2028, Pasar Baja Galvanis Asia Tenggara Capai US$24,21 Miliar

Pemulihan ekonomi seiring dengan melandainya pandemi Covid-19 diprediksi mengangkat pasar baja galvanis di Asia Tenggara hingga mencapai US$24,21 miliar pada 2028.

M. Syahran W. Lubis

7 Jan 2022 - 22.01
A-
A+
2028, Pasar Baja Galvanis Asia Tenggara Capai US$24,21 Miliar

Kabel baja galvanis./Elite Sales Inc

Bisnis, JAKARTA – Pasar baja galvanis Asia Tenggara diprediksi tumbuh pada CAGR (compound annual growth rate) sebesar 13% dari 2022 hingga mencapai US$24,21 miliar pada 2028, menurut laporan riset pasar “Pasar Baja Galvanis Asia Tenggara berdasarkan Jenis Produk”.

Menurut penelitian Meticulous Market Research Pvt Ltd yang dilansir Global Newswire, berdasarkan volume, pasar ini diperkirakan tumbuh pada CAGR 12,4% dari 2021 menjadi 25,89 juta ton pada 2028.

Baja galvanis adalah baja yang dilapisi dengan lapisan pelindung seng untuk mencegah karat dan meningkatkan daya tahan struktur baja.

Galvanisasi dilakukan terutama melalui dua metode yhaitu galvanisasi celup panas dan galvanisasi elektro. Dalam galvanisasi yang dicelup panas, lembaran baja dicelupkan ke dalam penangas seng cair pada 460⁰C. Lapisan seng oksida terbentuk pada baja yang mencegah baja dari korosi.

Dalam metode elektro-galvanisasi, lembaran baja dicelupkan ke dalam larutan ion seng dan arus dilewatkan sehingga ion seng tersebar merata di atas lembaran baja.

Galvanisasi yang dicelup panas adalah teknik yang paling umum digunakan untuk menggembleng baja, karena biayanya yang rendah dibandingkan dengan galvanisasi elektro.

Faktor utama yang mendorong pasar baja galvanis Asia Tenggara adalah peningkatan investasi infrastruktur dan peningkatan produk domestik bruto (PDB) negara-negara di wilayah tersebut.

Selain itu, urbanisasi yang cepat di kawasan, pertumbuhan pasar otomotif, dan pembentukan komunitas ekonomi Asean memberikan peluang pertumbuhan yang menarik bagi para pemain yang beroperasi di pasar ini.


DAMPAK COVID-19

Pandemi Covid-19 berdampak parah pada beberapa sektor di Asia Tenggara, termasuk konstruksi, otomotif, galangan kapal, dan white goods (kompor, lemari es, freezer, mesin cuci, mesin pengering, mesin pencuci piring, AC, dan peralatan listrik rumah tangga berukuran besar lainnya).

Pembangunan infrastruktur dan kegiatan konstruksi di Asia Tenggara terhenti karena penguncian yang diberlakukan oleh pemerintah di seluruh wilayah untuk menahan penyebaran virus.

Industri baja, pemasok bahan baku utama untuk industri otomotif, konstruksi, galangan kapal, dan barang-barang putih, sangat terpengaruh karena perlambatan di sektor-sektor ini selama puncak pandemi Covid-19 pada 2020.

Produsen baja di seluruh wilayah melaporkan bahwa permintaan produk baja selama pandemi Covid-19 menurun 90% dibandingkan dengan masa pra-Covid. Krisis ini menyebabkan pergeseran struktural dengan implikasi signifikan bagi pasar.

Di Asia Tenggara, proyek konstruksi yang dihentikan sangat berdampak pada pasar baja, dengan permintaan baja turun 11,9% pada 2020. Produksi dan pasokan baja galvanis, salah satu bahan baku terpenting untuk konstruksi, otomotif, pembuatan kapal, dan industri peralatan listrik, juga terkena dampak yang parah.

Pasar baja di Malaysia dan Filipina terkena dampak paling parah, sementara Vietnam dan Indonesia hanya mengalami sedikit penurunan permintaan. Menurut Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), di Indonesia pandemi menekan permintaan produk baja hingga 50%.

Pandemi sangat mengganggu arus kas produsen baja di Indonesia, karena klien utama menutup bisnis. Beberapa pembuat baja di dalam negeri juga menghadapi tantangan kelangsungan bisnis. Pemulihan diperkirakan didorong oleh dimulainya kembali kegiatan konstruksi secara bertahap, yang akan dipercepat pada tahun ini.

Thailand adalah pusat perakitan dan ekspor mobil terbesar keempat di Asia. Industri otomotif di Thailand mencatat penurunan penjualan yang signifikan sebesar 21% pada akhir 2020. Di Thailand pembatasan baru-baru ini yang diberlakukan pemerintah pada Juni 2021 untuk menahan penyebaran varian Delta memicu penurunan permintaan baja di sektor bangunan dan konstruksi 30%–40%.

Tata Steel Thailand (TSTH) melaporkan penurunan penjualan 20%–30%. Pada Juli 2021 Toyota Motors Thailand menghentikan sementara produksi di pabrik Ban Pho, Samrong, dan Gateway karena kekurangan suku cadang akibat pandemi.

Berbagai suku cadang otomotif seperti struktur kerangka mobil, panel bodi, bumper, diproduksi menggunakan baja galvanis. Oleh karena itu, penghentian produksi otomotif secara signifikan memengaruhi pasar baja galvanis di Thailand.

Pandemi Covid-19 juga berdampak signifikan pada sektor bangunan dan konstruksi di Asia Tenggara. Misalnya, pada April 2020, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghentikan beberapa proyek pembangunan dan mengumumkan realokasi dana anggaran untuk upaya mitigasi dampak pandemi Covid-19.

Pengalihan anggaran ini berdampak pada berbagai proyek infrastruktur publik di Indonesia, seperti pembangunan Bendungan Way Sekampung di Lampung, Bendungan Jragung di Jawa Tengah, Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur, Jalan Lingkar Timur Kuningan di Jawa Barat, dan pembangunan Jalan Lingkar Brebes di Jawa Tengah.

Krisis Covid-19 juga berimbas pada proyek infrastruktur lain di Indonesia, termasuk proyek kereta cepat JakartaBandung.

Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) di Cikunir, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (2/11/2021)./Antara 

Baja galvanis adalah salah satu bahan baku utama yang digunakan di sektor bangunan dan konstruksi untuk berbagai aplikasi seperti rangka, atap, dan dinding interior dan eksterior. Dengan demikian, perlambatan di sektor bangunan dan konstruksi secara signifikan memengaruhi pasar baja galvanis.

Industri galangan dan reparasi kapal di Asia Tenggara sangat terpengaruh oleh pembatasan akibat pandemi Covid-19. Di Singapura, dua galangan kapal besar, Sembawang Shipyard dan Keppel, yang tetap dibuka sebagai layanan penting, merasakan dampaknya karena beberapa buruh dinyatakan positif Covid-19, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan pekerja.

Pesanan galangan kapal di negara-negara Asia Tenggara menurun sekitar 38,8% pada 2020 dibandingkan dengan 2019, dengan hanya ada 2,7 juta deadweight tons (dwt) pesanan baru. Pesanan galangan kapal di Filipina turun sekitar 17%, dengan hanya ada 30 pesanan baru dengan berat 2 juta dwt.

Pesanan baru untuk galangan kapal di Vietnam turun sekitar 44% menjadi 0,7 juta dwt (16 pesanan baru). Galangan kapal di Singapura, Indonesia, dll, tidak menerima pesanan baru pada 2020.

Perlambatan industri galangan kapal berdampak signifikan terhadap pasar baja galvanis di negara-negara tersebut karena baja galvanis digunakan untuk berbagai komponen seperti lambung, buritan bingkai, baut kemudi, dan pelapis dek.

TINJAUAN PASAR

Pasar baja galvanis Asia Tenggara tersegmentasi berdasarkan jenis produk, aplikasi, dan negara. Studi itu juga mengevaluasi pesaing industri dan menganalisis pasar di tingkat negara.

Berdasarkan jenis produk, pasar baja galvanis Asia Tenggara terutama tersegmentasi menjadi baja galvanis yang dicelup panas dan baja galvanis elektro. Pada 2021, segmen baja galvanis yang dicelup panas menyumbang pangsa terbesar di pasar baja galvanis wilayah tersebut.

Pasar condong ke segmen ini terutama disebabkan biaya yang lebih rendah, masa pakai sangat lama, biaya perawatan rendah, lapisan lebih keras, dan kompatibilitasnya dengan semua jenis perekat.

Pelapis galvanis yang dicelup panas dianggap sangat ulet, karena dapat mempertahankan perlindungan korosi. Selain itu, baja galvanis yang dicelup panas dapat dilas menggunakan berbagai metode termasuk resistansi, laser, dan pengelasan busur.

Berdasarkan aplikasi, pasar baja galvanis Asia Tenggara terutama tersegmentasi ke dalam bangunan dan konstruksi, otomotif, white goods, pembuatan kapal, dan aplikasi lainnya. Pada 2021 segmen bangunan dan konstruksi menyumbang pangsa terbesar di pasar baja galvanis Asia Tenggara.

Besarnya pangsa segmen ini terutama disebabkan manfaat yang banyak dan terukur seperti biaya rendah, perawatan rendah, dan sifat anti korosi. Baja galvanis digunakan untuk atap, rangka, gorden, pipa dan saluran, dinding interior, dan banyak lainnya.

Namun, segmen white goods diperkirakan mencatat CAGR tertinggi hingga 2028. Baja galvanis terutama digunakan untuk white goods, karena sifatnya yang bebas korosi dan sangat ulet.

Secara geografis, Vietnam menyumbang pangsa terbesar di pasar baja galvanis Asia Tenggara pada 2021. Pangsa pasar yang besar ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan fasilitas manufaktur seperti kawasan industri, gudang, dan fasilitas logistik, serta meningkatnya pembelian. kekuatan populasi menyebabkan meningkatnya permintaan mobil di negara itu.

Untuk memanfaatkan minat konsumen yang meningkat pada kendaraan listrik, pada 2021, pembuat kendaraan listrik Vietnam VinFast memulai pembangunan pabrik baterai di Provinsi Ha Tinh dengan rencana investasi pada tajap awal US$173,7 juta.

Indonesia menyumbang pangsa terbesar kedua di pasar baja galvanis Asia Tenggara pada 2021, terutama disebabkan oleh industri baja yang berkembang dan inisiatif pemerintah untuk membangun infrastruktur.

Pemerintah Indonesia memiliki rencana untuk menjadi 10 besar ekonomi terbesar di dunia pada 2030, sehingga pengembangan sektor manufaktur menjadi hal utama.

Pemain kunci yang beroperasi di pasar baja galvanis Asia Tenggara adalah Nippon Steel Corporation (Jepang), Posco (Korea Selatan), JFE Holdings Inc (Jepang), JTL Infra Ltd (India), NS BlueScope Steel Ltd (Singapura), Grup Hoa Sen (Vietnam), Grup Hoa Phat (Vietnam), Dongkuk (Korea Selatan), FIW Steel Sdn. Bhd. (Malaysia), Galvaco Industries Sdn. Bhd. (Malaysia), serta perusahaan saham gabungan Nam Kim Steel (Vietnam), Chinh Dai Industrial Co Ltd (Vietnam).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: M. Syahran W. Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.