Bisnis, JAKARTA — Indonesia ditenggat sekira 3 tahun lagi untuk menjadikan jaringan 5G sebagai kelaziman dalam aktivitas sehari-hari. Saat misi memeratakan 4G saja tidak kunjung paripurna hingga kini, target mengejawantakan generasi kelima pada 2025 terasa muskil.
Di banyak ekonomi—yang sudah maju sekalipun—menormalisasi 5G dalam kehidupan sehari-hari, baik di tigkat ritel maupun industri, tidaklah dieksekusi dalam sekejap. Dibutuhkan kematangan ekosistem, infrastruktur telekomunikasi, dan tentu saja insentif dari pemerintah.
(BACA JUGA: Eksekusi Bertele-tele Pemerataan Internet Cepat di Indonesia)
Di Tawian, misalnya, sebuah perusahaan yang berinvestasi teknologi 5G—baik dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak, maupun layanan teknis—langsung diguyur insentif fiskal oleh otoritas setempat.