Australia Bawa Harga Batu Bara Indonesia Melayang ke Atas Angin

Kenaikan HBA Januari ini salah satunya dipicu oleh terjadinya gangguan distribusi batu bara di Australia yang selama ini menjadi salah satu pemasok batu bara global.

Ibeth Nurbaiti

4 Jan 2023 - 11.00
A-
A+
Australia Bawa Harga Batu Bara Indonesia Melayang ke Atas Angin

Kapal tunda (tug boat) menarik tongkang berisi batu bara memasuki kawasan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Minggu (10/7/2022). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA berada di angka US$305,21 per ton atau naik 8,43 persen dari posisi Desember 2022 di level US$281,48 ton. Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis, JAKARTA — Terjadinya gangguan distribusi batu bara di Australia akibat tingginya curah hujan di Negeri Kanguru itu telah memicu terjadinya kenaikan harga batu bara acuan (HBA) Indonesia pada awal tahun ini, kembali menembus level US$300 per ton.

Untuk Januari 2023, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA berada di angka US$305,21 per ton atau naik 8,43 persen dari posisi Desember 2022 di level US$281,48 ton.

Kenaikan HBA Januari ini salah satunya dipicu oleh terjadinya gangguan distribusi batu bara di Australia yang selama ini menjadi salah satu pemasok batu bara global. “Cuaca bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya HBA. Lonjakan harga batu bara Australia yang terjadi saat ini dikarenakan tingginya curah hujan yang menyebabkan terkendalanya angkutan batu bara,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya, Senin (2/1/2023).

Baca juga: Menepis Tantangan Co-Firing Biomassa untuk PLTU Batu Bara

Lebih lanjut, Agung menjelaskan bahwa kendala distribusi batu bara yang terjadi di pelabuhan muat membuat pasokan batu bara Australia ke negara importir, seperti Jepang dan Korea juga terkendala.

Di samping itu, faktor lain yang mengerek kenaikan HBA adalah kenaikan index bulanan Globalcoal Newcastle Index (GCNC) sebesar 16,23 persen dan Newcastle Export Index (NEX) sebesar 17,88 persen, meskipun index Platts dan Indonesia Coal Index (ICI) turun sebesar masing-masing 8,81 persen dan 3,25 persen.

Baca juga: Angin Segar dari Blok Tuna untuk Kedaulatan Migas RI di Natuna

Sebagai gambaran, HBA sempat menyentuh nilai tertinggi pada Oktober 2022, terkerek hingga menyentuh level US$330,97 per ton. Ketika itu, kondisi geopolitik Eropa imbas konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan fluktuasi harga gas Eropa menjadi faktor pengerek utama lonjakan HBA.


HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulpur 0,8 persen, dan ash 15 persen.

Nantinya, HBA tersebut akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel) selama Januari 2023.

Baca juga: KALEIDOSKOP 2022: Masa Emas Batu Bara, Energi Kotor yang Diburu

Untuk diketahui, terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara itu, untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), nuklir, dan hidro.

Baca juga: Juragan Batu Bara Low Tuck Kwong Balap Kekayaan Bos Grup Djarum

Secara keseluruhan, kenaikan signifikan harga komoditas terutama batu bara berkontribusi besar terhadap realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sepanjang 2022 yang mencapai Rp588,3 triliun atau meningkat 28,3 persen dibandingkan dengan realisasi 2021 senilai Rp458,5 triliun.

“Kenaikan PNBP secara total adalah 28,3 persen mencapai Rp588,3 triliun. Ini termasuk PNBP tertinggi di dalam sejarah PNBP kita,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Realisasi APBN 2022, Selasa (3/1/2023).


Penerimaan negara tersebut ditopang oleh pendapatan sumber daya alam (SDA) migas yang mencapai Rp148,5 triliun atau naik 53,7 persen dibandingkan dengan 2021 yang hanya mencapai Rp96,6 triliun. Selain itu, pendapatan SDA nonmigas tercatat mencapai Rp120,1 triliun atau naik 127,2 persen dibandingkan realisasi 2021 yang senilai Rp52,9 triliun. Realisasi ini telah mencapai 137,4 persen dari target 2022.

Adapun, melesatnya penerimaan SDA nonmigas tersebut utamanya didorong kenaikan harga komoditas minerba, terutama batu bara yang harga rata-rata HBA mencapai US$276,6 per ton.

Baca juga: Ongkos Angkut Jadi Tantangan Baru Pasokan Batu Bara PLTU

“SDA nonmigas kita capai Rp120 triliun, itu jauh lebih tinggi dibandingkan situasi sebelum Covid-19 sekalipun. Ini yang kita harus cukup hati-hati karena kenaikan komoditas memang diakui memberikan sumbangan penerimaan negara, baik pajak maupun nonpajak, yang luar biasa,” ujar Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.