaan telah membuka berbagai fasilitas untuk meningkatkan akses ke gerai.

Di antaranya melalui kerja sama dengan platform dagang-el dan pembukaan layanan pemesanan melalui WhatsApp.

“Kami tetap berkomitmen pada bisnis ritel di Indonesia dan memiliki keyakinan kuat akan posisi sebagai peritel kompetitif yang solid dalam jangka panjang,” katanya.

Di sisi lain, HERO juga berencana membuka gerai baru IKEA yang berlokasi di Provinsi Bali. Pembukaan ini menjadi bagian dari transformasi perusahaan yang akan fokus pada lini merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket.

“Kami akan membuka IKEA Bali pada 18 November 2021,” kata Diky. 

IKEA Bali akan menjadi gerai pertama IKEA yang berlokasi di luar Pulau Jawa. Pada September 2021, perusahaan telah membuka gerai keempat IKEA yang berlokasi di Jakarta Garden City, Jakarta.

“Hal ini merupakan tindak lanjut tinjauan strategis atas seluruh lini bisnis HERO Group untuk memfokuskan bisnisnya ke merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan Giant,” lanjut Diky.

Tidak hanya HERO, peritel format besar Lulu Group International juga memiliki rencana terperinci untuk memperluas kehadirannya di Indonesia dengan 30 hypermarket baru termasuk gerai di Bali.

Chair Person Lulu Group Yusuff Ali menyatakan keinginan untuk meningkatkan perannya sebagai perusahaan multinasional di Indonesia yang diakui oleh Pemerintah Indonesia atas kontribusinya di sektor ekonomi dan komersial di Indonesia.

Lulu Group telah memiliki lima hypermarket yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia sejak pertama kali dibuka di Jakarta pada 2016.

Selain hypermarket, Lulu Group juga memasok dan mengekspor berbagai produk Indonesia termasuk buah-buahan dan sayuran ke berbagai negara di seluruh jaringan ritelnya.

Fasilitas pengadaan perusahaan di Indonesia bermitra dengan ribuan petani Indonesia, pengusaha skala kecil, pabrik skala menengah dan besar untuk memfasilitasi permintaan.

Ali mengatakan bahwa perusahaan merasa terhormat menerima Penghargaan Prima Duta 2021 yang diserahkan oleh Presiden RI Joko Widodo.

“Bangga dan rendah hati menerima salah satu penghargaan tertinggi dari Indonesia dan saya sangat berterima kasih kepada Presiden dan pemerintah Indonesia. Pengakuan ini akan semakin mendorong kami untuk memiliki kehadiran yang kuat di sektor komersial Indonesia,” kata Ali.

Lulu Hypermarket/Istimewa

Dihubungi secara terpisah, Vice President Corporate Communication PT Trans Retail Indonesia Satria Hamid sepakat kinerja industri ritel modern format besar mendapat angin segar dari pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kuartal IV/2021.

Dengan demikian, perusahaan optimistis dapat meraup kenaikan kinerja secara signifikan pada momentum Natal dan Tahun Baru, guna mengompensasi pelandaian penjualan nyaris sepanjang tahun ini.

“Kami sudah menyiapkan berbagai strategi, khususnya promo harga diskon untuk memaksimalkan kinerja penjualan pada kuartal terakhir tahun ini,” ujarnya.

Untuk strategi 2022, Satria mengatakan korporasi pengelola jenama hypermarket Transmart itu akan bermanuver dengan strategi kolaborasi di dalam grup Trans Retail guna memperluas jangkauan pasar.

Perusahaan akan berkolaborasi intragrup untuk memaksimalkan pengalaman belanja pelanggan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Jadi, konsumen datang tidak hanya bisa berbelanja, tetapi juga ada areal bermain dan sebagainya. Dengan demikian, konsumen pun merasa kembali yakin akan keamanan dan kenyamanan berbelanja secara luring,” tuturnya. (Iim F. Timorria/Wike D. Herlinda/Zufrizal)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.