Aksi Borong Asing Angkat IHSG di Akhir Pekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menanjak 0,38% atau 23,30 poin ke level 6.133,25 pada perdagangan Jumat (17/9). Sepanjang hari, IHSG bergerak dalam rentang 6.086,57 hingga 6.133,25. 

Bisnis Indonesia Resources Center

17 Sep 2021 - 17.48
A-
A+
Aksi Borong Asing Angkat IHSG di Akhir Pekan

Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menanjak 0,38% atau 23,30 poin ke level 6.133,25 pada perdagangan Jumat (17/9). Sepanjang hari, IHSG bergerak dalam rentang 6.086,57 hingga 6.133,25. 

Sebanyak 216 saham menguat, 295 saham merah, dan 147 saham stagnan. Kapitalisasi pasar berada di posisi Rp7.513,65 triliun. Sektor teknologi melejit pimpin penguatan dengan kenaikan 2,9% dan diikuti sektor transportasi yang juga naik 2,3%. Sementara itu sektor energi tertekan 1,19% bersama sektor perindustrian yang terkoreksi 0,53%.

Investor asing mencatatkan net buy di seluruh pasar senilai Rp545,68 miliar. Saham yang paling banyak menjadi sasaran beli adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang mengakumulasi net foreign buy senilai Rp136,35 miliar. 

Saham TLKM pun terdongkrak 2,62% atau 90 poin menuju level 3.530. Kemudian, mengekor saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) yang diborong asing senilai Rp130,62 miliar. Namun saham AGRO masih melemah 2,85% ke level 2.390. 

Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia (BI) pada pekan III September 2021 mencatat perkembangan harga pada September 2021 yang tetap terkendali dan inflasi diperkirakan sebesar 0,01%. Melihat perkembangan tersebut, perkiraan inflasi September 2021 secara tahun kalender sebesar 0,85% (year to date/ytd) dan secara tahunan sebesar 1,65% (year on year/yoy).

Kemudian dari global, pelaku pasar mencermati pertumbuhan penjualan ritel AS yang tercatat naik 15,10% (yoy) dimana hal ini memberi gambaran bahwa konsumsi di Negeri Adidaya tersebut tetap kuat atau tekanan inflasi itu nyata dan stabil. 

Tekanan inflasi yang mengindikasikan pemulihan ekonomi yang kuat pasca-diterpa pandemi Covid-19 memberikan keyakinan pada pasar bahwa bank sentral AS The FED bisa saja segera melakukan pengetatan kebijakan atau tapering.  Hal ini akan diawali dengan mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing) yang sekarang nilainya sebesar US$120 miliar per bulan.

Indeks Bisnis-27

Mengikuti langkah indeks komposit yang menguat 0,38%, Indeks Bisnis-27 juga ditutup rebound 0,15% atau 0,68 poin parkir di level 463,62 pada Jumat (17/9). 

Sepanjang perdagangan, indeks bergerak di level terendah 459,09 hingga level tertinggi 463,62. Dari seluruh konstituen yang ada, sebanyak 13 saham menguat, 12 saham melemah, dan dua saham lainnya terpantau stagnan.

Dua emiten dari sektor barang konsumen primer pimpin laju penguatan, di posisi puncak PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) tercatat melesat 4,36% ke level 1.435. Padahal saham AMRT terlihat dilego oleh investor asing sebesar Rp2,79 miliar. 

Selanjutnya saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) juga menopang indeks dengan kenaikan harga saham 3,05% menuju 6.750.

Sedangkan saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) memberatkan indeks dengan koreksi mencapai 5,31% ke level 20.500. Disusul dua saham dari sektor energi, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang turun 3,96% dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) melemah 3,73%. 

Keuangan 

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/9) indeks sektor keuangan berada di zona hijau dengan penguatan 0,30% ke level 1.385,58. 

Beberapa saham yang menguat di antaranya PT Bank Artos Indonesia Tbk. (ARTO) terkerek 8,78% ke level Rp16.100, disusul PT Bank Yudha Bhakti Tbk. (BBYB) melesat 5,72% ke level Rp1.570 dan PT Bank Pembangunan Barat dan Banten (BJBR) tumbuh 0,75% ke Rp1.350. 

Nilai tukar rupiah terpantau menguat 0,21% ke Rp14.222,5 per dolar AS. Hal ini seiring dengan optimisime Presiden Joko Widodo yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air berada di level sekitar 4%. 

Optimisme Kepala Negara tersebut juga sejalan dengan sejumlah data perekonomian yang masih positif, mulai dari konsumsi rumah tangga, kinerja ekspor dan impor, serta dana investasi. 

Dari sisi eksternal didorong oleh surplus neraca perdagangan sepanjang Q2/2021, pulihnya permintaan, dan meningkatnya harga komoditas global telah membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama beberapa bulan berturut-turut.

Properti dan Realestat

Sektor properti dan realesatat melemah dengan penurunan 0,14% ke level 810,71 pada Jumat (17/9). 

Pemberat sektor ini antara lain PT Karya Bersama Anugerah Tbk. (KBAG) ambles 5,17% ke level Rp55, lalu PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) merosot 4,74% ke Rp905 dan PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. (RBMS) jatuh 1,96% ke level Rp50. 

Menurut PT Bank Mandiri Tbk. (Persero), pertumbuhan pencairan KPR pada 2021 memang mengalami pertumbuhan lebih baik. Akan tetapi, meskipun pemerintah memperpanjang insentif DP 0%, ternyata masih banyak yang belum memanfaatkannya. Hal ini dikarenakan masyarakat takut apabila diberikan DP 0% maka akan berdampak pada angsuran yang menjadi besar. 

Kemudian kendala lainnya terkait pemanfaatan DP 0% yaitu tidak tetapnya pekerjaan atau gaji bulanan konsumen yang tidak mencukupi untuk mendapatkan KPR atau KPA dan DP 0%. 

Teknologi

Indeks sektor teknologi memimpin penguatan di IHSG dengan kenaikan 2,90% ke 10.115,30. 

Penopang sektor ini antara lain PT Kresna Graha Investama Tbk. (KREN) melambung 10,27% ke level Rp161, diikuti PT Global Sukses Solusi Tbk. (RUNS) melejit 9,05% ke level Rp530 dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) tumbuh 0,26% ke Rp1.930. 

Sentimen positif di pasar modal Indonesia akhir-akhir ini didorong oleh kasus Covid-19 yang terus menurun. Selain itu bisnis di sektor teknologi memang memiliki potensi yang besar di Indonesia seiring adaptasi dan pemanfaatan teknologi yang semakin luas di masyarakat. 

Indikasi tersebut terlihat dari meningkatnya penetrasi pengguna smartphone serta naiknya nilai transaksi digital banking dan nilai transaksi e-commerce di Indonesia. Namun investor ritel harus tetap berhati-hati karena perusahaan yang masuk adalah perusahaan rintisan dan fundamentalnya belum begitu kuat seperti saham blue-chip.

Infrastruktur

Sektor infrastruktur ditutup menguat 1,16% ke level 810,71 pada perdagangan Jumat (17/9). Saham-saham yang menguat didominasi sektor telekomunikasi di antaranya PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) meningkat 2,40% ke level Rp128, lalu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menanjak 2,62% ke Rp3.530 dan PT Centratama Telekomunikasi Ind Tbk. (CENT) naik 0,61% ke Rp332.
  
Beberapa layanan operator di Indonesia tengah menggarap pengembangan jaringan 5G. Pandemi telah memicu akselerasi inovasi dan digitalisasi yang baru sehingga membawa masyarakat untuk hidup lebih efisien serta efektif. 

Strategi FREN adalah dengan menguji coba jaringan 5G yang akan digunakan untuk pengembangan UMKM dan meningkatkan adopsi digital. 

Sementara itu, kabar terbaru adalah mergernya ISAT dengan 3 Indonesia. Lalu dari TLKM untuk melebarkan sayap di industri 5G kini memulai pembangunan data center skala besar berstandar global dengan sertifikasi tier 3 dan 4 yakni Telkom Hyperscale Data Center (HDC) di pertengahan tahun 2021. 

Transportasi dan Logistik

Kinerja saham transportasi dan logistik melonjak 2,30% ke level 1.158,23 pada penutupan perdagangan Jumat (17/9). Lonjakan ini ditopang oleh PT Prima Globalindo Logistik Tbk. (PPGL) moncer 9,09% ke level Rp96, diikuti PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) menanjak 7,38% ke level Rp3.200 dan PT Guna Timur Raya Tbk. (TRUK) tumbuh 0,76% ke Rp132. 

Moncernya emiten-emiten logistik masih ditopang oleh kinerja bisnis kurir. PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) bertumbuh dengan melakukan berbagai transformasi bisnis. Bisnis kurir Anteraja menjadi usaha dengan pertumbuhan tercepat dengan mencatatkan pendapatan 269,9% secara tahunan. Anteraja menyumbang Rp982,3 miliar atau 46,6% dari total pendapatan di semester I/2021. 

Kemudian TRUK dalam sebulan mengalami peningkatan hingga 36,08%. TRUK masih akan fokus meraup pendapatan dari pengangkutan bahan-bahan baku korporasi dan industry di wilayah Cilegon, Banten ke Jabodetabek, serta melayani customer di wilayah Jawa Timur dan Tengah.

Energi

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/9) indeks sektor energi berakhir di zona merah, turun ke level 788,39 atau melemah 1,19%.

Pelemahan sektoral dipimpin oleh PT Rig Tenders Tbk. (RIGS) anjlok 6,67% ke Rp336. Lalu saham PT Ginting Jaya Energi Tbk. (WOWS) terkoreksi 5,26% ke Rp54, dan saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) drop 3,96% ke Rp1.335.

Sentimen negatif dari harga komoditas batu bara yang berakhir melemah membuat sektor ini ikut terkerek ke zona merah. Pada perdagangan harga batu bara di pasar ICE Newcastle, Australia turun 0,85% ke US$176.00/ton pada pukul 15.30 WIB.

Batu bara adalah salah satu komoditas yang paling cemerlang pada tahun ini. Diketahui sejak akhir 2020 (year-to-date/ytd), harga batu bara sudah meroket 118,63% secara point-to-point.

Barang Konsumen Primer

Pada perdagangan Jumat (17/9), indeks sektor barang konsumen primer ditutup menguat tipis 0,02% di level 665,68.

Saham yang mendorong penguatan a.l PT Wahana Interfood Nusantara Tbk. (COCO) terkerek 6,00% ke Rp318. Kemudian diikuti saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) naik 4,36% ke Rp1.435, dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) tumbuh 3,05% ke Rp6.750.

Pada semester l/2021, CPIN membukukan laba bersih Rp2,83 triliun atau tumbuh 73,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1,63 triliun. Lalu diikuti total penjualan CPIN yang meningkat 28,78% dari Rp19,77 triliun menjadi Rp25,46 triliun.

Kontribusi terbesar ada pada penjualan segmen ayam pedaging yang naik signifikan yakni 55,13% menjadi Rp 12,86 triliun, dari sebelumnya hanya menyumbang Rp 8,29 triliun.

Segmen lainnya ada penjualan pakan naik 4,05% menjadi Rp7,19 triliun dari Rp 6,91 triliun, lalu jualan anak ayam usia sehari (day old chick/DOC) naik 99,87% menjadi Rp 1,27 triliun dari sebelumnya Rp 974,71 juta.

Barang Konsumen Non-primer

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/9), indeks sektor barang konsumen non-primer menguat 0,79% ke level 794,52.

Penguatan sektor ini dipimpin oleh saham PT Cahaya Bintang Medan Tbk. (SOFA) melonjak 18,06% ke Rp85, diikuti saham PT Ayana Land International Tbk. (NASA) melesat 9,59% ke Rp80, dan saham PT Sunindo Adipersada Tbk. (TOYS) naik 6,31% ke Rp236.

Sentimen positif dari kualitas kinerja ekspor indonesia yang mengalami surplus US$4,74 miliar, di mana total nilai impor tercatat sebesar US$16,68 miliar.

Kondisi ini mengindikasikan pemulihan ekonomi akan berjalan dengan baik pada kuartal lll/2021, melanjutkan perbaikan ekonomi pada kuartal II/2021.

Dari sisi ketahanan eksternal, cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2021 juga mencatatkan rekor tertinggi, yang mencapai US$144,8 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Kesehatan

Pada Jumat (17/9) indeks sektor kesehatan menguat 0,49% ke level 1.375,91. Saham yang mendorong indeks sektor kesehatan a.l saham PT Metro Healtcare Indonesia Tbk. (CARE) melesat 6,60% ke Rp452, diikuti saham PT Royal Prima Tbk. (PRIM) tumbuh 1,25% ke Rp324, dan PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) menguat 1,14% ke level Rp1.780.

Emiten sektor kesehatan, khususnya rumah sakit (RS) menjadi salah satu sektor yang diuntungkan di tengah pandemi Covid-19. Meningkatnya angka kasus positif Covid-19 juga turut mengerek kinerja emiten tersebut.

Salah satunya emiten PRIM pada kuartal ll/2021 membukukan laba bersih sebesar Rp63,14 miliar atau melonjak 2.659%. Adapun total pendapatan perseroan berhasil naik 241,90% menjadi Rp283,23 miliar.

Pendapatan tersebut ditopang dari pendapatan Kemenkes yang menjadi penyumbang pendapatan tertinggi sebesar Rp169,26 miliar.

Kemudian, pendapatan non-BPJS tercatat Rp34,75 miliar atau lebih tinggi dari sebelumnya Rp16,47 miliar, dan pendapatan BPJS tercatat Rp29,70 miliar atau lebih rendah dari sebelumnya Rp39,83 miliar.

Barang Baku

Indeks sektor barang baku pada penutupan perdagangan Jumat (17/9), kembali ditutup di zona hijau dengan penguatan 0,19% ke level 1.141,55.

Penguatan sektor ini didorong oleh saham PT Sriwahana Tbk. (SWAT) terkerek 34,44% ke Rp121, lalu PT Wilton Makmur Indonesia Tbk. (SQMI) melejit 34,31% ke Rp137, dan PT Agro  Yasa Lestari Tbk. (AYLS) melesat 18,66% ke Rp159.

Rendahnya pasokan timah pada September 2021 mendorong harga timah dunia menguat. Harga timah tercatat US$34.275/ton atau naik 0,37% yang melanjutkan kenaikan selama 4 hari berturut-turut.

Kenaikan timah ditopang dari permintaan dalam negeri Indonesia yang terus meningkat. Hal ini terlihat dari  transaksi timah yang diperdagangkan di Pasar Fisik Timah Dalam Negeri yang tercatat sebesar  Rp 107,2 miliar dengan volume transaksi 220 ton. Kinerja tersebut naik 8% dari nilai perdagangan pada bulan Juli 2021.

Perindustrian

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/9), sektor perindustrian melemah 0,53% ke posisi 1.022,89.

Beberapa saham terpantau mengalami pelemahan yakni saham PT Mulia Industrindo Tbk. (MLIA) anjlok 6,97% ke Rp1.335, lalu PT United Tractors Tbk. (UNTR) drop 5,31% ke Rp20.500, dan PT Arkha Jayanti Persada Tbk. (ARKA) merosot 4,05% ke Rp71.

Tingginya biaya logistik di dalam negeri masih menjadi salah satu ganjalan daya saing produk lokal.

Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), dengan rasio logistik terhadap PDB yang berkisar 20%-23% saat ini, Indonesia belum bisa berdaya saing. Adapun negara tetangga memiliki rasio logistik antara 10%-15%.

Selain itu, dengan kebijakan pemerintah untuk meniadakan kendaraan angkutan barang yang over dimension over loading pada 2023. Bisa membebani kinerja industri terutama di masa pemulihan dan pascapemulihan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Aprilian Hermawan

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.