Bisnis, JAKARTA— Sejumlah emiten kontraktor minyak dan gas beradu racikan startegi untuk menangkap peluang pengembangan usaha di tengah prospek lifting migas, meskipun pergerakan harga minyak mintah tengah tertekan menyusul krisis perbangkan global di Negeri Paman Sam dan Eropa.
Harga minyak mentah yang tertekan pekan lalu menyebabkan kedua harga acuan mencapai penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan.
Minyak mentah Brent bekan lalu anjlok 12 persen anjlok ke titik terendah sejak 2021. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman April jatuh 2,4 persen menjadi US$66,74 per barel. “Fundamental yang mendasarinya tidak seburuk apa yang diperkirakan di sini, tetapi ada kekhawatiran bahwa minyak tidak seaman uang tunai atau emas,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York dikutip dari Antara.
Adapun harga minyak mengikuti pasar ekuitas yang lebih rendah, belum lagi diisusul dengan fenomena runtuhnya bank di Amerika Serikat dan Eropa. Ketiga indeks saham utama AS juga turun tajam dalam perdagangan, dengan saham keuangan turun paling banyak di antara sektor utama S&P 500 setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank dan dengan masalah di Credit Suisse dan First Bank Republik.