Bisnis, JAKARTA— Harga komoditas logam industri seperti nikel dan tembaga mengekor pergerakan harga emas yang sempat menyentuh rekor tertinggi. Meskipun kemudian reli emas kehilangan tenaga menyusul data pasar tenaga kerja AS yang mendorong spekulasi penurunan suku bunga.
Memasuki bulan ketiga 2024, harga emas global kembali meroket menyentuh level tertingginya sepanjang masa di atas US$2.180 per troy ounce. Sayangnya reli tersebut tidak bertahan cukup lama. Harga emas ditutup turun pada perdagangan Kamis (14/3/2024), setelah kenaikan indeks harga produsen (PPI) AS yang lebih besar dari perkiraan pada bulan Februari mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve, sehingga meningkatkan imbal hasil Treasury dan dolar.
Harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi US$2,161.39 per ounce pada 14:32. EDT menjauh dari rekor puncak US$2,194.99 yang dicapai pada 8 Maret. Sementara harga emas berjangka AS ditutup 0,6% lebih rendah pada US$2,167.5. “Saya memperkirakan akan melihat tekanan berkelanjutan (pada emas), dengan semua data menunjukkan perekonomian AS kuat, pasar tenaga kerja masih kuat,” kata Chris Gaffney, presiden pasar dunia di EverBank, dikutip Reuters dikutip Jumat (15/3/2024).
Dia mengatakan, hal itu membuat investor mempertanyakan seberapa cepat The Fed akan memutuskan untuk mulai menurunkan suku bunganya. Harga produsen AS meningkat lebih dari perkiraan pada bulan Februari di tengah lonjakan harga barang seperti bensin dan makanan, yang dapat memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan kembali meningkat.