Bisnis, JAKARTA — Keinginan kuat pemerintah untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil, sejalan dengan upaya mencapai target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) pada 2060 atau lebih cepat, berdampak terhadap keandalan sistem kelistrikan nasional.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, realisasi pembangunan pembangkit listrik dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari 2011 sampai dengan Agustus 2022 rata-rata hanya mencapai 46,13%.
Sementara itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan bahwa perhitungan terhadap daya mampu netto (DMN) berdasarkan RUPTL 2021—2030 per Agustus 2022 menunjukkan bahwa dari 12 sistem kelistrikan yang tersebar di Indonesia, hanya sistem Jawa Bali yang memiliki cadangan di atas standar berkisar antara 35% sampai dengan 52%.
Sementara itu, sistem lainnya dalam kondisi siaga dan berpotensi defisit apabila proyek penambahan pembangkit RUPTL terus menerus mengalami keterlambatan beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD).