AIF 2023: Kolaborasi Demi Keberlanjutan

Investasi asing langsung ke wilayah ASEAN menjadi yang terbesar kedua di dunia sepanjang 2022. Investasi pun perlu ditingkatkan guna meningkatkan rantai nilai di regional sehingga menumbuhkan ekonomi regional bersama.

Rinaldi Azka

2 Sep 2023 - 15.25
A-
A+
AIF 2023: Kolaborasi Demi Keberlanjutan

Menteri Investasi/Kepala BKPM dalam acara ASEAN Investment Forum 2023 di Hotel Sultan, Jakarta./ISTIMEWA

Bisnis, JAKARTA - Dalam pepatah Papua, sebatang lidi tidak mampu membersihkan kotoran, tetapi dengan seikat lidi jangankan daun, batu pun dapat digeserkan. 

Hal ini diungkapkan Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat menjadi pembicara kunci di ASEAN Investment Forum 2023, Sabtu (9/2/2023). Dia menggambarkan lidi ini sebagai negara-negara di ASEAN yang perlu berkolaborasi menuju kesejahteraan bersama.

Bahlil bercerita arus masuk investasi langsung (foreign direct investment/FDI) ke negara ASEAN menjadi yang terbesar kedua di dunia sebesar US$224,2 miliar tumbuh 5 persen di tengah penurunan FDI secara global hingga 12 persen pada 2022.

"Meski aliran investasi ke ASEAN masif, tujuan kita tidak hanya semata naikkan angka investasi, jumlah, nilai nominal hingga sekian ratus miliar dolar AS. Tujuannya, investasi itu dapat lebih berperan mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Di negara manapun investasi berkualitas dan berdampak sistemik jika rakyat dilibatkan dalam investasi itu," terangnya dalam agenda di Hotel Sultan, Jakarta tersebut.

Dia juga mengingatkan posisi Indonesia sebagai pemegang Keketuaan ASEAN 2023. Indonesia menginginkan agar dalam ASEAN tidak ada satu atau dua negara saja yang ditonjolkan, melainkan seluruh negara.

Dalam agenda Kementerian Investasi/ BKPM yang bekerja sama dengan ASEAN-BAC (Business Advisory Council),  Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), WAIPA, dan Bloomberg tersebut, Bahlil memberikan catatan kritis, pada 2022 sekalipun FDI ASEAN terbesar kedua di dunia, nyatanya nilai tersebut hanya dinikmati oleh 1 persen penduduk ASEAN.

"Ini bertentangan dalam filosofi kehadiran kita di ASEAN, tak bisa lagi diplomasi dengan senyuman, kesejahteraan tidak didapat dengan senyuman semu," terangnya.

Investasi langsung di ASEAN harus mengarah pada pembangunan inklusif dengan melibatkan pengusaha nasional dan UMKM sebagai salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi.

Dua Pilar Utama

Bahlil mengingatkan terdapat dua pilar utama dalam investasi langsung di ASEAN yang menjadi fokus bersama, yakni energi baru terbarukan (EBT) dan kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Proyek EBT menunjukkan pertumbuhan hingga 240 persen menjadi US$17,94 miliar pada 2022. Investasi greenfield dalam sektor SDGs meningkat sekitar 117 persen menjadi berkisar US$34 miliar dengan sektor peneriman terbesar EBT.

Nilai tersebut lanjutnya mesti didorong seiring target transisi energi ASEAN yang cukup signifikan. Investasi EBT harus naik setidaknya 4 kali lipat sekitar US$180 miliar per tahun agar target transisi energi ASEAN tercapai.

Sementara itu, investasi kendaraan listrik juga melonjak tajam hingga 570 persen menjadi US$18,1 miliar pada 2022. Menurut Bahlil, pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan di ASEAN dapat berjalan beriringan dengan transformasi ekonomi melalui hilirisasi sumber daya alam.

Baca Juga : Prospek Melemah Harga Lithium Dunia 

Hilirisasi Jadi Kunci

Adapun, selama 2020 hingga 2023, komitmen investasi langsung terkait ekosistem kendaraan listrik telah mencapai US$42 miliar atau Rp630 triliun di Indonesia. Pengembangan ekosistem ini dari hulu hingga ke hilir baik baterai maupun kendaraan.

"Dua perusahaan besar LG Chem dan CATL sudah masuk. LG bahkan berproduksi tahap pertama pada Februari 2024. Dengan begitu, sudah bukan lagi investor datang mengeruk SDA sementara rakyat menjadi penonton, bukan saatnya lagi," tegasnya.

Negara di ASEAN lanjutnya, memiliki keunggulan sumber daya alam yang setara satu sama lain di saat dunia membutuhkan hal tersebut, sehingga dibutuhkan kekompakan antar negara ASEAN agar dapat sejahtera bersama.

Menurutnya, hilirisasi menjadi pintu masuk agar ekonomi ASEAN lebih baik. Di Indonesia terangnya, tengah membuat formulasi Indonesia Emas 2045 menjadi salah satu negara dengan PDB terbesar di dunia, salah satu pilarnya adalah hilirisasi.

Demi mengejar target pendapatan per kapita US$30.000, pemerintah menyiapkan 8 sektor prioritas hilirisasi dengan 21 komoditas. Setidaknya, Indonesia membutuhkan anggaran investasi US$545,3 miliar.

"Dengan demikian, khususnya Indonesia dan ASEAN bisa memberi kontribusi terbaiknya. Kami di Indonesia tengah fokus hilirisasi di mineral, juga CPO [crude palm oil] kami punya ketika Eropa melarang karena lingkungan, kami membuat B20, B40," tambahnya.

Baca Juga : ASEAN Investment Forum 2023 

Lebih jauh, Executive Secretary ESCAP Armida Salsiah Alisjahbana menerangkan ASEAN memiliki ketangguhan menghadapi tantangan global ketika sejumlah negara berkembang lain mengalami penurunan investasi langsung. Terbukti dengan pencatatan rekor investasi asing langsung di ASEAN pada 2022.

Kendati demikian, dia menyoroti terdapat dua tantangan kritis agar negara ASEAN dapat bertumbuh bersama. Pertama, perlunya investasi langsung yang lebih baik guna mencapai pertumbuhan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs). Setidaknya ada kebutuhan pengembangan di sejumlah sektor prioritas dan peningkatan kapasitas guna menarik investor yang tepat.

"Kedua, investasi langsung tidak terdistribusi secara merata di negara ASEAN, hanya berkisar di negara-negara yang lebih besar dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," tuturnya.

Tak pelak, perlu penguatan agar FDI dapat ditarik ke negara-negara ASEAN yang lebih belum berkembang. Menurut perempuan yang pernah menjadi Kepala Bappenas tersebut, hal ini bisa melalui promosi ASEAN sebagai satu destinasi investasi bersama bagi rantai pasok regional dan global.

"Melalui Sekretariat ASEAN perlu mempromosikan rantai nilai di sejumlah sektor kunci yang setiap negara memiliki daya saing kompetitif. Dengan demikian, ASEAN dapat memiliki nilai tambah sektoral dengan sejumlah negara menjadi kunci nilai tambah tersebut sehingga memandu distribusi investasi langsung yang lebih baik bagi negara ASEAN," tambahnya.

Baca Juga : Meneropong Prospek Bank BUMN di Paruh Kedua 2023 

Sementara itu, ASEAN Business Advisory Council (ABAC) Chair Arsjad Rasjid menekankan pentingnya mengembangkan investasi asing langsung memperkuat rantai pasok ASEAN. Dengan begitu, pengembangan di ASEAN tidak dapat dijalankan hanya dari investasi dari mitra asing saja.

"Kami di ASEAN perlu menyadari kekuatan dari peluang visi kami, dan melakukan ekspansi dengan membangun infrastruktur baru untuk jejaring dan operasi untuk meningkatkan FDI dan investasi antar regional di kawasan, yang merupakan kapasitas pembangunan kawasan ASEAN," tuturnya.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini juga menerangkan pentingnya menarik modal di berbagai sektor utama termasuk pada kendaraan listrik, energi terbarukan dan layanan kesehatan.

Menurutnya, perlu ada dorongan lebih banyak investasi intra-ASEAN, sehingga para pengusaha di kawasan dapat saling mendukung. Dengan melakukan hal ini, ASEAN dapat meningkatkan ketahanan yang mampu menghadapi gangguan geopolitik dan geoekonomi di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.