Bisnis, JAKARTA — Sebuah konsorsium yang dipimpin oleh pengembang ACWA Power telah mencapai kesepakatan finansial untuk pembangkit listrik tenaga surya Sudair 1.500 megawatt, sebuah proyek besar dalam mendorong pengembangan energi terbarukan Arab Saudi.
Pengembang juga mengumumkan bahwa SAPCO milik Aramco telah bergabung dengan konsorsium, menandai partisipasi pertama raksasa minyak itu dalam program energi terbarukan melalui Dana Investasi Publik Saudi.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Sudair yang diumumkan pada April, menjadi bagian utama dari program energi terbarukan PIF. Lembaga investasi itu memiliki 30 persen saham di ACWA Power dan memiliki perusahaan utilitas Badeel, anggota konsorsium lainnya.
PLTS (fotovoltaik surya) kontrak tunggal terbesar di dunia, akan berlokasi di Sudair Industrial City di utara Arab Saudi.
“Tim teknis khusus Saudi di Kementerian Energi memilih lokasi proyek Sudair dan melakukan persyaratan teknik dan studi awal proyek tersebut,” kata ACWA Power dalam sebuah pernyataan. Seperti dikutip dari www.arabnews.com, Minggu (15/8/2021).
“PLTS Sudair solar adalah bukti upaya berkelanjutan kerajaan untuk mengurangi emisi sektor energi,” tambahnya.
Program ini bertujuan untuk mendukung transisi dan diversifikasi energi Arab Saudi, memberikan 70 persen energi terbarukan Kerajaan Saudi di bawah Program Energi Terbarukan Nasional (NERP).
Sekitar 3,4 miliar real Saudi atau setara dengan US$900 juta investasi yang diperlukan untuk membangun PLTS Sudair, yang diharapkan dapat memberi energi listrik daya pada 185.000 rumah, sementara mengimbangi hampir 2,9 juta ton emisi per tahun.
PLTS Terapung Cirata 145 MW yang terbesar di Asia Tenggara/BKPM
SEPULUH KALI LIPAT
Jika dibandingkan dengan proyek PLTS apung Cirata yang belum lama ini juga mencapai kesepakatan pendanaan, kapasitas PLTS Sudair ini mencapai 10 kali lipat.
Kapasitas PLTS Cirata yang akan dibangun di permukaan waduk Cirata memiliki kapasitas pembangkit sebesar 145 MW yang akan menjadikannya sebagai PLTS terbesar di Asia Tenggara.
Investasi di pembangkit ini sekitar Rp1,8 triliun. PLTS terapung Cirata memecahkan rekor pembangkit bertenaga surya terbesar di Asean setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.
Dalam pengembangannya, anak usaha PT Pembangkitan Jawa-Bali, yakni PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi bermitra dengan Masdar, perusahaan asal Uni Emirat Arab, membentuk perusahaan patungan PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE).
PMSE telah menyelesaikan kesepakatan finansial dan memulai pembangunan PLTS terapung skala utilitas pertama di Indonesia.
Pembiayaan untuk proyek tersebut, pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama di Indonesia, diatur oleh Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Societe Generale, dan Standard Chartered Bank.