Belajar dari India Menuju Biaya Logistik Lebih Murah

India, bersama Indonesia dan China, disebut sebagai motor penggerak pertumbuhan bisnis properti subsektor logistik. India mempunyai perencanaan khusus untuk membuat sekrtor logistik lebih cepat, murah, dan berkelanjutan.

M. Syahran W. Lubis

26 Feb 2022 - 20.10
A-
A+
Belajar dari India Menuju Biaya Logistik Lebih Murah

Properti logistik atau pergudangan di India./JLL

Bisnis, JAKARTA – India memiliki rencana ambisius untuk menurunkan biaya logistik agar lebih kompetitif secara global, sambil memastikan pergerakan barang yang lebih cepat dan emisi yang lebih rendah.

Untuk sampai ke sana, memerlukan perluasan jaringan jalan raya dan kereta, mendirikan taman logistik baru untuk pusat kereta dan jalur air, dan membawa departemen pemerintah yang berbeda untuk berpikir dan bertindak dengan suara bulat. Ini rencana yang diperinci dalam anggaran tahun ini.

Meskipun jalan masih panjang, dengan target berulang yang ditetapkan selama 2 dekade ke depan, ini akan mengubah sektor yang semakin integral dengan kehidupan sehari-hari.

“Rencana tersebut dapat membantu bisnis mengurangi biaya logistik, melacak pergerakan barang secara lebih efisien, dan memiliki akses ke informasi dan data tentang proyek konektivitas yang akan datang, pusat bisnis, dan kawasan industri, untuk berinvestasi secara strategis di gudang di lokasi yang sesuai,” kata Chandranath Dey, Kepala Operasi dan Pengembangan Bisnis JLL India sebagaimana dilansir laman resminya.

Menurut perkiraan oleh lembaga pemerintah, apabila negara Asia Selatan tersebut berhasil mengurangi biaya logistik dari 14% produk domestik bruto (PDB) menjadi 10%, dapat menghemat sekitar US$132 miliar dan secara signifikan mengurangi emisi karbon.

Lebih Cepat, Berkelanjutan, Hemat Biaya

Rencana pemerintah, inisiatif yang disebut PM Gati Shakti, melibatkan perluasan jalan raya dan jaringan kereta, mengembangkan platform teknologi yang akan mengurangi dokumen dan memungkinkan para pemangku kepentingan untuk melacak pergerakan barang, membangun taman logistik, dan mengembangkan 100 terminal kargo dalam 3 tahun ke depan.


Sektor logistik India saat ini bergantung pada jalan raya, di mana kecepatan kendaraan adalah salah satu yang terendah di antara negara-negara maju. Kecepatan rata-rata truk di jalan raya India adalah 30 km per jam atau sekitar setengah dari rata-rata Amerika Serikat.

Chandranath Dey mengemukakan bahwa mencegah kemacetan di jalan raya, banyak di antaranya melewati area permukiman di perkotaan, merupakan tantangan. Dia mengatakan satu-satunya cara lain untuk mempercepat logistik adalah menggunakan kereta secara ekstensif.

Indian Railways telah mengerjakan dua proyek Koridor Pengangkutan Khusus, yang sebagian berfungsi, di mana kereta barang telah mencapai kecepatan rata-rata 80 km per jam hingga 100 km per jam. 

Selain lebih cepat, kereta juga lebih hemat biaya. Secara global, memindahkan barang melalui kereta lebih murah hingga 50% dibandingkan dengan melalui jalan darat.

Jika kereta dapat menggantikan jalan sebagai moda transportasi pilihan, otomatis emisi di sektor logistik akan berkurang.

Kereta di India./Times of India

Menurut Dey, sebuah kereta yang berjalan dengan kapasitas penuh sama dengan beban yang dapat diangkut oleh 80 truk, yang akan memiliki emisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kereta yang menggunakan listrik.

Hasil akhir dari rencana untuk banyak gudang India adalah konektivitas yang lebih baik, yang pada gilirannya meningkatkan daya tarik dari apa yang sudah menjadi salah satu sektor terpanas real estat komersial.

“Sektor pergudangan akan terus tumbuh cepat. Menjadi prioritas utama pemerintah akan meningkatkan permintaan,” kata Dey.

Sejak awal tahun lalu, sebenarnya JLL telah memprediksi bahwa India, bersama Indonesia dan China, merupakan motor bisnis properti subsektor logistik atau pergudangan di Asia Pasifik untuk masa mendatang.

JLL mengatakan bahwa lonjakan penggunaan internet dan adopsi smartphone, ditambah dengan media sosial, e-gaming, streaming video, dan aplikasi big data, memicu persyaratan untuk kapasitas pusat data tambahan di seluruh Asia Pasifik.

Sementara itu, konsultan properti global Colliers International pada Desember 2021 menyatakan bahwa industri dan logistik akan menjadi aset real estat paling dicari di Asia Pasifik pada 2022.

Dengan arus modal antarnegara yang kemungkinan kembali setelah dimulainya lagi perjalanan dan aktivitas bisnis secara progresif, lebih banyak investor diharapkan menerapkan rencana investasi yang tertunda pada 2022.

"Optimisme di Asia Pasifik terus mengumpulkan momentum dan investor memiliki keinginan yang jelas untuk memperluas portofolio mereka. Volume transaksi pulih kembali ke level tertinggi sebelum Covid dan kinerja operasi aset tetap dalam siklus kenaikan," kata Terence Tang, Direktur Pelaksana Colliers Asia.

Menurut laporan survei oleh Colliers, aset properti industri dan logistik adalah yang paling didambakan di Asia Pasifik, dengan lebih dari 20% investor mengantisipasi keuntungan nilai modal 10% hingga 20% pada tahun ini.

Colliers International Indonesia pun mengemukakan bahwa bisnis properti subsektor industri dan logistik merupakan primadona yang terus berkembang meski perekonomian nasional mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.

Wilayah di sepanjang pantai utara (Pantura) Jawa, ungkap Colliers Indonesia, tetap menjadi pilihan teratas dalam pengembangan kawasan industri atau subsektor logistik alias pergudangan. Hal itu dilatarbelakangi oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: M. Syahran W. Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.