Bisnis, JAKARTA - Penolakan rakyat dan tekanan kader Partai Konservatif akhirnya berhasil menendang Perdana Menteri Boris Johnson dari kursi kepemimpinan. Sayangnya, setelah 3 tahun memimpin, dia keluar dengan rentetan catatan skandal.
Johnson sejatinya masih kukuh mempertahankan posisinya dalam 48 jam terakhir sebelum akhirnya memutuskan mundur, menurut seorang sumber yang dilaporkan oleh Bloomberg, seperti dikutip Bisnis.com pada Kamis (7/7/2022).
Pada Rabu, dia bersikeras untuk mengisi peran yang kosong. Namun, tekanan internal terus berlanjut yang didahului dengan pengumuman pengunduran diri Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Said Javid.
Akhirnya, dia mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi Pemimpin Partai Konservatif pada Kamis di kantornya, 10 Downing Street. Untuk saat ini, Johnson masih berstatus sebagai Perdana Menteri sementara, tetapi pengunduran dirinya telah memacu pemilihan kandidat pemimpin partai.