Alegori Tarik Tambang Squid Game di Bisnis Indosat ISAT

Jika dianalogikan dengan strategi pertandingan tarik tambang di serial Squid Game, Indosat saat ini dalam posisi menarik setelah dengan sengaja mengendurkan tali untuk memecah fokus kompetitornya.

Leo Dwi Jatmiko

5 Nov 2021 - 14.28
A-
A+
Alegori Tarik Tambang Squid Game di Bisnis Indosat ISAT

Adegan tarik tambang maut dalam serial Squid Game/istimewa

Bisnis, JAKARTA — Salah satu adegan epic dalam episode Squid Game adalah pertandingan tarik tambang di atas ketinggian. Di ujung kekalahan, Cho Sang Woo—salah satu tokoh utama serial populer itu—justru mengusulkan ide gila untuk menyelamatkan timnya dari kejatuhan.

Adegan di episode 4 berjudul Stick to the Team (Jjollyeodo Pyeonmeokgi) itu menggambarkan usulan Sang Woo untuk mengendurkan tarikan tali tambang pada saat timnya sudah dalam kondisi kritis, nyaris kalah, dan selangkah lagi terhempas menuju jurang.

Sang Woo dan timnya harus menghadapi lawan yang lebih kuat. Tim Sang Woo terdiri dari 3 orang wanita, satu orang lansia, dan 6 orang lelaki. Sementara itu, tim lawan seluruhnya merupakan 10 pria gagah. 

“Kita harus membuat mereka [tim lawan] jatuh [karena kehilangan keseimbangan] dengan melonggarkan tarikan!” seru Sang Woo.

Gara-gara taktik itu, Seong Gi Hun—protagonis dalam serial tersebut—nyaris jatuh ke jurang. Satu kaki Gi Hun sudah melayang-layang di udara. Satu lagi berada di tepi garis. Gi Hun pun berteriak-teriak ketakutan. 

Meski sempat diragukan, pada akhirnya taktik Sang Woo membawa timnya menuju kemenangan.

Mereka berhasil membuat musuh lengah dan terkecoh sehingga hilang keseimbangan ketika tiba-tiba Sang Woo menginstruksikan untuk kembali mengencangkan tarikan secara mendadak setelah dikendurkan.

Cho Sang Woo (kiri) dan Seong Gi Hun (kanan/depan) dalam adegan pertandingan tarik tambang di serial Squid Game./istimewa

Alegori strategi tarik tambang di ujung tanduk ala Sang Woo dalam serial Squid Game tersebut tepat untuk menggambarkan strategi turnaround yang sedang getol dilakukan PT Indosat Tbk.

Strategi turnaround adalah sebuah strategi untuk mengubah posisi kinerja dari kendur menjadi kencang untuk mencapai prestasi atau pertumbuhan. Dalam konteks ini, perusahaan telekomunikasi berkode saham ISAT sudah banyak melakukan pengenduran. 

Pada 2019 atau tahun pertama ISAT menerapkan strategi tersebut, perusahaan melepas 3.100 menara kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan PT Protelindo. 

Strategi ‘mengendurkan tali tambang’ kembali dilanjutkan pada 2021. Sekitar 4.247 menara Indosat dilepas ke PT EPID Menara Asset Co dengan harga Rp10,28 triliun. 

Tidak hanya menara, Indosat melepas bisnis satelit dan memilih tidak fokus lagi di sana.  Pada rentang 2019—2021, Indosat juga rajin memacu jaringan 3G. 

Presiden Direktur dan CEO Indosat Ahmad Al-Neama menjelaskan strategi ‘mengendurkan tali’ tersebut merupakan bagian dari rencana pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. 

Merujuk pada laporan info memo pada akhir 2018, ISAT mengoperasikan 17.050 BTS 4G. Jumlah tersebut setengah dari total BTS 3G yang dioperasikan Indosat yaitu, 35.453 BTS 3G. 

Jumlah BTS 4G ISAT pada saat itu juga lebih rendah dibandingkan dengan PT XL Axiata Tbk. (EXCL) yang mengoperasikan 29.772 BTS4G atau 57,26% lebih banyak dari punya Indosat.

Sementara itu, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) pada kuartal III/2018 telah mengoperasikan 132.968 BTS 3G/4G. 

ISAT kemudian menerapkan strategi turnaround untuk meningkatkan pengalaman digital pelanggan, dengan menggenjot pembangunan jaringan 4G selama periode 2019—2021. 

Setelah 11 kuartal strategi tersebut berjalan, merujuk laporan yang sama, jumlah BTS 4G yang dioperasikan ISAT pada kuartal III/2021 mencapai 70.109 BTS 4G, bertambah 53.059 BTS 4G atau naik 311% dibandingkan dengan akhir 2018. 

Sebagai gambaran, pada periode kuartal II/2021, jumlah EXCL justru menambah 35.886 BTS 4G. Dibandingkan dengan 2018, capaian tersebut naik 120,53% menjadi 65.759 BTS 4G. 

Sisi lain, Telkomsel pada kuartal II/2021 menambah 54.440BTS 4G dibandingkan dengan kuartal III/2018 atau naik 40,94%. Perbedaan perhitungan kuartal dilakukan karena Telkomsel dan EXCL belum mengeluarkan laporan kuartal III/2021. 

Adapun, jika melihat pencapaian pada kuartal II/2021, jumlah BTS 4G ISAT juga lebih banyak dibandingkan dengan EXCL yang 3 tahun lalu ‘mengasapi’ Indosat. 

Jumlah BTS 4G Indosat pada kuartal II/2021 sebanyak 68.759 BTS, sedangkan XL Axiata 65.658 BTS. ISAT, kali ini, membalikkan keadaan.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan Telkomsel, selisih jumlah BTS 4G dengan ISAT makin dekat. Dari yang sebelumnya terpaut tujuh kali lipat menjadi sekitar tiga kali lipat atau bahkan dua kali lipat karena Telkomsel mencatatkan BTS 3G dan 4G secara gabungan. 

Peningkatan jumlah BTS 4G tersebut mendorong pertumbuhan jumlah pelanggan hingga pendapatan ISAT. 

Pada 2018, total pelanggan Indosat adalah 58 juta, jumlah tersebut bertambah menjadi 62,3 juta atau naik 4,3 juta pada kuartal III/2021. 

Rerata pendapatan per pelanggan atau average revenue per user (ARPU) ISAT—dihitung secara gabungan—juga mengalami peningkatan dari Rp18.700 pada 2018, menjadi Rp34.700 atau naik 85,56% pada kuartal III/2021. 

Sementara itu, untuk pendapatan dari layanan seluler secara kuartal, pada kuartal IV/2018, jumlah pendapatan layanan seluler Indosat mencapai Rp4,85 triliun.

Jumlah tersebut terus menanjak hingga pada periode Juli—September 2021, yang mencapai Rp6,38 triliun atau naik 31,54%.  

STRATEGI LANJUTAN

Memasuki kuartal terakhir 2021, ISAT berencana mengumumkan mengenai strategi 3 tahunan selanjutnya.

Beberapa pengamat telekomunikasi pun memiliki pandangan yang beragam mengenai nasib penggelaran jaringan 4G dan 5G Indosat hingga 2024.

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward berpendapat pembangunan jaringan 4G Indosat dalam 3 tahun ke depan akan tumbuh lebih dari 100% dibandingkan dengan pencapaian pada 2021. 

Artinya, jika hingga akhir 2021 Indosat memiliki 72.000—75.000 BTS 4G, maka pada 2024 jumlahnya akan menyentuh 144.000—150.000BTS 4G, bahkan bisa lebih. 

Pembangunan BTS 4G akan mengarah pada daerah-daerah yang selama ini belum terdapat jaringan 4G seperti di Indonesia timur. Sementara itu, untuk pulau Jawa dan ibu kota baru, site-site 5G Indosat akan mulai bertaburan dalam 3 tahun ke depan. 

“Prediksi saya 2022—2024 masih di atas 100% pertumbuhannya,” kata Ian. 

Ian mengatakan pertumbuhan jumlah BTS 4G terjadi karena permodalan ISAT makin kuat setelah melebur dengan Tri Indonesia. 

Dalam siaran pers, Indosat Ooredoo Hutchison—gabungan Indosat dan Tri—menyatakan akan menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar ke dua di Indonesia.

Pendapatan tahunan perusahaan merger itu diperkiraan mencapai US$3 miliar, sedangkan rasio proses (run rate) tahunan sinergi sebelum pajak mencapai US$300 juta—US$400 juta dalam 3—5 tahun ke depan.  

Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi menilai pengembangan 5G Indosat akan makin agresif pada 2023 atau setelah ketersediaan spektrum baru untuk 5G. 

Pada 2022, Kemenkominfo berencana melakukan lelang frekuensi di 700MHz. Kemenkominfo juga mengkaji penggunaan pita frekuensi gelombang milimeter 28 GHz.

Ridwan memprediksi pembangunan jaringan Indosat 3 tahun ke depan tidak terlalu berjalan mulus karena hasil penggabungan perusahaan berisiko meleset dari perkiraan.

Dari sisi pelanggan, misalnya, dia menduga pelanggan Tri dan Indosat adalah pelanggan yang sama. Jika hal itu yang terjadi maka pendapatan perusahaan gabungan kurang optimal yang kemudian berdampak pada rencana pembangunan jaringan. 

“Untuk mengantisipasi hal itu, Indosat Ooredoo Hutchison harus memberikan layanan yang baik dan beragam,” kata Ridwan.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura memperkirakan jaringan 4G akan masih terus dibangun, sementara jaringan 5G mulai mengarah ke pelaku industri. 

Pembangunan 5G Indosat bakal lebih murah karena perusahaan menggunakan spektrum 1,8GHz yang secara ekosistem 5G sudah lebih matang.  Tidak hanya murah, 5G Indosat juga bisa makin cepat jika kemudian muncul suatu kebutuhan terhadap 5G.

GEDUNG INDOSAT. Bisnis/Himawan L Nugraha

PERLUAS JARINGAN

Mengenai strategi 3 tahun ke depan, SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Steve Saerang mengatakan perseroan berkomitmen untuk terus melakukan perluasan jaringan 4G berkualitas video sebagai upaya memberikan pengalaman telekomunikasi digital terbaik kepada pelanggan.  

Selain itu, ISAT juga menghadirkan layanan 5G di wilayah yang memiliki kesiapan ekosistem dengan kebutuhan data yang tinggi.

“Tentu salah satu prioritas kami adalah mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia dengan cara  memperluas cakupan dan terus meningkatkan pengalaman digital untuk para pelanggan,” kata Steve. 

Bagaimanapun, jika dikaitkan dengan adegan tarik tambang di serial Squid Game, mungkin posisi Indosat saat ini adalah dalam posisi menarik tambang setelah sering mengendurkan tali.

Uniknya, dalam proses menarik tambang, ISAT mendapat tambahan personel karena melebur dengan Tri Indonesia. 

Tambahan orang—bisa 5 atau 10 orang—di grup tarik tambang Indosat bisa membuat tarikan menjadi lebih kuat atau justru tak berdampak, tergantung pada komitmen personel di dalam dan modal dari tambahan investor mereka di luar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.