Ancang-Ancang Pertamina Tangkap Tren Bisnis Aviasi Pascapandemi

Di dalam negeri, industri penerbangan nasional terus bergerak menuju pemulihan setelah lebih dari 2 tahun nasibnya tidak menentu akibat terdampak pandemi Covid-19. Industri pendukung penerbangan seperti bandara, layanan sisi darat atau ground handling hingga katering penerbangan pun ikut menikmati.

Ibeth Nurbaiti

11 Mei 2023 - 18.11
A-
A+
Ancang-Ancang Pertamina Tangkap Tren Bisnis Aviasi Pascapandemi

Mobil tangki PT Pertamina (Persero) melakukan pengisian bahan bakar udara Avtur. Bisnis-Pertamina Patra Niaga

Bisnis, JAKARTA — Efek dari pandemi Covid-19 masih terasa pada beberapa sektor meskipun virus yang sempat meluluhlantakkan hampir seluruh sendi perekonomian global itu sudah dinyatakan banyak negara bukan lagi sebagai pandemi.

Salah sektor yang sempat terpuruk karena pandemi Covid-19 adalah industri penerbangan. Pandemi telah menyebabkan kerugian tak terkira di berbagai sektor penerbangan, impak dari tidak adanya penerbangan hingga hilangnya pekerjaan yang berkaitan dengan industri tersebut.

Baca juga: Kinerja Moncer Pertamina NRE, Laba Kuartal I/2023 Lampaui Target

Kendati demikian, industri penerbangan mulai kembali bangkit meskipun belum benar-benar pulih. Namun, kondisi itu kemudian ditangkap oleh PT Pertamina (Persero) sebagai momentum yang baik untuk mempersiapkan bisnis aviasi dalam upaya memenuhi tren industri penerbangan pada era pascapandemi.

Vice President Aviaton Fuel Business Pertamina Patra Niaga, Yosep Iswadi mengatakan bahwa kondisi tersebut merupakan hal yang positif mengingat industri penerbangan dan bisnis aviasi adalah sektor krusial bagi pertumbuhan ekonomi. 


“Sayangnya, pertumbuhan bisnis aviasi dan industri penerbangan belum benar-benar pulih, apalagi kita tahu masih ada isu geopolitik yang mempengaruhi fluktuasi harga minyak dunia,” kata Yosep dalam keterangannya dikutip Kamis (11/5/2023). 

Oleh karena itu, Pertamina Patra Niaga menggelar Pertamina Aviation Global Summit dengan tema the Future of Aviation Industry pada 4—6 Mei 2023 di Bali untuk mempersiapkan bisnis aviasi dalam upaya memenuhi tren industri penerbangan ke depannya.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution mengatakan bahwa ke depannya bisnis aviasi akan terus dimaksimalkan mengingat Pertamina Patra Niaga melayani lebih dari 70 bandara di Indonesia serta beberapa lokasi di luar negeri. 

Baca juga: Menanti Gas Alam Cair (LNG) Segera Mengalir ke Pulau-Pulau Kecil

“Langkah yang kami ambil saat ini adalah fokus kepada memaksimalkan layanan Avtur serta membangun kolaborasi dengan berbagai mitra strategis,” kata Alfian.

Langkah kolaborasi ini pun turut terjalin dalam Pertamina Aviation Global Summit 2023 dengan ditandatanganinya kerja sama antara Pertamina Patra Niaga dan PTT Oil & Retail untuk penyediaan Avtur bagi maskapai Garuda Indonesia dan Singapore Airlines di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand. 

Kerja sama lain yang turut terjalin adalah penyediaan Avtur bagi maskapai Garuda Indonesia di Bandara Incheon, Seoul, Korea Selatan yang disepakati antara Pertamina Patra Niaga dan SK Energy.

Penandatanganan kerja sama penyediaan Avtur bagi maskapai Garuda Indonesia di Bandara Incheon, Seoul, Korea Selatan yang disepakati antara Pertamina Patra Niaga dengan SK Energy saat Pertamina Aviation Global Summit pada 4-6 Mei 2023 di Bali. Bisnis-Pertamina Patra Niaga.


“Ini adalah langkah Pertamina Patra Niaga dalam menjawab tantangan dan tren bisnis aviasi ke depan. Komitmen kami adalah  untuk terus meningkatkan kualitas produk dan layanan bisnis aviasi Pertamina agar dapat memenuhi kebutuhan industri penerbangan ini,” tutur Alfian.

Sebagai gambaran, Pertamina Aviation Global Summit kali ini diisi dengan diskusi dari beberapa narasumber seperti General Manager China Southern Airlines, Jackin Chu, Vice President dari PTT Oil & Retail, Chaipruet Watchareecupt, dan Director dari S&P Global, Dexter Wang. 

Baca juga: Mengerem Laju Investasi Pabrik Pengolahan Nikel Setengah Jadi

Seluruh panelis sepakat bahwa memang saat ini industri penerbangan dan bisnis aviasi memperlihatkan tren yang positif, meskipun bukan berarti sudah kembali normal seperti sebelum pandemi.

“Di Asia, permintaan bahan bakar aviasi atau jetfuel masih cenderung lebih rendah daripada regional lain di dunia. Jika dilihat dari angle produk, jetfuel juga paling rendah permintaannya, hanya sekitar 5 persen—10 persen dibandingkan dengan produk minyak lain seperti gasoline dan LPG,” kata Dexter Wang.


Di dalam negeri, industri penerbangan nasional terus bergerak menuju pemulihan setelah lebih dari 2 tahun nasibnya tidak menentu akibat terdampak pandemi Covid-19. Keputusan Presiden Joko Widodo yang membolehkan mudik Lebaran pada 2022 menjadi penentu nasib bagi industri penerbangan nasional.

Industri pendukung penerbangan seperti bandara, layanan sisi darat atau ground handling hingga katering penerbangan pun ikut menikmati oasis tersebut. Kini, industri penerbangan terus bergerak menuju pemulihan.

Seperti yang pernah diungkapkan Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja, pemulihan sektor penerbangan domestik ditargetkan bisa berlangsug pada 2023, sedangkan untuk rute internasional pada 2024. (Anitana Widya Puspa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.