Bill Gates Lirik Biofarma untuk Kembangkan Vaksin Covid-19 mRNA

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut Bill Gates berencana menanamkan modal di Biofarma untuk mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis mRNA, seperti Pfizer dan Moderna dari Amerika Serikat.

Rinaldi Mohammad Azka, Mutiara Nabila & Annisa Sulistyorini

3 Nov 2021 - 16.19
A-
A+
Bill Gates Lirik Biofarma untuk Kembangkan Vaksin Covid-19 mRNA

Bill Gates - Istimewa

Bisnis, JAKARTA - Salah satu orang terkaya dunia, Bill Gates, menyatakan minatnya berinvestasi di PT Biofarma. Langkah tersebut dilakukan untuk mendorong produksi vaksin Covid-19 mRNA di Indonesia.

Rencana tersebut disampaikan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, yang bertemu dengan Bill Gates di sela-sela KTT PBB terkait perubahan iklim atau Conference of the Parties (COP) 26 di Glasgow, Skotlandia, pada Senin (1/11/2021). Dalam pertemuan itu juga hadir Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan  Sri Mulyani Indrawati.

"Pertemuan khusus dengan Bill Gates untuk membahas minatnya berinvestasi di Biofarma dalam alih teknologi dalam pengembangan vaksin mRNA. Biofarma terbuka akan hal itu," ujar Erick dalam keterangan tertulis, Rabu (3/11/2021).

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Bill Gates berencana menanamkan investasi di Biofarma yang dikhususkan untuk pengembangan dan produksi vaksin mRNA. Jika terealisasi, secara langsung akan mendorong produk bioteknologi tanah air semakin berkembang dan kemandirian kesehatan Indonesia segera terwujud.

Erick pun menyebut Indonesia terus berupaya mempercepat pengembangan vaksin di dalam negeri. Indonesia juga membuka peluang terciptanya jenis vaksin baru, vaksin nucleic acid, atau vaksin mRNA.

Apalagi vaksin jenis baru tersebut bisa menjadi solusi mengatasi pandemi. Itu karena vaksin berbasis nucleic acid atau mRNA bisa dengan mudah diproduksi dalam jumlah besar dan memiliki berbagai kelebihan lain yang tidak dimiliki vaksin tradisional.

"Rencana Biofarma sebagai Holding Farmasi BUMN untuk memproduksi vaksin Covid-19 mRNA pun kian mendekati kenyataan," kata dia.  

Di sisi lain, Erick menilai niat Bill Gates menanamkan modal di Biofarma merupakan pengakuan atas kapasitas perusahaan farmasi pelat merah itu yang berperan besar dalam proses produksi dan distribusi vaksin Covid-19. Sehingga program vaksinasi nasional bisa berjalan lancar dan mendapat apresiasi dunia internasional.

"Banyak pihak, termasuk Bill Gates mengapresiasi upaya Indonesia dalam menekan penyebaran pandemi Covid-19 dengan cepat, serta meratanya program vaksinasi nasional sehingga indikator-indikator pandemi di Indonesia menurun drastis," ujarnya.

Hal itulah, kata Erick, yang membuat banyak pihak dan negara lain terus memberikan dukungan kepada Indonesia. Sehingga negara ini dapat menjadi negara terdepan dalam pengembangan vaksin.

 

 

Pengembangan Vaksin Merah Putih

Sejauh ini, Biofarma telah memiliki program pengembangan vaksin Covid-19 bertajuk Vaksin Merah Putih. Namun, pengembangan vaksin tersebut seperti jalan di tempat.

Bio Farma sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan belum menerima satu bibit vaksin pun dari instansi-instansi lain yang terlibat. Adapun, bibit untuk kandidat vaksin mesti memenuhi kriteria industri agar dapat dilakukan scale up.

Sejauh ini, Biofarma menggandeng tujuh lembaga dalam mengembangan Vaksin Merah Putih, yaitu LBM Eijkman, Universitas Airlangga, LIPI, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Univeristas Gajah Mada, dan Univeristas Padjadjaran.

Untuk vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman menggunakan platform protein rekombinan, yang berbasis pada mamalia atau yeast. Bio Farma bakal menjadi mitra industri untuk memproduksi vaksin tersebut.

Untuk vaksin jenis tersebut, Biofarma memperkirakan uji praklinis bisa dilakukan mulai November 2021, untuk selanjutnya uji klinis mulai Januari – Agustus 2022, dan EUA-nya diharapkan keluar September 2022. 

Berikutnya, Universitas Airlangga mengembangkan platform berbasis virus yang diinaktivasi. Mitra industrinya adalah PT Biotis Pharmaceuticals dan progresnya saat ini sedang melalui tahapan uji praklinis di fasilitas Biotis.

Diperkirakan clinical lots-nya akan keluar pada Agustus 2021, dan akan dilanjutkan uji klinis 1-3. Jika semua lancar, EUA vaksin tersbeut bisa didapat pada Maret 2022, sedikit lebih cepat dari yang dikembangkan Eijkman.

Selanjutnya LIPI yang mengembangkan vaksin mirip dengan Eijkman, yaitu menggunakan platform berbasis protein rekombinan, namun dilakukan fusi antara RBD dengan Foldon. Untuk mitra industrinya saat ini masih dalam penjajakan, dan rencananya akan bekerja sama juga dengan PT Bio Farma.

Saat ini perkembangannya sudah diperoleh protein rekombinan fusinya, dan sedang dalam proses pengolahan data, pelaporan dan draf lainnya, Bibit vaksin tersebut sebenarnya diperkirakan akan siap pada Agustus 2021. Kemudian, uji praklinisnya akan dilakukan pada Januari 2022, uji klinis pada April-Desember 2022, dan mendapat EUA diharapkan pada Januari 2023. 

Selain itu, Universitas Indonesia (UI) tengah mengembangkan tiga platform vaksin, yaitu DNA, RNA, dan mencoba platform virus like particles. Untuk platform DNA, bibit vaksin diharapkan keluar pada Oktober 2021, platform RNA Januari 2022, dan virus like pada Juni 2022.

Dari ITB, ada 2 platform yang digunakan, yaitu adenovirus dan protein rekombinan. Progresnya saat ini sudah berhasil diproduksi, dalam tahap perbanyakan untuk uji imunogenisitas.

Diperkirakan pada Agustus/November 2021 sudah bisa dilakukan uji imunogensitas, dan untuk protein rekombinan bisa dilakukan uji imunogenisitas pada Juni – September 2022.

Selanjutnya, UGM mengembangkan vaksin menggunakan platform protein rekombinan dan belum ada konfirmasi dari mitra industri yang akan menghilirkan. Progresnya sampai saat ini untuk sistem prokaryote, isolasi, karakterisasi, dan purifikasi sudah dilakukan.

Terakhir Unpad, yang mengembangkan dua platform yaitu protein rekombinan dan peptida, dengan IgY anti-RBD Spike sebagai kandidat vaksin pasif. Mitra industri yang bersedia adalah Bio Farma.

 

 

Selain bekerja sama dengan lembaga riset di dalam negeri, Biofarma juga menggandeng Baylor College of Medicine dari Amerika Serikat untuk mengembangkan vaksin Covid-19 yang disebut vaksin BUMN. Erick sebelumnya menyebut Vaksin BUMN sudah masuk di daftar kandidat vaksin yang dirilis World Health Organization (WHO).

Vaksin BUMN ada di nomor urut 121 vaksin yang sedang menjalani uji pre-klinik di database yang yang dirilis WHO pada Selasa (1/6/2021). Dia berharap upaya pengembangan ini akan membuahkan hasil.

Konteksnya, kata Erick, Indonesia harus bisa memproduksi vaksin sendiri, tidak mungkin terus impor seperti yang sekarang. "Kami berharap pengembangannya berhasil, baik Vaksin Merah Putih, maupun Vaksin BUMN," ujarnya.

Dia melanjutkan Vaksin BUMN tersebut masih membutuhkan waktu untuk dapat digunakan seperti halnya Vaksin Merah Putih yang saat ini masih dalam proses. Vaksin ini harus melalui tahapan pre klinik, uji klinik pertama, kedua dan ketiga.

Erick menambahkan pihaknya tidak bekerja sendiri dan telah bertemu dengan BRIN, Kementerian Kesehatan, dan Kemenlu. Pertemuan tersebut dilaksanakan untuk mendorong vaksin produksi dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.