Asa BI dan OJK Kejar Target Kredit Perbankan di Sisa Tahun

Bank Indonesia mencatat kinerja kredit hingga Agustus 2021 berhasil tumbuh 1,16% YoY, membaik ketimbang capaian bulan sebelumnya yang hanya 0,5% YoY. Hingga akhir tahun, BI dan OJK optimistis kredit bisa tumbuh di atas 4%.

Khadijah Shahnaz Fitria & Dionisio Damara

21 Sep 2021 - 18.52
A-
A+
Asa BI dan OJK Kejar Target Kredit Perbankan di Sisa Tahun

Nasabah berbicara dengan karyawan melalui Video Banking di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia masih optimistis kredit perbankan dapat tumbuh minimal 4% hingga akhir tahun ini, meskipun hingga Agustus 2021 kinerja pertumbuhan kredit masih relatif terbatas dengan tingkat pertumbuhan 1,16% year-on-year (YoY).

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa meski mampu melanjutkan pertumbuhan positif, fungsi intermediasi perbankan masih perlu ditingkatkan.

“Intermediasi perbankan melanjutkan pertumbuhan positif, yaitu sebesar 1,16% yoy pada Agustus 2021,” ujarnya dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG), Selasa (21/9).

Adapun, Bank Indonesia memang kerap kali lebih dahulu mengumumkan kinerja industri perbankan dalam RDG yang digelarnya. Data lebih rinci terkait kinerja industri perbankan biasanya akan dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa bulan setelahnya.

Jika mengacu pada data yang telah disampaikan OJK, pertumbuhan kredit per Juli 2021 mencapai 0,50% YoY dengan nilai outstanding sebesar Rp5.563,7 triliun. Dengan demikian, jika mengacu pada pengumuman Bank Indonesia, kinerja kredit pada Agustus 2021 menunjukkan peningkatan yang cukup besar.

Perry menambahkan bahwa pertumbuhan kredit pada Agustus 2021 didorong oleh membaiknya permintaan kredit dari dunia usaha sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, menurunnya suku bunga kredit baru, serta melonggarnya standar penyaluran kredit perbankan.

Perry menyatakan kredit konsumsi dan kredit modal kerja melanjutkan pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 2,84% dan 1,27% secara YoY. Ini mengindikasikan peningkatan aktivitas konsumsi terutama permintaan pemilikan rumah, serta pemulihan dunia usaha.

“Kredit UMKM juga terus mengalami peningkatan dengan tumbuh sebesar 2,70% pada Agustus 2021. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit pada tahun 2021 diperkirakan dalam kisaran 4% hingga 6%,” pungkasnya.

Dalam pemberitaan sebelumnya, survei Bank Indonesia (BI) telah mengindikasikan penyaluran kredit pada Agustus 2021 meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Hal tersebut didorong oleh jenis penggunaan KPR dan kredit konsumsi lainnya, sementara jenis kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI) diperkirakan melambat.

Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan penyaluran kredit baru pada Agustus 2021 diperkirakan terjadi pada bank umum dan bank pembangunan daerah (BPD), sedangkan penyaluran kredit pada bank umum syariah (BUS) melambat.

Untuk keseluruhan kuartal III/2021, penyaluran kredit baru juga diperkirakan tumbuh, meski tidak setinggi pertumbuhan kuartal sebelumnya.

Hasil survei juga menunjukkan kebutuhan pembiayaan korporasi pada Agustus 2021 tetap tumbuh, meskipun melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang1 (SBT) sebesar 0,9%, lebih rendah 1,8% pada Juli 2021.

Sejalan dengan Bank Indonesia, OJK juga optimistis pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir tahun ini dapat tumbuh antara 4% hingga 5%.

Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto mengatakan pertumbuhan kredit akan terus membaik seiring dengan efisiensi yang dihasilkan oleh tren digitalisasi serta perluasan inklusi keuangan.

"Kita optimis perbankan akan mampu melakukan ekspansi kredit di kisaran 4% sampai 5% kalau tidak ada serangan ketiga atau keempat dari Covid-19," ujarnya, Selasa (21/9).

Sementara itu, dalam skenario pesimistis atau konservatif, OJK memperkirakan kinerja kredit akan tumbuh di kisaran 2% hingga 3% pada akhir tahun ini. Anung menambahkan bahwa dari sisi debitur atau permintaan kredit menjadi kunci utama dalam pertumbuhan kredit.

Jika sektor riil sudah mulai beraktivitas dan kembali pulih, permintaan terhadap kredit perbankan pun tentu akan membaik lagi. Dari sisi perbankan sendiri, saat ini kondisi likuiditas sedang berlimpah, sehingga tidak ada masalah dari sisi ketersediaan dana.

Justru, dana yang berlebih ini menjadi beban bagi bank jika tidak dapat disalurkan secara efektif melalui kredit. Anung pun meminta perbankan untuk bisa segera menyalurkan dana yang menumpuk tersebut.

"Oleh karena itu, harus ada outlet segera yang untuk disalurkan. Perbankan saya kira sudah tidak sabar untuk itu," katanya.

Anung pun berharap  tren penurunan kasus harian Covid-19 bisa terus dijaga oleh pemerintah dan pemangku kepentingan terkait. Sehingga, pertumbuhan kredit hingga 5% di tahun ini bisa terwujud.

Adapun, jika mengacu pada data kinerja kredit OJK per Juli 2021, kinerja kredit yang masih melemah adalah dari KMK dan KI. Kinerja KMK hanya tumbuh 0,43% YoY, sedangkan KI masih turun yakni -1,33%. Sebaliknya, kredit konsumsi justru tumbuh cukup tinggi, yakni 2,40% YoY.

Lebih detail lagi, pertumbuhan di kredit produktif ini juga semata-mata hanya ditopang oleh kredit UMKM yang masih tumbuh positif yakni 1,93% YoY, sedangkan kredit produktif segmen korporasi masih turun, tepatnya -2,23% YoY.

Oleh karena itu, penentu pemulihan kinerja kredit adalah jika kedua jenis kredit produktif tersebut, terutama dari nasabah korporasi besar, dapat kembali bergairah. Kabar baiknya, kalangan perbankan pun mulai melihat adanya indikasi peningkatan permintaan dari kredit produktif sektor korporasi ini.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk. Hera F. Haryn mengatakan perseroan melihat tren pertumbuhan kredit yang lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Menurutnya, beberapa sektor sudah mencatatkan pemulihan, terutama yang berkaitan dengan komoditas, telekomunikasi, dan infrastruktur.

“Namun, masih ada sektor lainnya yang membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama yaitu hotel, pariwisata, tekstil, dan konstruksi,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (21/9).

Hera menuturkan total kredit BCA masih stabil di angka Rp593,6 triliun pada Juni 2021. Raihan itu didukung oleh segmen korporasi, kredit pemilikan rumah, dan kartu kredit.

“Secara khusus, kredit korporasi tumbuh 1% yoy menjadi Rp260,45 triliun dibandingkan Juni 2020, didukung oleh berbagai sektor,” pungkasnya.

Di sisi lain, kata Hera, BCA berharap pertumbuhan kredit akan tumbuh di kisaran 4% -6% pada tahun ini, dengan ditopang oleh likuiditas yang masih memadai serta harapan akan pemulihan ekonomi, sehingga dapat mendorong permintaan kredit.

Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Aestika Oryza Gunarto menuturkan kredit korporasi, meskipun bukan core business BRI, akan terus didorong untuk tetap tumbuh. Meskipun demikian, dirinya mengamini bahwa pertumbuhannya tidak setinggi kredit UMKM.

"Di tahun 2025, BRI memiliki visi untuk meningkatkan porsi komposisi kredit UMKM mencapai 85%, sementara porsi kredit korporasi maksimal berada di kisaran 15%," ujar Aestika kepada Bisnis.

Aestika pun mengatakan segmen korporasi yang dibidik oleh BRI yakni yang memiliki value chain terhadap penghimpunan dana murah (CASA), transactional banking, serta memiliki turunan/ trickle down business di segmen ritel, kecil, dan mikro.

"Khusus untuk kredit korporasi masih cukup besar potensinya, seiring dengan adanya pemulihan ekonomi Indonesia," katanya.

Proyek-proyek yang sebelumnya tertunda karena imbas pandemi Covid-19 saat ini sudah mulai berproses kembali, di antaranya proyek di sektor pertambangan, manufaktur, agribisnis, telekomunikasi, dan juga proyek yang sifatnya proyek strategis nasional.

"Sebagai gambaran, kredit korporasi BRI non-BUMN tercatat tumbuh 3,7% YoY pada akhir Agustus 2021," tutup Aestika.

Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rudi As Aturridha mengatakan bahwa penyaluran kredit Bank Mandiri secara bank only telah mencapai Rp803,08 triliun per Juli 2021. Posisi tersebut tumbuh 6,2% YoY. Pertumbuhan tersebut, salah satunya juga ditopang oleh kredit di segmen wholesale yang tumbuh 6,43% YoY.

"Pertumbuhan kredit yang terbesar terdapat pada sektor pertanian dan kehutanan, mesin dan peralatan, serta telekomunikasi," ujarnya kepada Bisnis.

Perseroan memiliki portfolio guideline dalam mengatur batasan pemberian kredit berdasarkan sektor industri. Sektor yang prospektif (menarik dan netral) diarahkan tumbuh secara bertahap sehingga portfolio mix juga dapat tumbuh semakin sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.