Akankah Tren Penaikan Harga Batu Bara Acuan Berakhir November?

Harga batu bara acuan mencetak rekor tertingginya sepanjang tahun ini pada Oktober yakni US$161,63 per ton atau naik US$11,60 per ton dibandingkan dengan September.

Rayful Mudassir

8 Nov 2021 - 12.38
A-
A+
Akankah Tren Penaikan Harga Batu Bara Acuan Berakhir November?

Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane./indikaenergy.co.id

Bisnis, JAKARTA Penaikan harga batu bara acuan dalam beberapa bulan terakhir hingga menyentuh US$161,63 per ton pada penetapan harga acuan Oktober 2021 diperkirakan mengalami penurunan pada bulan ini.

Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Bisman Bhaktiar, proyeksi penurunan harga batu bara acuan (HBA) ini disebabkan krisis energi yang mulai dapat diatasi.

“Taksiran saya akan turun tipis karena masa kekagetan atas krisis energi yang disebabkan [kenaikan harga] gas dan minyak bumi mulai ter-recovery, tapi tetap tinggi, cuma memang tren turun tipis,” katanya, Senin (8/11/2021).

Dalam 3 bulan terakhir, HBA berangsur meningkat seiring dengan krisis energi yang terjadi di sejumlah belahan dunia. Tingginya harga komoditas bahan bakar seperti gas dan minyak bumi mendorong dunia beralih menggunakan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi.

Pada Agustus, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan HBA senilai US$130,99 per ton. Kemudian angka ini meningkat US$19,04 per ton menjadi US$150,03 per ton pada HBA September.

Lalu, HBA kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang tahun ini pada Oktober yakni US$161,63 per ton atau naik US$11,60 per ton dibandingkan dengan September. Salah satu faktor utama terkereknya HBA adalah permintaan dari China telah melampaui pasokan batu bara domestik.

Belakangan, China melakukan sejumlah intervensi terhadap perusahaan tambang di negara itu. Pemerintah mendorong perusahaan meningkatkan kapasitas produksi serta mendorong stabilisasi harga komoditas.

Presiden China Xi Jinping juga mengancam menindak para spekulan harga dan penimbun batu bara. Upaya ini untuk menekan harga bara dan meningkatkan serapan bahan bakar untuk pembangkit listrik.

“Variabelnya banyak. Pertama, soal recovery [energi dunia]. Kedua, sumber energi substitusi mulai bermunculan, misalkan, termasuk China dengan beberapa EBT [energi baru dan terbarukan] mulai digerakkan. Minyak bumi dan gas bumi juga sudah mulai [menunjukkan tren penurunan] harganya,” ujar Bisman.

Dia menuturkan bahwa pada akhirnya harga komoditas ini akan tetap turun. Namun, pemerintah maupun perusahaan tambang perlu menyiapkan strategi agar stabilitas harga tetap terjaga sehingga tidak terkoreksi cukup dalam.

INDUSTRI PUPUK & SEMEN

Berkaitan dengan terus melambungnya harga batu bara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerbitkan regulasi yang menetapkan harga jual batu bara khusus untuk industri semen dan pupuk sebesar US$90 per ton.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menandatangani Keputusan Menteri ESDM Nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Harga Jual Batu Bara untuk Pemenuhan Bahan Baku atau Bahan Bakar Industri Semen dan Pupuk di Dalam Negeri pada 22 Oktober 2021.

Beleid itu dibuat guna memberikan kepastian pemenuhan batu bara sebagai bahan bakar industri semen dan pupuk di dalam negeri.

Menteri ESDM telah memutuskan harga jual batu bara untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri semen dan pupuk di dalam negeri sebesar US$90 per ton free on board (FOB) vessel yang didasarkan atas spesifikasi acuan pada kalori 6.322 kcal per kilogram (kg), total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen.

Industri semen dan pupuk sudah mulai menikmati penetapan harga jual batu bara US$90 per MT sejak 1 November 2021 sampai dengan 31 Maret 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Zufrizal

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.