Buah Manis Merger Pelindo: Arus Lancar, Biaya Logistik Tertekan

Langkah awal tersebut memberi gairah baru bagi seluruh rantai pasok yang berhubungan langsung dengan pelabuhan. Strategi ini turut berdampak pada peningkatan volume arus bongkar muat (throughput) peti kemas maupun layanan non-peti kemas.

Rayful Mudassir

20 Sep 2023 - 23.40
A-
A+
Buah Manis Merger Pelindo: Arus Lancar, Biaya Logistik Tertekan

Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis, JAKARTA - Truk logistik pengangkut peti kemas hilir mudik di Jalan Enggano, Jakarta Utara pada Selasa (19/9/2023). Jalan itu menjadi salah satu penyangga arus barang dari dan ke pelabuhan terbesar di Indonesia, Tanjung Priok. Dari ratusan kendaraan yang melintas, Marhalim adalah salah satunya.

Saban hari, pria berusia 53 tahun itu merupakan sopir truk bongkar muat kontainer dari demaga menuju depo maupun sebaliknya. Hingga sore, Marhalim sudah dua kali keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok untuk bongkar maupun memuat peti kemas. “Sampai dini hari nanti mungkin bisa sampai delapan kali pengangkut peti kemas,” ceritanya kepada Bisnis, Selasa (19/9/2023).

Marhalim terbiasa untuk membawa peti kemas dari depo ke pelabuhan maupun sebaliknya. Frekuensi perjalannya dapat mencapai enam hingga delapan kali per hari. Dia membidik volume pengantaran sebesar-besarnya. Maklum, makin sering mondar-mandir membawa peti kemas, isi kantongnya bakal makin tebal. 

Volume ini baru mampu dicapainya dalam dua tahun terakhir. Menurutnya, perubahan langsung terasa setelah pemerintah menggabungkan (merger) Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, dan Pelindo IV menjadi satu entitas bernama PT Pelabuhan Indonesia (Persero).

“Dulu hanya tiga sampai empat kali saja sehari [pengangkutan peti kemas]. Sekarang sudah sangat lancar prosesnya,” ujar pria asal Serang, Banten itu.

Merger Pelindo pada 1 Oktober 2021 menjadi penanda dimulainya era transformasi di tubuh perseroan. Pada fase awal, Pelindo telah menyelaraskan bisnis keempat perusahaan itu melalui standardisasi dan integrasi operasional dan komersial. 

Strategi itu ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna jasa. Budaya integrasi ini juga berlanjut pada tahapan reorganisasi hingga integrasi investasi terhadap pengembangan bisnis.

Langkah awal tersebut memberi gairah baru bagi seluruh rantai pasok yang berhubungan langsung dengan pelabuhan. Strategi ini turut berdampak pada peningkatan volume arus bongkar muat (throughput) peti kemas maupun layanan non-peti kemas. Pengalaman ini juga dirasakan oleh Marhalim dan supir truk lainnya.

Baginya, perubahan itu mempermudah berbagai macam perizinan saat masuk maupun keluar pelabuhan. Para supir kini mengantongi satu kartu ‘sakti’ berupa identitas khusus keluaran Pelindo untuk mengakses dermaga. Lewat penerapan Single TID (Single Truck Identification Data), para sopir hanya perlu menunjukkan kartu itu kepada petugas untuk masuk maupun keluar dermaga. 

Single TID merupakan sistem elektronik pendataan bagi setiap truk yang beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok. Selain sebagai identitas sopir, kartu itu sekaligus menunjang Truck Booking System dan Terminal Operating System. Teknologi ini wajib digunakan oleh seluruh perusahaan di bidang trucking untuk kemudahan aktivitas di pelabuhan tersibuk di Tanah Air itu per 1 September 2022. 

Lewat program itu, kendaraan pengangkut akan langsung mendapat petunjuk lokasi parkir sebelum memuat kontainer di area penumpukan peti kemas (stacking). Dengan begitu durasi bongkar maupun muat barang dari dan ke truk dapat ditekan menjadi sekitar 15 menit. 

“Cuma seperempat jam lah biasanya bongkar muat kontainer. Dan yang paling penting bahkan tidak ada lagi pungli (pungutan liar). Saya pernah iseng cobain ngasi [ke petugas], nggak diterima haha,” terangnya.

Marhalim (53) supir truk kontainer saat menunggu antrian masuk ke depo./Bisnis-Rayful Mudassir

Pengalaman ini agaknya dibenarkan oleh Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo). Organisasi yang menghimpun 1.638 perusahaan dengan total 30.866 kendaraan ini menyebutkan bahwa keseragaman sistem membuat layanan di pelabuhan berjalan lebih efektif.

“Sistemnya sudah mulai seragam. Sistem digital, sehingga menjadi lebih lancar,” kata Ketua Umum Aptrindo Gemilang Tarigan.

Kinerja Moncer Setelah Merger

Efektivitas pelayanan di pelabuhan turut berkontribusi pada meningkatnya arus peti kemas di seluruh pelabuhan kelolaan Pelindo. Terlebih perseroan terus mengupayakan efisiensi waktu di dermaga baik untuk port stay maupun cargo stay

Pada tahun pertamanya, Pelindo sukses meningkatkan arus kontainer baik domestik maupun internasional. Total arus peti kemas yang dilayani perusahaan plat merah ini mencapai 17,22 juta box alias Twenty-foot equivalent units (TEUs) pada 2022. 

Volume ini meningkat signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya yakni 17,05 juta TEUs pada 2021. Adapun sebelum adanya merger, layanan arus peti kemas 'hanya' menyentuh 14,03 juta TEUs. 

Demikian pula arus barang sepanjang tahun lalu menyentuh 160 juta ton. Angka tersebut tumbuh 9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemudian arus kapal keluar masuk pelabuhan mencapai 1,2 miliar gross tonnage (GT) meningkat 1 persen secara year on year. 

Dari sisi penumpang, Pelindo mencatat pertumbuhan keberangkatan hingga 15 juta orang atau meningkat 86 persen secara tahunan. 

Pengamat kemaritiman dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) Raja Oloan Saut Gurning menilai secara organisasi, langkah merger Pelindo dua tahun lalu dapat menjadi referensi bagi perusahaan lain. Perseroan dipandang cukup berhasil melakukan transformasi dengan minim resistensi dari internal maupun eksternal. 

Pertumbuhan kinerja di atas turut didorong oleh upaya perusahaan mengubah strategi dari berbasis teritorial menjadi fokus pada layanan yang terintegrasi. Upaya ini rupanya berdampak langsung pada peningkatan traffic container

Belum lagi orientasi bisnis terpadu mendukung upaya mencapai efisiensi layanan serta optimalisasi sumber daya yang ada. Langkah ini turut dilakukan oleh anak usaha di berbagai lini di antaranya Pelindo Marine Services, Pelindo Jasa Maritim, hingga Pelindo Solusi Logistik. 

“Pelindo punya kesempatan melakukan efisiensi dan juga optimalisasi semua resource-nya. Saya rasa mereka bisa melakukan itu karena Pelindo memang punya kemampuan untuk itu,” tuturnya.


Konektivitas Pelabuhan dan Kawasan Industri

Ke depan, pakar kemaritiman ini mendorong agar Pelindo dapat memperluas konektivitas hinterland dan foreland. Dua istilah ini berkaitan erat terhadap penciptaan kawasan ekonomi baru di sekitar dermaga. 

Sebagai gambaran, hinterland adalah wilayah di sekitar pelabuhan yang menjadi sumber dan tujuan distribusi barang maupun penumpang. Sedangkan foreland adalah daerah pelayaran yang menjadi titik kapal untuk bersandar. Koneksi keduanya diperlukan bukan hanya untuk memperlancar arus barang, namun juga mampu mengurangi biaya logistik. 

Saat memberikan materi pada seminar Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Arif Suhartono memaparkan sejumlah inisiasi perseroan bersama stakeholder untuk menciptakan ekosistem konektivitas antara pelabuhan dan industri di beberapa wilayah.

Pertama, pengembangan Terminal Kijing di Kalimantan Barat. Pelabuhan terbesar di Kalimantan ini dibangun untuk menggantikan Pelabuhan Pontianak. Selama ini, Pontianak memegang peran sentral dengan menampung 80 persen kargo di pulau itu.  

Dalam dengan perkembangannya, Pelabuhan Pontianak tak dapat dikembangkan lagi seiring makin terbatasnya lahan. Walhasil, Pelindo membangun Kijing sebagai gantinya. Namun, diperlukan infrastruktur jalan untuk mengkoneksi kedua pelabuhan itu. 

“Jadi bagaimana dari Pontianak, Kijing sampai Singkawang dapat terkoneksi dengan jalan yang bagus,” tuturnya, Kamis (14/9/2023). 

Kedua, pengembangan Jalan Tol Cibitung - Cilincing yang menjadi salah satu akses utama ke Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan infrastruktur ini ditujukan untuk memastikan antara pelabuhan dengan hinterland terjadi. 

Langkah Pelindo cukup beralasan. Sekitar 60 - 70 persen cargo yang berada di Tanjung Priok berasal dari Timur. Keberadaan jalan tol tersebut diharapkan dapat menghubungkan langsung antara kawasan timur dengan Pelabuhan Kalibaru.

Begitupun, Pelindo sedang mempersiapkan pembangunan Akses Pelabuhan Tanjung Priok Timur Baru atau New Priok Eastern Access (NPEA). Proyek ini diyakini akan semakin memperlancar arus barang sekaligus menekan biaya logistik. 

Ketiga, Pelindo berkolaborasi dengan PT Freeport Indonesia juga mengembangkan kawasan industri dan pelabuhan bersama-sama di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. 

“Kelihatannya tahun depan Freeport sudah beroperasi. Artinya penciptaan kawasan industri dan pelabuhan secara bersama-sama dapat terjadi,” tuturnya. 


Merger Usia Muda

Meski telah menunjukkan sejumlah progres menggembirakan dalam setahun terakhir, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengingatkan bahwa usia merger perusahaan pelat merah itu masih muda. Maksudnya, Pelindo diminta tidak mudah berpuas diri dan terus beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengacungi jempol jempol perubahan besar-besaran yang terjadi dalam dua tahun terakhir di industri logistik nasional. Namun begitu, adaptasi pascamerger ini didorong perlu diaplikasikan secara merata di seluruh pelabuhan kelolaan perseroan.

Sebab, konsolidasi menyeluruh diyakini akan memberikan dampak pada pelayanan kepelabuhan, meningkatkan arus peti kemas, kargo maupun curah hingga arus pergerakan penumpang. Langkah ini dapat ditempuh dengan mengacu pada peningkatan kolaborasi dengan berbagai pihak. 

“Yang paling penting juga, Pelindo selain adaptasi terhadap ekosistem itu, juga perlu banyak melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak,” tuturnya.

***

Di luar tugas berat yang dijalankan Pelindo dan anak usahanya selama hampir dua tahun terakhir, Marhalim, sopir truk kontainer menitipkan pesan sederhana. Dia hanya menginginkan distribusi logistik di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan lebih lancar.

Baginya, kelancaran arus barang bukan saja menciptakan efisiensi waktu, namun juga berujung pada keuntungan seluruh pihak. Baik Pelindo, pelaku industri logistik, termasuk dirinya sendiri. “Semakin lancar perjalanan kita, tentu semuanya jadi untung. Kita juga untung haha,” katanya terbahak.[]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rayful Mudassir
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.