JAKARTA – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyebutkan bahwa tingkat pendidikan rendah menjadi salah satu tantangan dalam penurunan pengangguran di Indonesia.
"Jadi karena tingkat pendidikan rendah, mereka tidak memiliki harapan untuk memiliki pekerjaan," ujar katanya dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forum Kordinasi Pimpinan di Daerah (Forkompimda) di Sentul International Covention Center, Bogor, Jawa Barat, dikutip dari Antara, Rabu (18/1/2022).
Ida menjelaskan bahwa ada 8,4 juta orang pengangguran. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2,8 juta atau 33,45 persen mengalami hopeless of job atau pengangguran yang merasa tidak mungkin memperoleh pekerjaan.
_1669213676.jpg)
Dari 2,8 juta orang pengangguran yang mengalami situasi hopeless of job tersebut, sekitar 76,90 persen berpendidikan rendah atau lulusan SMP ke bawah.
"Ini mengindikasikan tingkat pendidikan mereka tidak mampu menyiapkan mereka memasuki pasar kerja, baik pendidikan yang rendah maupun kompetensi mereka," tuturnya.
Ida menambahkan bahwa tantangan selanjutnya dalam penurunan pengangguran adalah tekanan untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor formal.
Baca juga: Jadi Tertinggi, Klaim JHT BP Jamsostek Tembus Rp45,52 Triliun
Untuk tantangan lainnya adalah adanya nilai budaya kerja baru. "Generasi Y dan Z yang masuk dalam pasar kerja telah membawa nilai-nilai budaya kerja baru. Misalnya nilai work life balance, pekerjaan yang bermakna dan worktainment," kata Ida Fauziyah.
Selain itu, kata dia, juga terdapat tantangan keempat, yakni risiko mismatched (ketidaksesuaian antara supply and demand) akibat digitalisasi.
"Digitalisasi mendorong perubahan permintaan keterampilan kerja, pola hubungan kerja, serta waktu dan tempat bekerja yang semakin fleksibel," ujarnya.
Baca juga: Klaim Menaker soal Perppu Cipta Kerja demi Lindungi Pekerja
Ida menuturkan bahwa kunci untuk mengatasi pengangguran di pasar kerja yakni menciptakan pasar tenaga kerja yang inklusif.
"Kemenaker telah membuat kebijakan active labour market policy (AMLP) untuk menciptakan pasar kerja yang inklusif dan penurunan pengangguran," tuturnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) tercatat menurun, seiring dengan penguatan ekonomi. Kendati demikian, angka tersebut belum kembali ke level sebelum pandemi atau 2019.
Jika melihat dari 2019, angka TPT pada Agustus 2019 tercatat berada di level 5,23 persen. Angka TPT kemudian melonjak naik pada Agustus 2020, yakni mencapai 7,07 persen akibat banyaknya pekerja yang dirumahkan.
Kemudian, tren penurunan terjadi pada Agustus 2021. Angka TPT pada Agustus 2021 tercatat di 6,49 persen. Lalu, pada Agustus 2022 angka TPT berada di level 5,86 persen atau turun sebesar 0,63 persen dibandingkan Agustus 2021. (Ni Luh Angela)