Barito Pacific (BRPT) Terus Genjot Belanja Modal

PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) terus menggenjot belanja modal perusahaan yang mulai terealisasi pada paruh kedua 2021. Simak ulasannya.

Duwi Setiya Ariyant*
17 Okt 2021 - 16.02
A-
A+
Barito Pacific (BRPT) Terus Genjot Belanja Modal

PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) terus menggenjot belanja modal perusahaan yang mulai terealisasi pada paruh kedua 2021. (Bisnis/Triawanda Tirta Aditya)

Bisnis, JAKARTA— PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) terus menggenjot belanja modal perusahaan dengan ambisi US$8,3 miliar hingga 2026.

Direktur Barito Pacific, David Kosasih dalam acara paparan publik menjelaskan pada 2021 entitas anak, PT Star Energy Geothermal telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure sebesar US$100 juta hingga US$110 juta di sektor energi. 

Adapun, dari nilai tersebut, perusahaan baru merealisasikan 25 persen hingga 30 persen pada semester I/2021.

 “Hal ini memang karena program drilling yang sudah kami canangkan itu baru terlaksana pada paruh kedua tahun 2021,” ungkap David dalam acara paparan public BRPT, Jumat (15/10/2021). 

David menyebut dalam enam tahun terakhir, perusahaan membelanjakan dana US$4,3 miliar untuk ekspansi. Perusahaan pun terus menggenjot belanja modalnya melalui ekspansi di sektor petrokimia di bawah bendera PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) maupun sektor energi yang di bawah PT Star Energy Geothermal dan PT Indo Raya Tenaga. 

Secara total, perusahaan berambisi membelanjakan hingga US$8,3 miliar. Adapun, terdapat dua proyek yang sedang dalam proses konstruksi yaitu proyek Jawa 9 dan 10 di bawah bendera PT Indo Raya Tenaga dengan dana US$3,28 miliar yang ditargetkan selesai pada 2025. 

Selain itu, proyek pembangkit tenaga panas bumi (PLTP) Salak Binary di bawah Star Energy Geothermal dengan nilai US$45 juta yang ditargetkan rampung pada 2022. 

Di sektor petrokimia, Chandra Asri dengan proyek kompleks petrokimia kedua yang saat ini dalam proses persiapan keputusan final investasi (financial investment decision/FID) dengan nilai US$5 miliar yang ditargetkan rampung pada 2025 hingga 2026. 

Pembangunan kompleks petrokimia tersebut bertujuan untuk memperluas pangsa pasar yang kini masih dipenuhi oleh pelaku pasar dari luar negeri.

 “Itulah salah satu alasan kami juga kenapa kami berambisi untuk membangun second kompleks yang diharapkan dapat menambah kapasitas kami sebesar 3,8 juta ton sehingga total kapasitas terpasang diarahkan pada tahun 2026 nanti menjadi 8 juta ton,” ungkap David.

Berdasarkan aspek finansial, BRPT memiliki kemampuan mumpuni mengacu pada hasil pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pefindo mempertahankan peringkat idA untuk Obligasi Berkelanjutan I Tahap III Tahun 2020 Seri A sebesar Rp167,52 miliar yang akan jatuh tempo pada 18 Desember 2021

"Per Agustus 2021, BRPT juga memiliki kas internal sekitar US$95 juta, yang lebih dari cukup untuk pelunasan obligasi tersebut," tulis Pefindo, dikutip Minggu (17/10/2021).

Efek utang dengan peringkat idA, kata Pefindo, mengindikasikan emiten memiliki kemampuan yang kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut, dibandingkan dengan emiten lainnya di Indonesia.

BRPT merupakan holding investasi milik taipan Prajogo Pangestu yang dibentuk pada 1979.Saat ini, perseroan beroperasi di dua segmen utama, yakni petrokimia dan energi panas bumi.

Secara teknis, Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas memperkirakan saham BRPT berpeluang tipis kembali ke zona hijau pada sisa tahun ini.

Pada penutupan pasar Jumat (15/10/2021), harga saham BRPT menyentuh Rp945 atau naik 2,16 persen. Dengan demikian, perusahaan memiliki kapitalisasi pasar Rp88,59 triliun. Sayangnya, secara tahun berjalan harga saham BRPT terkoreksi 14,09 persen sehingga perusahaan keluar dari jajaran 10 emiten berkapitalisasi pasar terbesar.

"Saat ini pergerakan dalam jangka menengahnya cenderung sideways dan dalam jangka pendek dalam tren penurunan," kata Sukarno.

Sukarno menyebut, investor bisa melakukan trading buy terhadap saham BRPT. Namun, dia menyarankan investor untuk tetap memperhatikan momentum pergerakan secara teknis saat akan masuk ke saham ini.

Menurutnya, kinerja emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu ini berpeluang melanjutkan tren peningkatan kinerja di semester II/2021.

"Hal ini seiring kenaikan harga minyak yang memicu kenaikan harga jual produk-produk kimia dan didukung peningkatan permintaan juga," ucapnya.

Katalis positif lainnya menurut Sukarno adalah ekspansi yang telah dilakukan perseroan. Menurutnya, hal ini akan meningkatkan kinerja BRPT.

Sebelumnya, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan saat ini pergerakan saham Barito Pacific sudah berada di akhir koreksinya.

"Meskipun dari sisi indikator MACD dan stochastic masih menunjukkan adanya rawan koreksi, tetapi, sudah relatif terbatas dan berpeluang menguat kembali," tutur Herditya.

Herditya merekomendasikan bagi investor yang ingin masuk ke saham ini, untuk membeli saat pelemahan atau buy on weakness (BoW). Investor disarankan menjaga support pada level Rp800. Dia menyebut BRPT masih bisa menguat mencapai Rp970 hingga Rp1.030.

Senada dengan Herditya, Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani menyarankan bagi investor yang ingin masuk ke saham BRPT untuk BoW di area Rp800 hingga Rp900, dengan target terdekat Rp1.100 hingga Rp1.140.

 

(Reporter: Annisa Saumi & Ika Fatma Ramadhansari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.