3.000 WNI ke Luar Negeri per Hari di Tengah Penyebaran Omicron

Melalui Menteri Luar Negeri, Presiden Joko Widodo tidak lagi menyampaikan imbauan, tetapi seruan tegas agar masyarakat Indonesia tidak berwisata di luar negeri.

Stepanus I Nyoman A. Wahyudi

14 Des 2021 - 15.20
A-
A+
3.000 WNI ke Luar Negeri per Hari di Tengah Penyebaran Omicron

Ilustrasi. Penumpang pesawat berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. /Bisnis.com

Bisnis, JAKARTA — Di tengah risiko penyebaran varian baru Covid-19 yaitu Omircon, warga negara Indonesia yang bepergian ke luar negeri terpantau masih cukup tinggi. Setidaknya terdapat sekitar 3.000 orang keluar batas negara setiap harinya beberapa waktu terakhir.

Data itu diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno setelah menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara, Gambir, Jakarta Pusat pada Senin (13/12/2021).

“Nah ini sangat menimbulkan kekhawatiran karena ini adalah suatu peluang dan potensi masuknya varian baru dan bisa memicu peningkatan kasus dan gelombang selanjutnya dari covid-19 ini," kata Sandi. 

Lewat rapat terbatas itu diputuskan bahwa masyarakat diimbau untuk tidak berlibur ke luar negeri selama Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). 

(BACA JUGA: RI Jorjoran Gaet Investor Asing di Sektor Kesehatan)

"Oleh karena itu, melalui Menteri Luar Negeri, Bapak Presiden menyampaikan perintah dan bukan imbauan tetapi lebih kepada satu seruan, arahan bagi masyarakat Indonesia tidak berwisata di luar negeri," kata dia. 

Jokowi, kata dia, juga meminta perjalanan ke luar negeri mesti dengan alasan yang jelas dan tidak diperkenankan dengan tujuan berwisata. 

"Jadi sekali lagi arahan penting adalah untuk warga Indonesia yang ingin berkegiatan ke luar negeri tidak disarankan dan seruannya adalah untuk berwisata di Indonesia saja. Itu arahan jelas untuk mendukung kebangkitan ekonomi kita," ungkap Sandiaga Uno.

(BACA JUGA: Digitalisasi Pariwisata Kian Kencang di Tengah Pandemi)

Dalam kesempatan itu, dia menambahkan, dipaparkan juga evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), khususnya terkait covid-19 varian omicron serta persiapan Nataru.

Jokowi menuturkan varian omicron masih dalam situasi yang sangat dini dan belum banyak informasi. Oleh karena itu, kebijakan pengetatan karantina selama 10 hari akan terus dilakukan.

Selain itu, Jokowi menginstruksikan kepada aparat penegak hukum, TNI-Polri untuk ikut mengawasi. Selanjutnya, Jokowi turut menegaskan agar seluruh pihak dapat disiplin menerapkan Aplikasi PeduliLindungi dalam kegiatan wisata, baik destinasi wisata mal dan restoran.

"TNI-Polri dilibatkan untuk mengawasi, agar penggunaan Aplikasi PeduliLindungi ini terintegrasi dalam kegiatan pariwisata dan diharapkan ada peningkatan dalam periode Nataru,” tutur Sandi. 

Ruang Tunggu Bandara Soekarno Hatta. /AP2

CAPAIAN VAKSINASI

Di sisi lain, pemerintah memastikan dapat memenuhi target 40 persen dari keseluruhan populasi sudah tervaksinasi penuh pada Hari Raya Natal, 25 Desember 2021.

Target itu sebelumnya ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) hingga akhir tahun ini kepada seluruh negara. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan pemerintah telah memvaksin lengkap sebanyak 103,1 juta orang atau mencapai 38,16 persen dari keseluruhan populasi yang tercatat sebesar 270.203.917 orang. 

“Perhitungan kami, sebelum natal atau pas Hari Raya Natal, kita akan mencapai 109 juta dosis dua lengkap, yang kira-kira ekuivalen 40 persen dari total populasi Indonesia yang 270 juta,” kata Budi saat memberi keterangan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR, Selasa (14/12/2021). 

Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan per 10 Desember, vaksinasi dosis pertama sudah diberikan kepada 146.939.681 orang atau mencapai 54,55 persen dari keseluruhan populasi.

Adapun, dosis kedua vaksin sudah rampung diberikan kepada 103.111.771 orang atau 38,16 persen dari total populasi. 

Kendati demikian, Budi mengakui, realisasi vaksinasi mengalami penurunan sejak November 2021. Dia beralasan sasaran vaksin saat ini sudah beralih kepada kota-kota kecil di seluruh Indonesia yang relatif sulit dijangkau dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan ibu kota provinsi.

“Sekarang mulai masuk ke kota-kota sekunder yang lebih sedikit penduduknya dari segi efisiensi vaksinasinya tidak setinggi kota-kota besar,” tuturnya. 

Pemerintah Indonesia sebelumnya menargetkan vaksinasi Covid-19 dosis kedua mencapai 41,8 persen dalam rangka menyambut Presidensi G20 di Bali. 

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan utama yang dihadapi banyak negara, terutama dengan terus munculnya varian Omicron. 

Khusus Indonesia, WHO menargetkan tingkat vaksinasi dosis kedua harus mencapai 40 persen dari total jumlah penduduk Indonesia pada akhir tahun ini.

“Saat ini sudah sekitar 37 persen atau mencapai 99,6 [juta jiwa] dan target kita di akhir tahun mencapai 41,8 persen atau 113 juta jiwa,” katanya.

Ketua Umum Partai Golkar tersebut berharap Presidensi G20 dapat memberikan solusi yang konkret atas permasalahan global, terutama penanganan pandemi Covid-19, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.

“Kita ketahui dunia diancam varian baru Omicron. Omicron ini menunjukkan adanya ketimpangan vaksin antara negara maju dan negara berkembang. Omicron muncul dari Afrika Selatan yang tingkat vaksinasinya baru 24 persen,” ujar Airlangga.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.