Bayang-bayang Reli Kenaikan Biaya Logistik Tahun Depan

Kenaikan biaya logistik diperkirakan berlanjut tahun depan. Varian omicron membuat karantina dan pembatasan perjalanan tidak mungkin dilonggarkan untuk rute antarbenua utama. Di sisi lain, hanya ada sedikit kapasitas baru hingga akhir 2023.

Nindya Aldila, Anitana Widya Puspa & Sri Mas Sari
29 Des 2021 - 16.52
A-
A+
Bayang-bayang Reli Kenaikan Biaya Logistik Tahun Depan

Bisnis, JAKARTA – Setelah didera kenaikan tarif pengapalan hingga empat kali lipat tahun ini  eksportir dan importir tampaknya masih harus bergulat dengan biaya logistik tinggi tahun depan.

Morgan Stanley memprediksi kenaikan biaya logistik akan berlanjut tahun depan meskipun saat ini gangguan rantai pasok mulai mereda.

Dilansir CNBC International, Rabu (29/12/2021), bank investasi yang berpusat di Manhattan, New York, Amerika Serikat, itu menyebutkan karantina dan pembatasan perjalanan tidak mungkin dilonggarkan untuk rute antarbenua utama. Di sisi lain, hanya ada sedikit kapasitas baru hingga akhir 2023.

Kendati tekanan rantai pasok sudah melonggar, posisinya tetap rentan karena dunia masih diliputi risiko omicron dan varian-varian virus corona lain yang mungkin muncul.

Kemungkinan kenaikan tarif pengapalan lebih lanjut tahun depan juga ditangkap oleh pebisnis di Tanah Air. Sekjen Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan mengatakan varian omicron memberikan ketidakpastian bagi pemain logistik global dalam menghadapi tahun depan.

Para pelaku mengkhawatirkan penerapan kembali lockdown di negara lain, terutama negara tujuan utama ekspor seperti China. Apabila pelabuhan-pelabuhan besar di luar negeri menghentikan operasi, akan terjadi lagi antrean kapal dan kongesti.

"Ini yang perlu diwaspadai stakeholder nasional dan kementerian terkait, jangan sampai terjadi kenaikan [lagi] biaya kapal dan kontainer sebab bisa menaikkan harga barang," katanya.

Krisis rantai pasokan tahun ini telah memukul keras perusahaan-perusahaan karena peningkatan kongesti dan produksi industri gagal memenuhi lonjakan permintaan pascapandemi. Krisis energi di China dan Eropa, serta lockdown karena Covid-19, makin menekan rantai pasok.

Freightos Baltic Index yang mengukur tarif peti kemas global, pada Oktober berada di posisi rata-rata US$10.321 per kontainer 40 kaki. Setahun sebelumnya, peti kemas yang sama membebani eksportir hanya US$2.231 atau sekitar 4,5 kali lebih sedikit. Untuk mengirim hanya satu kontainer dari Shanghai ke Los Angeles, perusahaan harus mengeluarkan biaya US$17.478, menurut Freightos.

ALFI berharap kepastian suplai ruang kapal dan kontainer agar arus ekspor impor lancar dan pasokan barang di dalam negeri terus mengalir. Menurut Akbar, beberapa jenis barang, seperti baja, furnitur, makanan dan minuman, serta tekstil, memiliki waktu pengiriman yang terjadwal karena eksportir terikat kontrak dengan buyer. Dengan begitu, pelayaran semestinya bisa mengalokasikan kontainer dan ruang kapal jauh-jauh hari.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Badan Koordinasi Penanaman Modal/Kementerian Investasi Indra Darmawan, Rabu (29/12/2021), mengemukakan kemungkinan kelanjutan disrupsi perdagangan dan kegiatan ekonomi lainnya tahun depan akibat varian omicron di tengah pemulihan permintaan. Kondisi ini bisa berimbas ke biaya logistik.

“Tarif untuk pengangkutan barang lintas negara diperkirakan masih akan tinggi, sampai ada beberapa analis memperkirakan keseluruhan 2022 masih akan tinggi, bahkan sampai 2023," katanya.

Foto udara kapal yang mengangkut kontainer di Pelabuhuan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020)./Bisnis.com-Bloomberg

Indra memperkirakan akan terjadi perubahan pola perdagangan. Menurutnya, kenaikan biaya logistik memaksa beberapa negara menjajaki pasar yang lebih dekat atau mencari sumber bahan baku alternatif yang lebih dekat. Pelayaran perlu mengantisipasi ini.

Potensi kenaikan ocean freight rate makin besar jika di beberapa tempat terjadi kenaikan volume pengiriman barang. A.P. Moller-Maersk A/S memperkirakan pasar pengiriman akan tetap ketat setidaknya hingga kuartal I/2022 dengan permintaan kontainer global tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Perusahaan pelayaran terbesar di dunia ini mengatakan pengiriman barang berbasis laut akan tumbuh 7 persen hingga 9 persen tahun ini, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya.

Mengutip S& P Platts, Jumat (10/12/2021), diskusi awal kontrak untuk rentang 2022-2023 menunjukkan kenaikan tarif signifikan di pasar container meskipun pengirim berharap harga spot akan mendingin pada tahun mendatang. Sebaliknya, negosiasi awal untuk musim kontrak mendatang yang dimulai April, menuju bullish yang tak henti-hentinya karena kisaran harga yang dibahas jauh lebih tinggi dari tahun ini, antara 20 persen hingga 100 persen.

Beberapa tarif untuk Eropa dari China berkisar antara US$5.000 hingga US$7.500 per kontainer 40 kaki (forty-foot equivalent unit/FEU), padahal kontrak 2021-22 masih sekitar US$2.400 per FEU, dan pada 2019 sekitar US$1.800 hingga US$2.000 perFEU.

Untuk Trans-Pacific East Bound, indikasi awal untuk beneficial cargo owners (BCO) besar berkisar antara US$5.300 hingga US$6.300 per FEU. Pada 2021-2022, kontrak BCO ditutup di posisi US$3.000 hingga US$3.300 per FEU untuk Pantai Barat AS dan US$4.500 hingga US$5.100 per FEU untuk Pantai Timur AS.

Adapun, negosiasi untuk perdagangan China-AS berkisar di US$4.000 hingga US$5.000 per FEU.

“Tetapi, ini kemungkinan besar akan berlaku untuk MQCs [minimum quantity commitment/komitmen kuantitas minimum] dan volume lainnya akan dipesan di pasar spot," ujar Dave Li, Manajer Cabang Chongqing THI Group Limited.

Morgan Stanley memperingatkan perusahaan-perusahaan yang memproduksi perangkat keras teknologi agar berhati-hati, terutama mereka yang memiliki ketergantungan pada rantai pasok yang tinggi dan visibilitas yang terbatas tentang kapan permintaan akan kembali normal.

Sementara itu, ALFI mendorong pemerintah agar memberi dukungan sebanyak-banyaknya kepada pelayaran nasional untuk dapat membuka rute internasional (ocean going) guna menjamin ketersediaan ruang muat kapal dan kontainer. 

Editor: Sri Mas Sari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar