Aksi Profit Taking Tekan IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,68% atau 45,51 poin ke level 6.677,88 pada akhir perdagangan Selasa (23/11). Pergerakan IHSG diwarnai aksi profit taking setelah sebelumnya menyentuh all time high dalam 2 hari perdagangan berturut-turut.

Bisnis Indonesia Resources Center

23 Nov 2021 - 18.11
A-
A+
Aksi Profit Taking Tekan IHSG

Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,68% atau 45,51 poin ke level 6.677,88 pada akhir perdagangan Selasa (23/11). Pergerakan IHSG diwarnai aksi profit taking setelah sebelumnya menyentuh all time high dalam 2 hari perdagangan berturut-turut.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 6.662,98 hingga 6.732,7. Sebanyak 177 saham hijau, 349 saham merah dan 142 saham diperdagangkan stagnan. Sektor transportasi dan logistik membawa indeks komposit tertekan dengan koreksi paling dalam hingga 2,02%, diikuti sektor keuangan yang juga melemah 1,76% dan sektor properti yang turun 0,95%.

Meskipun IHSG tertekan, investor asing masih tercatat membukukan aksi beli bersih di seluruh pasar dengan net buy Rp92,75, sedangkan di pasar reguler terlihat investor asing mencetak net sell hingga Rp142,23 miliar. Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) diborong investor asing dengan net buy Rp126,96 miliar.

Kemudian saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dengan nilai beli bersih Rp94,21 miliar dan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) yang diborong investor asing senilai Rp62,64 miliar.

Di sisi lain, saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) menjadi yang paling banyak dijual investor asing dengan net sell Rp144,2 miliar, diikuti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang diobral sebesar Rp110,75 miliar.

Kabar dari Negeri Paman Sam, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menunjuk kembali Jerome Powell sebagai Kepala Federal Reserve untuk masa jabatan kedua. Biden mengatakan Jerome Powell adalah orang yang tepat untuk memimpin bank sentral karena ekonomi AS terus membaik dari kontraksi pandemi dan pemerintah tengah upaya menghambat inflasi.

Sementara dari dalam negeri, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2021 tumbuh meningkat. Posisi M2 pada Oktober 2021 tercatat sebesar Rp7.490,7 triliun atau tumbuh 10,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,2% (yoy).

Kemudian Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada peringkat BBB (investment grade) dengan outlook stabil pada 22 November 2021.

Indeks Bisnis-27

Indeks Bisnis-27 menutup perdagangan di teritori negatif pada perdagangan Selasa (23/11) seiring dengan melemahnya IHSG.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks tertekan 0,81% atau 4,21 poin ke level 516,83. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang 516,03 hingga tertinggi di level 521,52. Mayoritas anggota konstituen terkoreksi yakni sebanyak 16 saham parkir di zona merah, 4 saham stagnan dan 7 saham lainnya masih menghijau.

Dari 16 saham yang melemah, saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) memimpin pelemahan Indeks Bisnis-27 dengan koreksi sebesar 4,21% atau 55 poin ke level 1.250. Selanjutnya saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) turut melemah 4,20% atau 375 poin ke posisi 8.550. Berikutnya saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) yang turun 3,47% ke posisi 3.620.

Sementara itu, top leaders dipimpin oleh terapresiasinya saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) sebesar 3,96% atau 65 poin ke posisi 1.705, diikuti saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang juga terpantau naik sebesar 2,93% atau 30 poin ke level 1.055.

Keuangan

Pada penutupan perdagangan (23/11) indeks sektor keuangan menyusut 1,76% ke level 1.547,38.

Saham pemberatnya antara lain PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) terperosok 6,87% ke level Rp244, lalu PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) merosot 6,55% ke level Rp785 dan PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) menurun 4,48%.

Nilai tukar rupiah melemah 0,09% ke level Rp14.262 per dolar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah seiring dengan indeks AS yang melonjak 0,54% ke level 96,54 pada Senin (22/11). Penguatan dolar AS kemarin didorong oleh pencalonan kembali Jerome Powell oleh Presiden Joe Biden untuk lanjut memimpin bank sentral AS Joe Biden.

Dolar AS berpotensi melanjutkan penguatan setelah Biden akhirnya memutuskan memilih Powell menjadi ketua The Fed untuk masa jabatan kedua, Selasa (23/11).

Properti dan Real Estat

Indeks sektor properti dan real estat menurun 0,95% ke level 846,60 pada perdagangan Selasa (23/11).

Beberapa saham yang melemah yakni PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) tergerus 6,60% ke level Rp920, diikuti PT Pollux Properties Indonesia Tbk. (POLL) anjlok 5,91% ke level Rp1.830 dan PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk. (BBSS) drop 2,94% ke level Rp66.

Pengembang banyak mengalami hambatan dalam membangun proyek lantaran banyak pemerintah daerah belum memiliki peraturan daerah terkait persetujuan bangunan gedung (PBG) sebagai pengganti izin mendirikan bangunan (IMB).

Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) menilai pemerintah daerah belum siap dalam implementasi PBG. Kemandekan pasokan pembangunan rumah disinyalir akan terjadi jika kondisi ini terus berlanjut.

Para pengembang berharap UU Cipta Kerja ini dapat membantu dan memudahkan proses perizinan dalam pembangunan properti. Namun kenyataannya, UU Cipta Kerja, terutama PBG sangat menyulitkan para pengembang.

Teknologi

Kinerja indeks sektor teknologi kembali ambles dengan penurunan 0,59% ke level 9.370,12 pada Selasa (23/11).

Pelemahan ini diberati oleh PT Sentral Mitra Informatika Tbk. (LUCK) anjlok 4,20% ke level Rp274, diikuti PT Kresna Graha Investama Tbk. (KREN) jatuh 3,92% ke level Rp98 dan PT Kioson Komersial Indonesia Tbk. (KIOS) drop 2,68% ke level Rp725.

Meskipun terus tergerus, saham-saham di sektor teknologi akan menjadi faktor pendorong baru IHSG. Hal ini disebabkan pada tahun 2022 bakal diramaikan oleh perusahaan berstatus unicorn dan decacorn.

Sejauh ini kebanyakan perusahaan teknologi terpantau masih loss making. Namun, yang harus dilihat adalah cara perusahaan tersebut membangun bisnis dengan menggunakan teknologi. Faktor pendukung lainnya yakni partisipasi investor ritel di pasar modal. Tercatat pada tahun 2015, porsi investor ritel sebesar 35%. Kemudian, pada tahun 2020, meningkat menjadi 48% dan tahun ini sudah hampir 60%.

Infrastruktur

Pergerakan indeks sektor infrastruktur terparkir di zona hijau dengan kenaikan 0,47% ke level 984,60 pada penutupan perdagangan Selasa (23/11).

Saham penopangnya antara lain dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) melesat 4,91% ke level Rp2.990, lalu PT Link Net Tbk. (LINK) meningkat 3,64% ke level Rp4.270 dan PT Bali Towerindo Sentra Tbk. (BALI) tumbuh 2,14% ke level Rp955.

 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menjadi penggerak indeks infrastruktur setelah diborong asing sebesar Rp62,64 miliar pada Selasa (23/11). Prospek emiten telekomunikasi semakin kokoh dengan listingnya  PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) pada Senin (22/11).  Per enam bulan pertama 2021, Mitratel membukukan pendapatan Rp3,23 triliun atau naik 11%.

Perkembangan teknologi 5G akan membuat industri tower bertumbuh karena kebutuhan ekspansi coverage layanan mobile di Indonesia. Pemerintah menargetkan pembangunan infrastruktur untuk mengoptimalkan ekonomi digital di Indonesia rampung dalam 2 tahun mendatang.

Transportasi dan Logistik

Indeks sektor transportasi dan logistik menjadi yang paling jatuh di IHSG pada Selasa (23/11) dengan pelemahan 2,02% ke level 1.95,74.

Pelemahan ini dipimpin oleh PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. (NELY) ambles 4,20% ke level Rp274, disusul PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) merosot 4,21% ke level Rp910 dan PT Putra Rajawali Kencana Tbk. (PURA) jatuh 1,69%.

Jelang akhir tahun, prospek emiten perkapalan bergantung pada permintaan terutama pada jasa pelayanan angkutan barang, maupun juga jasa lainnya.  Untuk mendukung kinerja perusahaan, emiten kapal Tanah Air, berusaha memenuhi permintaan pengiriman barang dan jasa, maupun sesuatu yang bersifat strategis lainnya seperti pengiriman komoditas seperti batu bara, nikel dan lainnya.

Dalam berinvestasi di sektor perkapalan, investor cenderung menantikan pengumuman seperti aksi korporasi, kinerja keuangan, pengumuman dividen, atau menunjukkan strategi bisnis yang tepat sasaran. Jika ada berita positif maka temporer investor akan masuk, tetapi bila kalau dianggap biasa maka umumnya memilih strategi wait and see. Bila harga saham sedang drop investor akan memantau top liner.

Energi

Pada penutupan perdagangan Selasa (23/11) indeks sektor energi berada di zona hijau, naik ke level 1.049,22 atau menguat 0,89%.

Penguatan sektoral dipimpin oleh PT Indo Straits Tbk (PTIS) yang melejit 15,47% ke level Rp418, Lalu saham PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) melesat 10,14% ke level Rp1.140 dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 5,25% ke level Rp21.050.

Harga komoditas batu bara yang kembali naik membuat saham emiten batu bara menguat. Hal ini terjadi karena sebelumnya harga batu bara sudah mengalami koreksi cukup dalam sehingga membuat investor kembali tertarik untuk mengumpulkannya kembali.

Tercatat pada perdagangan pada pukul 15.51 WIB harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 154/ton atau naik 0,98%. Penguatan batu bara berhasil melanjutkan tren kenaikan harga yang terjadi pekan lalu. Sepanjang minggu lalu, harga komoditas ini membukukan lesatan 7,3%. Ini menjadi kenaikan mingguan pertama setelah koreksi selama empat pekan beruntun. Selama 4 bulan tersebut, harga anjlok 38,99%.

Barang Konsumen Primer

Pada perdagangan Selasa (23/11), indeks sektor barang konsumen primer ditutup melemah 0,48% di level 705,82.

Saham yang mendorong pelemahan ialah PT Mustika Ratu Tbk. (MRAT) anjlok 6,58% ke level Rp284, Kemudian diikuti saham PT Wahana Pronatural Tbk. (WAPO) ambles 6,56% ke level Rp226 dan saham PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk. (KMDS) drop 5,83% ke level Rp452.

Industri makanan dan minuman yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Membuat Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) menurunkan proyeksi volume produksinya sepanjang tahun ini, usai pemerintah menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 untuk seluruh Indonesia pada momentum Natal dan Tahun Baru mendatang.

Menurut Gakoptindo menyatakan produksi tempe dan tahu dihitung dari konsumsi bahan baku kedelai, sampai akhir tahun ini akan mencapai 2,5 juta ton dari tahun lalu sebesar 2,8 hingga 2,9 juta ton. Sebelumnya pada Agustus lalu, diproyeksikan produksi bisa menembus 3 juta ton.

Turunnya produksi tempe dan tahu sepanjang tahun ini tak lepas dari pembatasan ketat yang berlangsung pada tengah tahun ini, yang berdampak pada tertekannya konsumsi.  

Barang Konsumen Non-Primer

Pada penutupan perdagangan Selasa (23/11), indeks sektor barang konsumen non-primer ditutup melemah 0,31% ke level 866,98.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh saham PT Panorama Sentrawisata Tbk. (PANR) yang anjlok 6,94% ke level Rp268, diikuti saham PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. (BIMA) drop 6,80% ke level Rp192 dan saham PT Sunindo Adipersada Tbk. (TOYS) merosot 6,74% ke level Rp180.

Pelemahan ini terjadi dikarenakan adanya pemberlakuan bea masuk tindak pengamanan (BMTP) atau safeguard atas 134 pos tarif produk pakaian dan aksesoris. Kebijakan ini dinilai bakal berimbas pada pemulihan industri ritel dan mengurangi daya tarik wisata belanja di Tanah Air.

Sebelumnya implementasi tanpa BMTP saja sudah ada biaya tambahan 45%, Namun jika dengan BMTP bisa sampai 70%. Hal tersebut sangat memberatkan industri ritel. Perlu diketahui, bahwa sektor ritel yang menjadi salah satu penyokong konsumsi domestik yang masih merasakan pukulan akibat Covid-19. Sebagai sektor yang menyasar konsumen kelas menengah ke atas, kebijakan ini dikhawatirkan bakal menggerus potensi penerimaan.

Kesehatan

Pada Selasa (23/11) indeks sektor kesehatan ditutup melemah 0,43% ke level 1.434,36.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) ambles 6,82% ke level Rp8.200, lalu diikuti PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) drop 3,28% ke level Rp1.620 dan PT Bundamedik Tbk. (BMHS) turun 2,22% ke level Rp880.

Sentimen negatif dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan adanya penurunan impor produk farmasi pada Oktober 2021 merosot 35,44% mtm atau turun US$ 163,2 juta. Penurunan impor produk farmasi ini sejalan dengan melandainya kasus harian Covid-19 di Indonesia.

Dampak adanya penurunan impor produk farmasi ini kemudian memberikan kontribusi besar terhadap penurunan impor konsumsi pada bulan Oktober 2021. BPS mencatat, impor barang konsumsi pada bulan laporan sebesar US$ 1,59 miliar atau turun 11,17% mtm. 

Barang Baku

Indeks sektor barang baku pada penutupan perdagangan Selasa (23/11) ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,52% ke level 1.246,33.

Pelemahan sektor ini didorong oleh saham PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk. (SMKL) merosot 4,85% ke level Rp314. Diikuti saham PT Semen Indonesia Persero Tbk. (SMGR) drop 4,20% ke level Rp8.550 dan saham PT Indo Komoditi Korpora Tbk. (INCF) turun 4,10% ke level Rp585.

Melambungnya harga batu bara dan menipisnya stok ketersediaan batu bara membuat industri semen domestik ikut tersendat. Hal tersebut berpengaruh pada keberlangsungan produksi, khususnya untuk orientasi ekspor.

Stok batu bara yang biasanya bertahan untuk satu bulan, kini hanya cukup untuk hitungan hari saja. Adapun, sampai dengan Oktober 2021, ekspor semen sudah mencapai 10,45 juta ton, masih lebih tinggi 12,36% dibandingkan dengan pengapalan sepanjang tahun lalu sebesar 9.3 juta ton.

Perindustrian

Pada penutupan perdagangan Selasa (23/11), sektor perindustrian ditutup melemah 0,12% ke posisi 1.084,44.

Beberapa saham yang terpantau mengalami pelemahan ialah saham PT Singaraja Putra Tbk (SINI) anjlok 6,99% ke level Rp266. lalu PT Tira Austenite Tbk. (TIRA) drop 5,26% ke level Rp398 dan  PT Ateliers Mecaniques D’Indonesia Tbk. (AMIN) merosot 4,76% ke level Rp240.

Sentimen negatif dari hambatan rantai pasok dunia (global supply chain) menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Salah satunya yang menjadi permasalahan adalah kelangkaan kontainer..

Diketahui, kelangkaan kontainer terjadi karena tidak ada keseimbangan perdagangan dunia. Jadwal kapal berlayar semakin sedikit yang membuat harga pengiriman kargo atau freight melonjak drastis. Sehingga beberapa negara banyak terkendala pasokan bahan baku.

Menurut Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), harga ongkos angkut kargo atau freight sudah meningkat mencapai 300% pada bulan ini, dibandingkan pada bulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari  ongkos angkut dari Semarang menuju Amerika Serikat berada pada kisaran US$20.000 per kontainer, sementara ke Eropa US$14.000 - US$16.000 per kontainer.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Aprilian Hermawan

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.