Baterai Kendaraan Listrik IBC Siap Berlaga di Pasar Dunia

IBC dan mitra berencana memulai aktivitas di sektor hulu dan konstruksi pabrik baterai pada 2022. Diharapkan pada akhir 2024 atau di 2025, produksi baterai dalam negeri sudah bisa dilakukan.

Zufrizal
25 Agt 2021 - 15.26
A-
A+
Baterai Kendaraan Listrik IBC Siap Berlaga di Pasar Dunia

Sejumlah orang berjalan melintas di depan pusat riset dan pengembangan China Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL) di Ningde, Zhejiang, China, 16 Desember 2016. /Reuters

Bisnis, JAKARTA — Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu produsen baterai kendaraan listrik utama di dunia. Hal itu bukan mustahil untuk diwujudkan karena Indonesia memiliki bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik yakni nikel dan kobalt.

Apalagi, Indonesia melalui PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) IBC akan bekerja sama dengan dua pemain besar global baterai kendaraan listrik, yakni konsorsium LG dari Korea Selatan dan konsorsium Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China, untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir secara terintegrasi. 

Oleh karena itu, Direktur Utama IBC Toto Nugroho optimistis baterai kendaraan listrik yang akan diproduksi perseroan bisa kompetitif di pasar luar negeri.

Menurutnya, kerja sama ini akan memberi keunggulan yang kompetitif bagi baterai yang akan diproduksi.

"Dengan keunggulan kami ada di integrasi ini, kami sudah melihat secara keekonomian baterai-baterai kami bisa kompetitif sampai ke pasar Eropa, China, dan Amerika," ujar Toto dalam acara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) Forum 2021, Rabu (25/8/2021).

 

Selain itu, pihaknya juga membidik pasar kendaraan listrik di Asean. 

Toto menuturkan bahwa potensi pasar Asean cukup baik dan Indonesia sangat memiliki peluang untuk menjadi hub produksi kendaraan listrik yang menargetkan pasar Asean. Hal ini akan didorong dengan keunggulan produk baterai dalam negeri yang memiliki harga yang sangat kompetitif.

IBC memproyeksikan kebutuhan baterai kendaraan listrik di Indonesia dapat mencapai sekitar 30 gigawatt hour (GWh) pada 2035. Dengan proyeksi ini, kata Toto, sementara ini para partner berkomitmen untuk memproduksi sekitar 60 GWh baterai. Baterai yang diproduksi tersebut sebagian akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagian akan diekspor.

"Dari 30 GWh ini, kalau dilihat beberapa komitmen dari partner ada yang secara garis besar di sekitar 60-an [GWh]. Dari 60 itu, sisa 20 memang akan ke Asean," katanya.

IBC dan mitra berencana memulai aktivitas di sektor hulu dan konstruksi pabrik baterai pada 2022. Diharapkan pada akhir 2024 atau di 2025, produksi baterai dalam negeri sudah bisa dilakukan.

IBC merupakan perusahaan holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan resmi dibentuk pada Jumat, 26 Maret 2021.

Pembentukan IBC ditandai dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham empat BUMN yakni MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) dengan porsi saham masing-masing 25 persen. (Denis R. Meilanova)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Zufrizal

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.