Bumerang Transisi Energi Kala Penambahan Setrum Bergerak Lambat

Perhitungan dengan mempergunakan daya mampu pasok (DMP) menunjukkan mayoritas sistem tenaga listrik berada dalam kondisi siaga dan defisit. Data menunjukkan bahwa sistem Jawa Bali bahkan diprediksi akan mengalami kondisi siaga mulai 2028.

Stepanus I Nyoman A. Wahyudi

15 Jan 2024 - 20.37
A-
A+
Bumerang Transisi Energi Kala Penambahan Setrum Bergerak Lambat

Aktivitas warga dengan latar gardu induk PLN di kawasan Depok, Jawa Barat, Selasa (19/5/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA — Keinginan kuat pemerintah untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil, sejalan dengan upaya mencapai target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) pada 2060 atau lebih cepat, berdampak terhadap keandalan sistem kelistrikan nasional.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, realisasi pembangunan pembangkit listrik dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari 2011 sampai dengan Agustus 2022 rata-rata hanya mencapai 46,13%.

Sementara itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan bahwa perhitungan terhadap daya mampu netto (DMN) berdasarkan RUPTL 2021—2030 per Agustus 2022 menunjukkan bahwa dari 12 sistem kelistrikan yang tersebar di Indonesia, hanya sistem Jawa Bali yang memiliki cadangan di atas standar berkisar antara 35% sampai dengan 52%. 

Sementara itu, sistem lainnya dalam kondisi siaga dan berpotensi defisit apabila proyek penambahan pembangkit RUPTL terus menerus mengalami keterlambatan beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti
Anda belum memiliki akses untuk melihat konten

Untuk melanjutkannya, silahkan Login Di Sini

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.