Aset Kripto Sulit Kembali ke Titik Tertinggi Tahun Ini

Meski aset kripto kembali melesat pada beberapa hari terakhir, namun pergerakannya tak ana mencapai level tertinggi tahun ini seperti di awal Mei 2021 lalu.

Mutiara Nabila & Thomas Mola

14 Nov 2021 - 18.44
A-
A+
Aset Kripto Sulit Kembali ke Titik Tertinggi Tahun Ini

Ilustrasi token aset mata uang kripto - Freepik

Bisnis, JAKARTA - Aset kripot menjadi salah satu instrumen investasi yang populer saat ini. Seiring meningkatnya pamor koin digital tersebut, harganya pun mencapai level tertinggi.

Meski begitu, aset kripto diproyeksi tak akan mencapai rekor baru pada akhir tahun ini. Itu lantaran adanya sentimen negatif yang bakal menekan pergerakan koin digital tersebut.

Research and Development Manager ICDX, Jericho Biere, mengatakanpasar aset kripto masih dalam masa konsolidasi terhadap sentimen global hingga akhir tahun. “Salah satunya adalah akibat isu tapering off The Fed yang menjadikan alokasi investasi aset kripto tertahan dialihkan kepada dolar AS, sehingga belum berpotensi kembali kepada titik tertinggi tahun ini seperti di awal Mei yang lalu,” ujarnya, dikutip Minggu (14/11/2021).

Menurut Peraturan Terbaru Bappebti mengutip data Indodax, Minggu (14/11/2021), harga aset kripto terbesar Bitcoin mencatatkan kenaikan 1,37 persen ke US$64.714 per Bitcoin. Harganya sudah menyamai puncak pada Mei lalu, dan sempat menyentuh US$69.000.

Sementara itu, harga Ethereum sedang turun tipis 013 persen ke US$4.640 per Ether dan harganya saat ini sudah melampaui puncaknya di US$4.167 pada Mei lalu.

Di sisi lain, Jericho memberikan kiat-kiat bagi investor yang berminat menanamkan uangnya pada aset kripto. Dia menyebutkan seorang investor yang cerdas harus tahu dengan baik instrumen apa yang diminati dan diinvestasikannya.

Dia juga menyebut seorang investor wajib memahami fundamental aset kripto tersebut, dari siapa pendirinya, roadmap pengembangannya, komunitasnya, public interest-nya, dan risiko yang dihadapi dari fluktuasi harga aset kripto.

"Karena aset kripto adalah aset global yang ditransaksikan banyak investor di seluruh dunia, sehingga perlu paham dengan baik sentimen global juga,” ujarnya. 

 

 

Disebut Haram

Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan aset kripto (cryptocurrency) sebagai komoditas dengan syarat tertentu sah diperjualbelikan, tetapi haram untuk dijadikan sebagai mata uang kripto. Aset kripto yang dimaksud, yaitu aset kripto yang memenuhi syarat sebagai sil'ah dan memiliki underlying serta memiliki manfaat yang jelas hukumnya sah untuk diperjualbelikan.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan bahwa di Indonesia aset kripto memang bukan dijadikan sebagai mata uang. Hal itu sejalan dengan peraturan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

"Ini juga sama seperti hasil musyawarah MUI yang mengharamkan kripto sebagai mata uang karena di Indonesia hanya rupiah mata uang yang diakui. Di Indodax sendiri kami memperdagangkan banyak jenis aset kripto , bahkan volume perdagangan terbesar di Indodax datang dari aset kripto yang punya underlying aset fisik,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (12/11/2021).

Seperti diketahui, aset kripto saat ini marak dimiliki banyak orang di Indonesia sebagai investasi. Perdagangan aset kripto bahkan dijadikan mata pencaharian utama oleh jutaan masyarakat Indonesia saat ini untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dengan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi setiap tahun, antusiasme masyarakat Indonesia terhadap investasi aset kripto semakin hari kian bertambah.

Hal itu dibuktikan dengan terus meningkatnya volume transaksi serta bertambahnya pendaftar yang ikut terjun untuk mendaftar di banyak crypto exchange terdaftar resmi di Indonesia. Perihal underlying aset dari aset kripto, Oscar Darmawan menuturkan bahwa sebenarnya hampir semua aset kripto memiliki underlying asetnya tersendiri yang mungkin belum pernah dijelaskan sebelumnya.

Dia menuturkan sebenarnya semua aset kripto punya underlying-nya. Ada yang underlying-nya mudah dipahami dalam aset fisik seperti USDT, LGold, LSILVER, XSGD dan ada juga yang underlying-nya berupa biaya penerbitannya seperti Bitcoin.

Bitcoin memiliki underlying berupa biaya penambangan Bitcoin untuk proses verifikasi dan penerbitan yang membutuhkan biaya listrik sebesar 150 TeraWatt per jam-nya. "Karena ada biaya produksinya, Bitcoin tidak muncul begitu saja makanya jangan heran kalau Bitcoin harganya naik terus,” imbuhnya.  

Oscar menjelaskan Indodax saat ini mempunyai lebih dari 4,5 juta anggota di mana 99 persen adalah penduduk Indonesia yang hidup dari perdagangan aset kripto. Indodax sudah menolong 4,5 juta orang Indonesia melewati masa sulit saat pandemi Covid-19 dengan memberikan pekerjaan alternatif sebagai trader aset kripto.

"Banyak orang yang tidak ada lapangan pekerjaan sekarang hidup dari trading aset kripto. Indodax ada 170 jenis aset kripto. Jadi jenisnya banyak. Tinggal trader pilih saja mau trading aset kripto yang mana," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.