Bisnis, JAKARTA— Guncangan pada pasar global menjadi penyebab utama menurunnya nilai transaksi aset kripto di Indonesia sepanjang tahun 2022. Meski begitu aset digital tersebut dinilai masih memiliki setitik harapan untuk bangkit dalam jangka panjang.
Adapun penurunan nilai transaksi tersebut tidak telepas dari efek domino dari sentimen-sentimen dari luar negari. Misalnya saja, langkah bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) yang memang sikap hawkish dalam ambil keputusan kenaikan suku bunga, hingga runtuhnya beberapa platform kripto di beberapa negara.
Pada Januari 2022, salah satu aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar Bitcoin mencatatkan penurunan terbesarnya sejak awal 2018. Bahkan Bitcoin tenggelam hingga ke posisi US$33.000 per koin pada Januari, tak sampai separuh dari posisi tertingginya di US$69.000 pada tiga bulan sebelumnya.
Sejumlah otoritas moneter di berbagai negara telah memperingatkan nasabah agar tidak terjerumus dengan perdagangan kripto yang sangat volatil. Suratnya datang setelah Bitcoin mencapai masa sulit, jatuh hampir 40 persen dari puncak November.