Akibat Aksi Ambil Untung, Bitcoin Terkoreksi Sendirian

Dari jajaran 10 aset dengan kapitalisasi pasar terbesar, hanya Bitcoin yang terkoreksi. Apa ya penyebabnya?

Mutiara Nabila

13 Okt 2021 - 17.54
A-
A+
Akibat Aksi Ambil Untung, Bitcoin Terkoreksi Sendirian

Dari jajaran 10 aset dengan kapitalisasi pasar terbesar, hanya Bitcoin yang terkoreksi. (Bisnis/Antara)

Bisnis, JAKARTA— Kinerja Bitcoin tertekan sendirian di antara 10 aset cryptocurrency berkapitalisasi paling besar.

Dikutip dari Coinmarketcap, Rabu (13/10/2021) pukul 17:25 WIB, harga Bitcoin menyentuh US$54.955,31 atau terkoreksi 3,29 persen secara harian. Kendati mencetak kinerja merah, Bitcoin masih menduduki posisi teratas sebagai aset dengan kapitalisasi pasar paling jumbo dengan US$1,03 triliun.

Sementara itu, sembilan aset lainnya mencetak kenaikan dengan rentang terendah 0,03 persen yakni Tether dan yang tertinggi Binance Coin dengan 15,74 persen.

Adapun, dalam transaksi sepekan, koreksi terjadi pada harga Tether dengan -0,02 persen; Cardano -0,93 persen; Solana dengan -4,84 persen dan Dogecoin dengan -9,18 persen.

Sisanya, masih mencetak pertumbuhan mulai dari 0,03 persen seperti yang terjadi pada USD Coin dan yang tertinggi dicapai oleh Polkadot dengan 17,76 persen.

Dikutip dari Bisnis.com, optimisme bahwa Securities and Exchange Commission (SEC) AS bisa menyetujui perdagangan cryptocurrency di AS pada bulan ini membantu mengimbangi kekhawatiran yang membayangi atas potensi regulator untuk mempreketat pengawasan pasar mata uang digital ini.

Ahli strategi Investasi CoinShares di Inggris James Butterfill mengatakan bahwa penurunan pada perdagangan Selasa (12/10/2021) tidak mengubah dinamika positif tersebut.

“Penurunan kemarin tidak menimbulkan kekhawatiran. Tren Bitcoin belum pudar dan fundamental dari kemungkinan besar SEC memberikan persetujuan untuk perdagangan di AS akan mendorong harganya kembali hijau pada beberapa pekan mendatang,” ujarnya dilansir Bloomberg, Rabu (13/10/2021).

Wakil Penggagas dan Direktur Utama XBTO, Philippe Bekhazi meyakini pasar sudah lebih sehat dan memang penurunan harga saat ini sesuai dengan perkiraan.

 “Pelaku pasar masih juga masih menantikan kemungkinan persetujuan ETF bulan ini. Jadi aksi profit taking itu wajar,” tuturnya.

Dikutip dari Coindesk, sejumlah analis menyebut bahwa reli harga cryptocurrency didorong oleh kelanjutan spekulasi terhadap lampu hijau pembentukan produk investasi di pasar modal Amerika Serikat dengan Bitcoin sebagai salah satu aset dasarnya.

“Pasar terlalu menggarisbawahi komentar Ketua Regulator Pasar Modal Gary Gensler tentang dukungan terhadap bursa berjangka,” ujar Direktur Investasi Arca, pengelola aset digital.

Namun, langkah regulator terkait dengan prospek Bitcoin memantik optimism yang bisa mendorong pengembangan blockchain dan harga Bitcoin. Hal itu kontras dengan pernyataan Direktur Utama J.P. Morgan, Jamie Dimon yang menyebut langkah pemerintah akan mengatur peredaran Bitcoin hanyalah sia-sia.

Terkait dengan legalisasi cryptocurrency, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) khawatir terhadap dampaknya di negara berkembang. Dalam laporannya yang bertajuk “Global Financial Stability”, institusi keuangan global menyebut penggunaan mata uang digital bisa memberikan risiko signifikan dan bukanlah jalan pintas untuk mendorong ekonomi suatu negara.

Dalam laporannya, IMF juga menyebut bahwa adopsi Bitcoin yang dilakukan El Salvador yang disebut sebagai salah satu negara di Amerika Selatan bisa menjadi hambatan bagi bank sentral untuk membuat kebijakan moneter, membawa risiko likuiditas dan menurunkan kestabilan ekonomi.

Laporan itu menggarisbawahi transisi ekonomi global yang menantang yakni Covid-19, perubahan iklim dan cryptocurrency. Dalam beberapa bulan terakhir, IMF telah menyatakan sikapnya terhadap dampak cryptocurrency di negara berkembang.

IMF, dalam laporannya menyarankan agar negara berkembang memberlakukan kebijakan yang mampu meredam pertumbuhan permintaan crypto termasuk pengetatan kebijakan moneter, menjaga independensi bank sentral dan menerapkan aturan yang melemahkan penggunaan mata uang asing.

IMF pun menyarankan agar pemerintah di negara berkembang mempertimbangkan pembentukan bank sentral digital yang bisa meredam pertumbuuhan permintaan terhadap cryptocurrency.

Terlepas dari itu, aktivitas transaksi di pasar cryptocurrency mencetak kenaikan seperti yang tecatat oleh Glassnode.

“Entitas aktif , jumlah partisipan individu setiap harinya naik 19 persen secara mingguan, mencapai sekira 291.000 entitas aktif per hari,” katanya.

Nilai transaksi juga tercatat tumbuh yang menandai pemodal jumbo yang mengakumulasi Bitcoin setelah aksi jual pada akhir bulan lalu. Volume transfer tercatat melampaui 3 persen dari realisasi kapitalisasi pasar yang menandai kondisi bullish.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.