Anomali Saham Bukalapak (BUKA) dan Kekecewaan Investor Ritel

Saham Bukalapak (BUKA) terus meroket bahkan terkena ARA pada dua hari perdagangan di bursa. Namun, pergerakan sahamnya tiba-tiba anjlok hingga terkena ARB.

10 Agt 2021 - 13.36
A-
A+
Anomali Saham Bukalapak (BUKA) dan Kekecewaan Investor Ritel

Warga mengakses aplikasi Bukalapak di Jakarta, Kamis (5/8/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani.

Bisnis, JAKARTA - Saham PT Bukalapak.com Tbk bergerak sangat dramatis sejak diperdagangkan pertama kali di bursa pada Jumat (6/8/2021). Euforia pasar sukses melambungkan sahamnya melesat hingga terkena auto reject atas (ARA) hingga sesi I perdagangan kemarin, Senin (9/8/2021).

Namun, saham unikorn pertama yang melantai di pasar modal Indonesia itu tak mampu mempertahankan posisinya. Pada Selasa (10/8/2021), saham BUKA turun 6,76 persen atau 75 poin menjadi Rp1.035 dan menyentuh auto reject bawah (ARB).

Pergerakan saham BUKA sejalan dengan laju indeks harga saham gabungan (IHSG) ke zona merah. Pukul 11.30 WIB atau akhir sesi I, IHSG turun 1,29 persen atau 79,3 poin menjadi 6.048,15.

Padahal, saat pembukaan indeks sempat menghijau ke level 6.147,76. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.042,47-6.147,76.

Anjloknya IHSG dan saham BUKA terjadi karena aksi jual investor asing. Pada perdagangan sesi I hari ini, aksi jual bersih investor asing mencapai Rp117,14 miliar. Saham BUKA menjadi sasaran jual utama dengan net sell Rp123,4 miliar.

Hingga akhir sesi pertama hari ini, total transaksi saham BUKA mencapai Rp1,02 triliun. Sepanjang sesi, harga saham BUKA bergerak di rentang Rp1.035-Rp1.160.

Anomali pergerakan saham Bukalapak itu pun memancing sejumlah investor ritel mengemukakan kekecewaannya. Kolom komentar dan pemberian penilaian aplikasi Bukalapak di google playstore diisi oleh keluhan para investor ritel.

"Payah neh masa hari ke-3 ARB...tega bener nyari duit dr rakyat indo buat investor asingnya..ga malu apa pasang bendera indo di deskripsi..," ungkap Haryadi Yusuf dalam penilaian aplikasi Bukalapak di playstore yang dikutip pada Selasa (10/8/2021).

Selain itu, ada pula akun lain yang mengeluhkan ARB emiten teknologi tersebut. "Urusin tuh saham lu anjlok," ungkap Kelvin Kamdani dalam ulasannya.

Pihak aplikasi Bukalapak pun menjawab setiap komentar dan penilaian tersebut dengan format yang hampir sama. Mereka mengungkapkan permohonan maaf dan permohonan mengisi formulir daring.

"Hai Kak, mohon maaf atas ketidaknyamanannya ya. Terkait kendala Kakak mengenai saham kami sarankan bisa isi form di link https://bl.id/appreview terlebih dahulu agar bisa dibantu cek lebih lanjut ya. Terima kasih :)," begitu salah satu tanggapan dari pengelola aplikasinya.

 

Kekuatan Investor Asing vs Domestik

Aksi jual investor asing terhadap saham BUKA bukanlah pertama kali terjadi pada hari ini. Aksi jual investor asing sudah terjadi sejak hari pertama saham unikorn itu diperdagangkan di pasar modal.

Data yang dihimpun Bisnis, investor asing menekan saham BUKA dengan aksi jual pada Jumat (6/8/2021). Pemodal asal luar negeri mencetak jual bersih atau net sell Rp279,83 miliar. Adapun, net sell itu berasal dari transaksi jual Rp519,7 miliar dan transaksi beli Rp239,9 miliar.

Namun, sahamnya tidak terkena ARB karena investor domestik mendominasi transaksi saham BUKA pada sesi Jumat (6/8/2021). Transaksi beli investor domestik menembus Rp1,3 triliun. Sebalinya, transaksi jual lebih rendah hanya Rp1 triliun. Adapun total nilai transaksi di seluruh papan perdagangan pada hari itu mencapai Rp1,5 triliun. 

Besarnya minat investor pasar modal terhadap IPO Bukalapak sudah tercermin sejak masa periode bookbuilding. Bahkan, banyak investor yang mengeluhkan tidak kebagian permintaan sesuai pesanan.

Analis Indo Premier Mino menilai tidak dapat dipungkiri investor domestik menjadi penopang laju saham Bukalapak pada sesi pertamanya. Menurutnya, ada dua faktor penyebab minat investor domestik begitu besar terhadap BUKA.

Pertama, saham-saham teknologi sudah membukukan kenaikan signifikan sebelum IPO Bukalapak. Dengan demikian, ada harapan BUKA akan mengikuti jejak para pendahulunya.

Kedua, BUKA memiliki model bisnis yang berbeda dari konvensional dan sedang menjadi tren. Oleh karena itu, muncul kecenderungan investor untuk membelinya.

“Dalam jangka pendek, ada potensi saham BUKA masih akan naik dilihat dari minat investor yang sangat tinggi tapi dalam jangka panjang akan tergantung dari kinerja dan prospek keuanggannya,” jelasnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Adapun BEI melaporkan sepanjang sejarah pasar modal di Indonesia, aktivitas investor ritel domestik dari sisi harian dan bulanan tertinggi terjadi pada 2020. Rata-rata single investor identifications (SID) aktif per hari di 2020 meningkat 73,62% menjadi 94.704 dari 54.547 pada tahun 2019.

Selanjutnya dari rata-rata investor aktif per bulan di sepanjang 2020 meningkat 57,92% menjadi 293.886 dari 186.102 pada tahun 2019. Demam pasar modal khususnya masih terus melanda hingga semester I/2021.

Kontribusi investor ritel terhadap total nilai transaksi terus meningkat dalam 5 tahun terakhir. Investor ritel tercatat menyumbang 59,3% nilai transaksi Januari 2021 — Juni 2021. Komposisi itu melesat dari 34,2% pada 2015.

(Hafiyyan, Rinaldi Mohammad Azka, Pandu Gumilar, M. Nurhadi Pratomo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.