Ambisi Pertamina Pacu Proyek Geothermal PGEO

Pertamina berharap anak usahanya, yakni PGEO dapat mempercepat pengembangan PLTP geothermal di Wilayah Kerja Panas Bumi (WPK) yang ada agar dapat menggandakan kapasitas terpasang lebih cepat dibanding target yang dicanangkan pada 2030.

Tim Redaksi

20 Des 2023 - 09.23
A-
A+
Ambisi Pertamina Pacu Proyek Geothermal PGEO

(Ki-Ka) Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Julfi Hadi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro melaksanakan prosesi penekanan tombol sebagai simbol dimulainya proses pembangunan Proyek Pertamina Geothermal Energy Lumut Balai Unit 2 dalam acara groundbreaking, Selasa (19/12) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek Lumut Balai Unit 2 ini merupakan langkah konkrit Perseroan untuk menjadi 1 GW company dalam dua tahun mendatang. Sumber: Pertamina.

Bisnis, MUARA ENIM — PT Pertamina (Persero) selaku induk dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) meminta anak usahanya tersebut untuk dapat mempercepat pengembangan potensi panas bumi di Indonesia dan menggandakan kapasitas terpasang lebih cepat dari target.

Saat ini, PGEO mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan 1 Wilayah Kerja Penugasan dengan kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Dari jumlah tersebut, sebesar 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGEO, sedangkan 1.205 MW dikelola dengan skema Kontrak Operasi Bersama.

Kemarin, Selasa (19/12/2023), PGEO baru saja melakukan groundbreaking proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek ini bakal menambah kapasitas terpasang perseroan sebanyak 55 WM.

Dalam sambutannya di acara tersebut, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa dengan peresmian tersebut, langkah PGEO untuk dapat mencapai target penggandaan kapasitas terpasang pada 2030 semakin dekat.

Bahkan, menurutnya PGEO seharusnya dapat mempercepat pencapaian target tersebut, mengingat besarnya potensi yang ada.

Baca Juga:

Prospek IPO Sektor Teknologi & Sengatan Rencana Aksi the Fed

Menggali Saham Blue Chip Mercy Harga Bajaj di Window Dressing

Daftar Saham yang Bakal Melonjak Efek Sikap Dovish The Fed

Lebih Terperinci Menghitung Keuntungan GOTO dari Masuknya TikTok

“Kita memiliki WKP yang sedemikian banyak yang belum dikembangkan. Dari WKP yang sudah dikembangkan, kita mempunya reserve yang juga cukup banyak. Secara bisnis, sudah ditandatangani juga PPA [Power Purchase Agreement]. Jadi, sebetulnya sekarang bolanya ada di kita, tugasnya ada di kita,” ungkapnya.

Nicke menjelaskan bahwa di WKP Lumut Balai sendiri setidaknya ada potensi sumber daya energi atau reserve yang mencapai sekitar 270 MW, sedangkan cadangan terbukti mencapai 150 MW. Di sisi lain, PGEO telah menandatangani PPA untuk pengembangan PLTP 4x55 MW di WKP Lumut Balai.


Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memberikan kata sambutan dalam acara groundbreaking Pertamina Geothermal Energy Lumut Balai Unit 2 di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (19/12). Dalam sambutannya, Nicke mengapresiasi milestone penting Pertamina Geothermal Energy ini yang secara nyata terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia.

Dengan groundbreaking PLTP Unit 2 Lumut Balai, kapasitas pembangkit di Area Lumut Balai akan bertambah sebesar 55 MW, sehingga total menjadi 110 MW. Nicke meminta agar pengembangan Unit 3 dan Unit 4 pun dapat dipercepat pelaksanaannya secara paralel dengan penyelesaian Unit 2.

Di samping itu, di proyek ini pun dapat dikembangkan pemanfaatan teknologi binary dengan potensi penambahan kapasitas pembangkit hingga 40 MW. Hal ini mengingat karakter geothermal di Lumut Balai bersifat water dominated, sebanyak 80% merupakan air dan 20% uap panas.

Teknologi binary unit merupakan fasilitas yang memanfaatkan brine (cairan /air panas bumi) untuk menghasilkan listrik sebelum brine tersebut diinjeksi kembali ke dalam bumi, sehingga dapat menambah kapasitas listrik yang dihasilkan.

“Pak Julfi [Direktur Utama PGEO Julfi Hadi] dan timnya itu menargetkan Unit 3 itu di tahun 2028 dan Unit 4 2029. Kalau saya mintanya dipercepat,” katanya.

Nicke mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara dengan potensi energi panas bumi terbesar kedua di dunia, tetapi pemanfaatan sumber energi ini masih kurang dari 10% dari potensinya. Untuk itu, diperlukan terobosan di bidang teknologi, komersial, dan legal.

Pertamina pun telah berdiskusi dengan JICA selaku investor proyek Lumut Balai untuk dapat melaksanakan proses persiapan Unit 3 dan 4 secara terintegrasi.

“Jadi, Pak Julfi, jangan kasih kendor. Gas terus saja. Kita holding akan men-support penuh,” tuturnya.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi, mengamini bahwa setelah groundbreaking, perseroan akan mengakselerasi proyek Lumut Balai Unit 2 ke tahap selanjutnya, yakni desain engineering, pengeboran pondasi Fluid Collection and Reinjection System (FCRS), serta persiapan jalur transmisi.

Lebih lanjut Julfi menyampaikan bahwa proyek ini ditargetkan untuk beroperasi pada akhir tahun 2024 dengan potensi pengurangan emisi hingga 581.784 tCO2eq/tahun. Penyelesaian proyek ini dilakukan secara kolaboratif antara Indonesia dengan negara-negara Indo-Pasifik, yaitu Jepang dan Tiongkok. 

“Pertamina Geothermal Energy bekerja sama dengan tiga perusahaan dari Jepang, China, dan Indonesia, yaitu Mitsubishi Corporation, SEPCO III Electric Power Construction Co, Ltd. (SEPCO III), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. untuk mengembangkan proyek Lumut Balai Unit 2,” tutur Julfi.

Dari sisi pendanaan, proyek ini telah mendapatkan stimulus dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar US$155 juta. 

Selain Lumut Balai Unit 2, Pertamina Geothermal Energy juga tengah mengembangkan proyek panas bumi lainnya guna mencapai visi untuk menjadi 1 GW company dalam dua tahun mendatang. 

PGEO memiliki sejumlah WKP yang masih potensial dikembangkan. Beberapa potensi tambahan daya itu di antaranya ialah WKP Hululais Unit 1 dan 2 (110 MW), Hululais Binary Unit (60 MW), Ulubelu (40 MW), Lahendong (35 MW).

(Ki-Ka) Project Manager EPCC Lumut Balai Unit 2 Pertamina Geothermal Energy Achmad Sri Fadli, Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Julfi Hadi, dan Komisaris Utama/Komisaris Independen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Sarman Simanjorang saat meninjau langsung lokasi Proyek Lumut Balai Unit 2 di sela acara groundbreaking. Proyek ini merupakan bentuk langkah Perseroan mendukung target pemerintah mencapai net zero emission 2060.


EKSPANSI AGRESIF

PGEO memang cukup agresif dalam upaya peningkatan kapasitasnya tahun ini guna mendukung visi pemerintah untuk mencapai net zero emission pada 2060. 

Tahun ini, PGEO bersama PT Jasa Daya Chevron (Chevron Geothermal) mengambil alih konsesi seluas 70.710 hektare (ha) di WKP Way Ratai, Lampung, tengah tahun ini. 

Pengambil alihan konsesi tersebut menyusul Way Ratai ditinggal konsorsium panas bumi Italia, Enel Green Power SpA dan PT Optima Nusantara Energi pada 2021 lalu.

Selain itu, PGEO juga dikabarkan sedang dalam pembicaraan untuk membeli unit panas bumi milik KS Orka Renewables yakni PT Sorik Marapi Geothermal Power. Nilai akuisisi tersebut ditaksir mencapai US$1 miliar. 

Sumber Reuters yang enggan dikutip Namanya mengatakan bahwa kesepakatan jual-beli tersebut bisa ditandatangani oleh kedua pihak pada akhir tahun ini. Namun, sumber tersebut menegaskan bahwa kesepakatan tersebut bisa berubah sewaktu-waktu.

Di sisi lain, sumber tersebut juga menyebutkan bahwa KS Orka pada awal tahun ini telah menjajaki upaya untuk menjual PLTP Sorik Marapi.

Sekadar informasi, PLTP Sorik Marapi, yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal di Sumatera Utara, merupakan salah satu proyek panas bumi terbesar yang sedang dikembangkan di Indonesia dengan kapasitas hingga 240 megawatt.

KS Orka mengakuisisi saham mayoritas perusahaan tersebut pada pertengahan tahun 2016. KS Orka didirikan oleh Kaishan Group asal China pada 2016 untuk fokus pada pengembangan energi baru panas bumi.

Adapun, pihak Pertamina Geothermal mengatakan pada bahwa mereka tidak memiliki informasi untuk dibagikan mengenai masalah tersebut saat ini. Sementara itu, KS Orka tidak menanggapi permintaan komentar.

Jika kesepakatan ini terwujud, maka aksi korporasi ini akan menjadi salah satu yang terbesar yang dilakukan Pertamina Geothermal sejak penawaran umum perdana (IPO) pada Februari lalu.

Sebelumnya, pada Agustus lalu, PGEO mereka menandatangani perjanjian awal dengan dua perusahaan Kenya untuk menjajaki kemitraan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi yang jika digabungkan bisa bernilai U$2,2 miliar.


 

REKOMENDASI

Langkah agresif PGEO dalam mengembangkan kapasitasnya ini pun mendapatkan respons positif dari kalangan analis. 

Equity Research Analyst Sucor Sekuritas, Andreas Tarigan, mengatakan bahwa energi panas bumi merupakan energi baru terbarukan (EBT) paling memungkinkan untuk Indonesia dalam mencapai target emisi nol bersih atau net zero emission. 

Dengan kondisi tersebut, dia menilai bahwa secara jangka panjang PGEO akan diuntungkan karena merupakan memiliki kapasitas terpasang terbesar kedua. Selain itu, konsensi-konsensi panas bumi yang belum tergarap sebagian dipegang perseroan. 

“Bisnis PGEO, yakni panas bumi secara overall masih banyak potensi besar yang belum dimaksimalkan. Dengan kapasitas internal mencapai 672 MW, PGEO menjadi pemain yang sangat berpotensi di sektor energi hijau yang sedang berkembang saat ini,” kata Andreas.

Menurutnya, secara fundamental, PGEO memiliki balance sheet yang kuat. Perseroan juga menghasilkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) margin sebesar 80%, atau lebih tinggi dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. 

Dalam riset yang dilakukan, Sucor Sekuritas memberi nilai positif terhadap pertumbuhan stabil dan margin PGEO yang tinggi. Kapasitas terpasang PGEO juga diramal tumbuh 14% CAGR dalam 5 tahun mendatang, meningkatkan total kapasitas menjadi 1.272 MW pada 2027.

“Angka kapasitas baru itu memungkinkan perseroan untuk menghasilkan 11 milyar kWh/tahun yang merupakan 9% pangsa pasar global,” ujar Andreas.

Sementara itu, Sucor Sekuritas memperkirakan pendapatan PGEO akan mencapai US$806 juta pada 2027, bertambah 109% dari US$386 juta pada 2022. Adapun laba bersih diproyeksi mencapai US$205 juta pada 2027 atau meningkat 61% dari posisi tahun 2022. 

Sucor Sekuritas juga melihat perseroan bakal mendapatkan keuntungan dari penyesuaian tarif setiap tahun. Tarif uap disesuaikan dengan tarif tetap 2% per tahun, sementara tarif listrik disesuaikan dengan menggunakan pergerakan PPI AS dan CPl AS sebagai referensi. 

“Dalam tiga tahun terakhir, perusahaan mengalami kenaikan tarif sebesar 4-5% per tahun. Selain itu, sudah ada perjanjian take-or-pay yang mengharuskan pembeli untuk membeli jumlah minimum produksi,” kata Andreas. 

Dengan fondasi tersebut, Sucor Sekuritas melihat PGEO memiliki strategi ekspansi yang sangat baik dan pertumbuhan yang stabil. Sucor Sekuritas juga menyematkan rekomendasi beli dengan target harga berbasis discounted cash flow (DCF) di level Rp1.650

Prospek positif terkait kinerja saham PGEO disampaikan oleh Mandiri Sekuritas.

Dalam risetnya, Analis Mandiri Sekuritas Henry Tedja CFA dan Ariyanto Kurniawan menyebutkan terdapat tiga hal yang dapat menjadi mendorong penguatan kinerja saham perusahaan produsen energi bersih terbarukan tersebut.

Pertama, rencana ekspansi bisnis yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, baik dari sisi top line maupun bottom line.

"PGEO dalam lima tahun ke depan diharapkan mampu menambah kapasitas terpasang 600 MW sehingga total menjadi 2.447 MW," ujarnya.

Target kapasitas terpasang tersebut dinilai dapat dengan mudah direalisasikan oleh PGEO lantaran melimpahnya sumber daya perusahaan di 13 WKP.

Selain itu, keberadaan kontrak jangka panjang selama 19 sampai dengan 30 tahun yang menguntungkan dengan PT PLN (Persero) diyakini dapat menyokong operasional dan memberikan aliran kas yang kuat dan stabil bagi PGEO.

"Bisnis model tersebut mampu memberikan aliran kas bebas bagi PGEO sebesar US$76 juta hingga US$207 juta sepanjang 2019-2022." 

Selain itu, PLN sebagai pembeli dalam tiga tahun terakhir selalu membayarkan tagihan tanpa adanya penundaan pembayaran yang terlalu lama. Hal tersebut membuat arus kas PGEO menjadi semakin kokoh.

Terakhir, Mandiri Sekuritas juga menggarisbawahi komitmen pemerintah lewat PLN dalam menggenjot penggunaan EBT. PLN sendiri dalam bauran energi telah menyatakan komitmennya untuk meningkatkan penggunaan listrik dari sumber EBT.

Panas bumi diharapkan akan memainkan peran dengan penambahan kapasitas hingga 3,3 GW dalam 10 tahun ke depan.

Mandiri Sekuritas memproyeksikan EBITDA PGEO dapat tumbuh 6,1 persen (CAGR) sepanjang 2022 hingga 2025. Laba bersih perusahaan juga diharapkan dapat tumbuh stabil dalam periode yang sama.

(Reporter: Emanuel B. Caesario, Dionisio Damara, Nyoman Ary Wahyudi)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.