Bisnis, NUSA DUA—Siasat industri sawit berselancar di tengah perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut dan kekhawatiran resesi global tahun depan menjadi topik panas pada hari pertama konferensi minyak sawit tahunan di Bali kali ini.
Setelah menjadi lubang penyelamat saat pandemi—dengan klaim kontribusi Rp500 triliun ke penerimaan negara setiap tahun dan membuka 16 juta lapangan pekerjaan menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki)—industri sawit kini dibayangi ancaman pelemahan ekonomi yang meluas. Namun, tensi geopolitik yang masih tinggi di Eropa timur agaknya melebarkan peluang setelah industri kemarin menikmati kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO), efek dari pasokan minyak nabati pesaingnya yang berkurang.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina memberikan dampak pada pasokan minyak nabati dunia, terutama minyak bunga matahari.
“Dalam merespons situasi ini, kita melihat sejumlah negara mengubah konsumsi ke jenis minyak nabati lainnya,” katanya dalam Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) di Bali.