Aksi Jual Investor Tekan Indeks di Akhir Pekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,60% atau 40,29 poin ke 6.651,05 pada akhir perdagangan, Jumat (12/11). IHSG bergerak dalam rentang 6.646,32 hingga 6.714,16.

Bisnis Indonesia Resources Center

12 Nov 2021 - 18.41
A-
A+
Aksi Jual Investor Tekan Indeks di Akhir Pekan

Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,60% atau 40,29 poin ke 6.651,05 pada akhir perdagangan, Jumat (12/11). IHSG bergerak dalam rentang 6.646,32 hingga 6.714,16.

Tercatat sebanyak 212 saham menghijau, 304 saham memerah dan 155 saham bergerak stagnan pada akhir perdagangan. Investor asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp344,65 miliar di seluruh pasar dan masih mencatatkan net buy di pasar reguler sebesar Rp39,28 miliar.

Sektor keuangan dan barang konsumen non-primer tergelincir paling dalam masing-masing turun sebesar 1,17% dan 1,10%.

Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi yang paling banyak dilepas investor asing dengan nilai net sell menyentuh Rp85,31 miliar.

Kemudian menyusul saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) yang juga dijual investor asing sebesar Rp77,6 miliar, diikuti saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) yang diobral asing hingga Rp33,06 miliar.

Di sisi lain, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dikoleksi investor asing dengan net buy mencapai Rp92,95 miliar dan juga saham PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) dengan net foreign buy Rp40,32 miliar.

Saham-saham bank kakap dalam negeri kompak tergerus. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,73%. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,78% dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terkoreksi 1,95%. Hanya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang pelemahannya masih di bawah 1%.

Terpantau saham BBRI hanya melemah 0,71% di akhir perdagangan Jumat. Terkoreksinya saham-saham bank dengan kapitalisasi pasar besar tersebut turut mendorong kinerja IHSG ke zona merah.

Sentimen dari eksternal, Wall Street ditutup variatif, di mana indeks Dow Jones turun 0,44%. Sementara itu, S&P 500 dan Nasdaq Composite naik masing-masing 0,06% dan 0,52%.

Ancaman seputar inflasi yang tinggi sehingga menjadi pemantik terjadinya stagflasi di AS dan China juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pelaku pasar. 

Indeks Bisnis-27

Indeks Bisnis-27 terpantau kembali parkir di teritori negatif pada perdagangan Jumat (12/11).

Indeks terdepresiasi 0,74% atau 3,8 poin terperangkap di level 511,66. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang harian 511,35 hingga 518,28.

Dari 27 konstituen, sebanyak 15 saham melemah, 2 saham tidak bergerak dari posisi sebelumnya alias stagnan dan 10 saham lainnya masih menguat.

Pemberat laju indeks yakni saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yang terkoreksi paling dalam mencapai 3,31% atau 65 poin ke level 1.900. Menyusul EMTK, saham PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) juga melemah 2,64% atau 35 poin menuju level 1.290.

Selanjutnya tiga saham emiten bank jumbo juga melempem yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terkoreksi 1,95%, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,78% dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,73%.

Sementara itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) terpantau paling mocer dengan kenaikan hingga 4,57% atau 150 poin ke level 3.430. Saham MDKA paling banyak dikoleksi investor asing dengan net buy mencapai Rp92,95 miliar. 

Keuangan

Indeks sektor keuangan terpantau berada di zona merah dengan penurunan 01,17% ke level 1.553,64 pada Jumat (12/11). 

Saham pemberatnya antara lain PT Bank Sinarmas Tbk. (BSIM) merosot 6,85% ke level Rp1.020, diikuti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) ambles 4,76% ke level Rp15.500 dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) drop 0,71% ke level Rp4.220.

Ambruknya saham-saham bank dengan kapitalisasi pasar besar turut mengerek turun kinerja IHSG. Diketahui bobot saham-saham bank tersebut mencapai lebih dari 10% indeks.

Pelemahan pada sektor perbankan didorong oleh ARTO yang dilepas RP77,60 miliar dan BBRI dilego asing Rp17,55 miliar. Katalis dari eksternal yaitu adanya ancaman inflasi yang tinggi sehingga memicu terjadinya stagflasi AS dan China sehingga menimbulkan kecemasan tersendiri pada investor.

Meskipun begitu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi optimistis perekonomian Indonesia akan bangkit dengan nilai surplus pada 2021 yang diprediksi menembus US$30 miliar sampai akhir tahun. Hal ini didorong oleh ekspor komoditas dan kenaikan konsumsi rumah tangga.

Properti dan Real Estat

Pada Jumat (12/11) sektor properti dan real estat tersungkur 0,38% ke level 864,18.

Beberapa saham yang turun antara lain PT DMS Propertindo Tbk. (KOTA) melemah 2,44% ke level Rp120, lalu PT trimitra Propertindo Tbk. (LAND) terperosok 5,10% ke level Rp93 dan PT Sentul City Tbk. (BKSL) jatuh 2,94% ke level Rp66.

Sejumlah pengembang merasakan insentif properti cukup memberikan efek positif terhadap kinerja keuangan perusahaan walaupun belum bisa mendongkrak kinerja saham.

Pada bulan September-Oktober sudah mulai ada peningkatan penjualan seperti sebelum terjadi pandemi Covid-19. Maka dari itu, pengembang meminta pemerintah agar memperpanjang stimulus PPN DTP untuk sektor properti pada tahun depan.

Diketahui berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 21/PMK.010/2021, pemerintah memberikan diskon PPN bagi masyarakat yang ingin membeli rumah tapak dan unit rumah susun hingga akhir Desember 2021.

Teknologi

Kinerja saham teknologi menurun 0,51% ke level 9.373,69 pada Jumat (12/11).

Saham-saham yang berada di zona hijau antara lain PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL) tergelincir 5,25% ke level Rp3.430, lalu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) menyusut 3,31% ke level Rp1.900 dan PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk. (ZYRX) jatuh 2,84% ke level Rp685.

Sektor teknologi terpantau masih lesu, dalam sebulan sektor ini merosot 0,33%. Prospek pertumbuhan saham-saham teknologi yang belum mentereng jika dibandingkan dengan sektor lain menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi di sektor ini.

Beberapa waktu lalu kenaikan harga saham hanya ditopang oleh sentimen atau ekspektasi pelaku pasar. Meskipun begitu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan investasi di sektor digital akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hingga saat ini telah mencapai 38,7% dari total di Asia Tenggara.

Infrastruktur

Pergerakan saham infrastruktur mengalami kemerosotan 0,30% pada Jumat (12/11)  ke level 984,42.

Pemberatnya antara lain PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tergerus 6,15% ke level Rp840, lalu PT Protech Mitra Perkasa Tbk. (OASA) melorot 5,66% ke level Rp200 dan PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) drop 2,64% ke level Rp1.290.

Pada tahun 2025, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tidak akan punya aset jalan tol karena seluruh asset jalan tol akan didivestasikan. Hal ini disebabkan oleh WIKA yang terbebani oleh pinjaman investasi jalan tol, sehingga, ruas tol harus dilepas untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

Utang yang ditimbulkan oleh investasi jalan tol ini setidaknya mencapai Rp53 triliun-Rp54 triliun.

Selain WSKT, WIKA juga mengalami kerugian akibat dugaan pencurian 118 ton besi pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Sementara akibat pencurian ini, WIKA mengalami kerugian hingga Rp1 miliar.

Transportasi dan Logistik

Indeks sektor transportasi dan logistik terpantau paling kuat di IHSG pada perdagangan Jumat (12/11) dengan kenaikan 1,14% ke level 1.363,95.

PT Transkon Jaya Tbk. (TRJA) meroket 8,72% ke level Rp424, lalu PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) menguat 4,42% ke level Rp3.540 dan PT Temas Tbk. (TMAS) terangkat 2,50% ke level Rp615.

ASSA terus memperkuat kinerja perusahaan dengan merambah bisnis jual beli kendaraan bekas melalui anak usahanya PT Autopedia Sukses Lestari (ASL). ASSA mengembangkan aplikasi digital balai lelang otomotif (JBA) Indonesia Caroline.id yang memberikan layanan jual beli mobil dan test drive gratis, katalog dengan layanan jual beli mobil dan pricing engine.

Selain itu, kinerja TRJA juga semakin membaik seiring dengan kenaikan harga batu bara. Diketahui pendapatan dan bisnis penyewaan kendaraan TRJA masih didominasi dari segmen batu bara dengan kontribusi hingga 85%.

Energi

Pada penutupan perdagangan Jumat (12/11) indeks sektor energi berada di zona merah, turun ke level 1.029,88 atau melemah 0,64%.

Pelemahan sektoral dipimpin oleh PT Mitra Investindo Tbk (MITI) yang anjlok 6,96% ke level Rp147, Lalu saham PT Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) drop 4,76% ke level Rp280 dan saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) merosot 4,55% ke level Rp735.

Kembali menurunnya harga komoditas batu bara membuat saham-saham di sektor ini melemah.

Berdasarkan data perdagangan pada pukul 15.50 WIB, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup sebesar US$151,50/ton atau merosot 4,42%. Harga batu bara tengah menjalani tren penurunan. Dalam sebulan terakhir, harga anjlok 37,49% secara point-to-point.

Pelemahan tersebut adanya Konferensi Iklim di Glasgow (Skotlandia) terus membawa kabar buruk buat batu bara Amerika Serikat (AS) dan China, dua perekonomian terbesar dunia, sepakat bekerja sama dalam mengatasi perubahan iklim.

Salah satunya dengan mengurangi emisi karbondioksida melalui pengurangan penggunaan batu bara secara bertahap dan melindungi hutan.          

Barang Konsumen Primer

Pada perdagangan Jumat (12/11), indeks sektor barang konsumen primer ditutup melemah 0,19% di level 697,43.

Saham yang mendorong pelemahan ialah PT Martina Berto Tbk. (MBTO) anjlok 6,29% ke level Rp134, Kemudian diikuti saham PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) merosot 5,75% ke level Rp164 dan saham PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) drop 4,39% ke level Rp545.

Sentimen negatif datang dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan kinerja penjualan eceran mengalami kontraksi pada September 2021. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tercatat sebesar 189,5, terkontraksi -1,5% secara bulanan (mtm).

Penurunan kinerja penjualan eceran tersebut bersumber dari kelompok suku cadang dan aksesori yang turun sebesar -6,3% mtm, perlengkapan rumah tangga lainnya -7,8% mtm, serta makanan, minuman, tembakau -1,7% mtm.

Sementara itu, beberapa kelompok barang mengalami peningkatan, di antaranya kelompok bahan bakar kendaraan bermotor yang tercatat tumbuh 19,6% mtm, dari 8,5% mtm pada Agustus 2021.

Barang Konsumen Non-Primer

Pada penutupan perdagangan Jumat (12/11), indeks sektor barang konsumen non-primer ditutup melemah 1,10% ke level 866,70.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh saham PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA) anjlok 6,93% ke level Rp2.820, diikuti saham PT Putra Mandiri Jembar Tbk. (PMJS) ambles 6,51% ke level Rp158 dan saham PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) drop 6,06% ke level Rp155.

Kementerian Keuangan mencatat realisasi Belanja negara mencapai Rp1.806,8 triliun atau 65,7% dari pagu. Namun, realisasi ini tumbuh minus 1,9% yoy, lebih rendah dari tahun lalu 15,5% yoy.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani,  realisasi belanja masih belum optimal khususnya untuk komponen belanja non Kementerian dan Lembaga (K/L) dan TKDD yang masih mengalami perlambatan. Namun pembiayaan investasi tumbuh signifikan sebesar 172%.

Kesehatan

Pada Jumat (12/11) indeks sektor kesehatan ditutup menguat 0,90% ke level 1.417,86.

Penguatan sektor ini dipimpin oleh PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) melejit 14,87% ke level Rp448, lalu diikuti PT Royal Prima Tbk. (PRIM) melesat 5,95% ke level Rp356 dan PT Prodia Widyahusada  Tbk. (PRDA) naik 2,81% ke level Rp7.325.

Emiten laboratorium, yakni PRDA berhasil mencetak peningkatan pendapatan bersih sebesar 65,6% menjadi Rp1,99 triliun dan pertumbuhan laba bersih 318% menjadi Rp511,08 miliar hingga kuartal III/2021.

Margin laba bersih dan margin EBITDA masing-masing mengalami peningkatan menjadi sebesar 61,9% dan 37,4%. Selain itu, perseroan juga berhasil mencatatkan rasio lancar sebesar 736,1% dan rasio cepat sebesar 709,1%.

Posisi keuangan perseroan tetap sehat dengan rasio total utang terhadap EBITDA operasional sebesar 0,63 kali dan total utang terhadap ekuitas sebesar 0,22 kali.

Barang Baku

Indeks sektor barang baku pada penutupan perdagangan Jumat (12/11) ditutup di zona hijau dengan penguatan 1,05% ke level 1.235,51.

Penguatan sektor ini didorong oleh saham PT Indo Komoditi Korpora Tbk. (INCF) melejit 19,63% ke level Rp640. Diikuti saham PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) melesat 10,53% ke level Rp84 dan saham PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk. (DPNS) naik 6,95% ke level Rp400.

Sentimen positif dari persediaan yang menyusut mendongkrak harga nikel kembali menguat. Berdasarkan data perdagangan pada pukul 16.53 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 19.883/ton, naik 0,02% dibandingkan harga penutupan.

Persediaan nikel per 11 November 2021 di gudang London Stock Metal Exchange (LME) menyusut 48,66% menjadi 134.172 ton dari April yang jadi level tertinggi. Persediaan nikel turun 43,82% yoy dibandingkan dengan tahun lalu. Jumlah persediaan nikel saat ini merupakan persediaan terendah sejak Desember 2019. 

Perindustrian

Pada penutupan perdagangan Jumat (12/11), sektor perindustrian ditutup menguat 0,18% ke posisi 1.081,61.

Beberapa saham yang terpantau mengalami penguatan ialah saham PT Singaraja Putra Tbk (SINI) naik 4,26% ke level Rp294. lalu PT Ladangbaja Murni Tbk. (LABA) naik 3,06% ke level Rp202 dan  PT Kobexindo Tractors Tbk. (KOBX) menguat 2,72% ke level Rp189.

Ekspansi kinerja industri manufaktur tahun ini berpeluang menyamai pertumbuhan sebelum pandemi. Hal tersebut dilihat dari pertumbuhan dua kuartal yang berturut-turut menjadi asa untuk kembali ke angka ekspansi sebelum tahun pandemi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur pada kuartal III/2021 sebesar 3,68%, sedikit di atas pertumbuhan ekonomi pada triwulan tersebut sebesar 3,51%.

Adapun dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (BI), kinerja manufaktur pada kuartal IV/2021 diperkirakan meningkat signifikan terindikasi dari acuan saldo bersih tertimbang kegiatan usaha menjadi sebesar 1,13% dari -0,10% pada kuartal III/2021.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Aprilian Hermawan

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.