Bisnis Rumah Sakit Milik Grup Sariaatmadja Makin Legit

Bisnis rumah sakit milik Grup Sariaatmadja makin legit yang tecermin pada kinerja entitas anak, SAME yang mampu membalikkan rugi dan rencana ekspansi. Simak penjelasan lebih lengkapnya.

Rinaldi Mohammad Azka

15 Sep 2021 - 13.24
A-
A+
Bisnis Rumah Sakit Milik Grup Sariaatmadja Makin Legit

Bisnis, JAKARTA — Grup Konglomerat Sariaatmadja memacu lini usaha rumah sakit melalui entitas anaknya PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME).

Grup Sariaatmadja melalui PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) lebih fokus pada bisnis media dan digitalnya. Tak heran bila perusahaan menyerahkan seluruh saham yang dimilikinya di PT Elang Medika Corpora (EMC), perusahaan pengelola rumah sakit, kepada anak usahanya yang lain yakni PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME).

EMTK menjual seluruh sahamnya di EMC kepada SAME yakni sebanyak 1,25 juta lembar dengan nilai transaksi Rp1,35 triliun.

Pelepasan saham itu bukan berarti bisnis rumah sakit tak legit. Buktinya, perusahaan memilih mengembangkan bisnis rumah sakit lewat penambahan saham di SAME, pemilik jaringan Rumah Sakit (RS) Omi Hospitals, dari 72,19 persen menjadi 75,14 persen.

Beranjak dari dukungan induk usahanya, agenda ekspansi usaha SAME berlanjut dengan rencana akuisisi emiten yang baru saja melantai di pasar modal yakni PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK). Tak hanya itu, SAME terus menambah kepemilikan saham secara bertahap di RSGK.

Presiden Direktur Sarana Meditama Metropolitan, Jusup Halimi menjelaskan emiten pimpinannya baru saja membeli 18 persen saham RSGK sebanyak 167,34 juta lembar saham dengan harga per sahamnya Rp1.720 sehingga totalnya Rp287,82 miliar.

“Jumlah saham dan persentase kepemilikan saham sebelum transaksi sebanyak 4.511.000 saham atau 0,49 persen setelah transaksi menjadi sebanyak 171.851.000 saham atau menjadi 18,49 persen,” urainya, Senin (13/9/2021).

Tujuan dari transaksi ini merupakan investasi jangka panjang dengan tanggal transaksi pada 9 September 2021. SAME berencana mengakuisisi mayoritas atau sebanyak 66 persen saham PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK).

Manajemen pengelola RS Omni Hospitals itu menyatakan jalan memperluas bisnis layanan kesehatan itu memasuki tahap negosiasi.

“Rencana akuisisi ini akan memperluas kegiatan usaha SAME dalam bidang pelayanan kesehatan dengan membangun dan mengelola rumah sakit di Indonesia,” kata manajemen SAME.

RSGK mengelola dua rumah sakit yakni RS Grha Kedoya dioperasikan langsung oleh perseroan, merupakan rumah sakit umum swasta tipe B yang memperkerjakan sebanyak 26 dokter umum, delapan dokter gigi dan 127 dokter spesialis.

Sementara itu, rumah sakit kedua, RS Grha MM2100 dioperasikan perseroan melalui anak usaha PT Sinar Medika Sejahtera, merupakan rumah sakit umum swasta tipe C yang mempekerjakan sebanyak sembilan dokter umum, dua dokter gigi dan 28 dokter spesialis.

Manajemen RSGK optimistis bisnis perusahaan makin moncer karena kedua perusahaan tersebut telah mengantongi akreditasi nasional dari KARS Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sementara itu, RS Grha Kedoya mendapatkan akreditasi JCI, yaitu standar akreditasi mutu dan pelayanan rumah sakit internasional.

Bila akuisisi saham RSGK berjalan mulus, total rumah sakit yang dimiliki bertambah menjadi delapan dengan enam rumah sakit yang dari jaringan Omni Hospitals dan EMC.

Sebagai gambaran, SAME pada semester I/2021 berbalik laba yakni Rp98,64 miliar dari rugi Rp47,44 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Perusahaan mampu mencetak laba bersih akibat pendapatan sebesar Rp438,11 miliar atau naik 103,1 persen secara tahunan dari Rp215,66 miliar.

Kinerja ciamik SAME pun mampu mengimbangi kinerja induk usahanya yang mampu membalik rugi.

Pada semester I/2020, EMTK membukukan rugi bersih sebanyak Rp210,44 miliar. Dengan demikian, posisi kerugian tahun lalu telah disapu bersih dengan tambahan sekitar Rp54 miliar.

Sampai dengan Juni 2021, perseroan mencetak pendapatan sebesar Rp6,44 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,56 persen bila dibandingkan dengan pendapatan periode tahun sebelumnya Rp5,3 triliun. Dengan pendapatan segmen jasa kesehatan sebesar Rp767,97 miliar atau naik 625 persen secara tahunan.

MAKIN MONCER

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan kedua emiten memiliki prospek kinerja moncer pada tahun ini. Hal itu tecermin pada realisasi pada paruh pertama yang mampu membalikkan rugi menjadi laba.

“Untuk prospeknya, SAME diproyeksikan juga bakal bertumbuh, mengingat bahwa lini bisnisnya yaitu kesehatan dan rumah sakit tetap relevan sampai kapan pun,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.

Didukung dengan kinerja yang sangat baik, SAME memiliki struktur permodalan yang kuat dalam menjalankan akuisisi tersebut. Dengan begitu, SAME memiliki pasar yang lebih luas, terintegrasi dan memiliki ruang untuk bertumbuh dan dapat bersaing dengan emiten rumah sakit besar lainnya, dalam waktu yang relatif cepat dengan cara akuisisi tersebut.

Adapun, EMTK bakal merasakan pertumbuhan positif dari SAME. Bukan hanya dari segi profitabilitas, tetapi dari langkah EMTK dalam membangun ekosistem digital kesehatannya, seperti portal pelayanan kesehatan daring dan pembayaran secara daring.

Seperti diketahui, langkah EMTK di lini digital makin kokoh dengan kesepakatan dengan Grup Salim. Kendati belum diketahui jelas aplikasi kerja samanya, sinyal pengembangan lini digital ke seluruh bisnis makin optimistis.

Dia menyebut investor bisa menetapkan stop loss pada Rp1.800 dengan target Rp2.400 per saham.

Kondisi yang sama terjadi pada SAME. Kendati reli panjang sudah lewat, kinerja dan rencana ekspansi perusahaan memberikan ruang tambahan penguatan.

Dikutip dari laman Mirae Asset Sekuritas Indonesia, harga saham SAME sempat naik 8,7 persen ke Rp560 per saham dalam transaksi harian pada Selasa (13/4/2021) akibat rencana akuisisi EMC.

Saham baru yang diterbitkan perusahaan pada awal tahun pun mendapatkan respons positif dari investor sehingga dana Rp2 triliun mampu dikumpulkan.

Dengan kondisi tersebut, harga saham SAME bisa kembali terangkat sehingga Frankie merekomendasikan stop loss pada Rp500 dan target Rp700 per saham.

Dihubungi terpisah, analis Panin Sekuritas, William Hartanto memberikan rekomendasi buy on weakness untuk kedua saham emiten Grup Sariaatmadja tersebut. Saham EMTK pada support Rp1.900 dan resistance Rp2.200 per saham. Sementara itu, saham SAME pada support Rp500 dan resistance Rp580 per saham.

“Rekomendasinya buy on weakness pada kedua saham,” katanya.

Di kalangan emiten rumah sakit, SAME masuk dalam jajaran saham dengan pertumbuhan signifikan secara tahun berjalan yakni 53,39 persen.

Kenaikan tersebut belum bisa mengimbangi kenaikan harga saham PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) yang naik 68,56 persen ke Rp1.190 per saham sehingga kapitalisasi pasarnya menyentuh Rp17,72 triliun. Lalu, HEAL diikuti oleh saham PT Siloam International Metropolitan Tbk. (SILO) yang naik 63,18 persen ke Rp8.975 per saham sehingga kapitalisasi pasarnya mencapai Rp14,59 triliun.

Kendati terkoreksi secara tahun berjalan, yakni sebesar 11,56 persen; harga saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) mencapai Rp2.420 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp34,48 triliun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.