Bursa Bersiap Kebanjiran Emisi Saham Baru Emiten

Emiten-emiten semakin bergairah dalam menggalang dana untuk memperkuat modal agar bisa melaju kencang pada 2022. Tercatat sudah ada 44 emiten dalam daftar tunggu yang bersiap untuk rights issue dengan nilai mencapai Rp116,57 triliun.

Pandu Gumilar

7 Sep 2021 - 17.30
A-
A+
Bursa Bersiap Kebanjiran Emisi Saham Baru Emiten

Karyawan memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis, JAKARTA – Momentum pemulihan ekonomi yang sudah mulai terlihat pada kuartal kedua tahun ini meningkatkan optimisme emiten untuk mulai menjajaki kemungkinan penambahan modal melalui emisi saham baru atau rights issue. Dengan demikian, bisnis dapat dipacu kencang tahun depan.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan saat ini total emisi rights issue dalam pipeline bursa berjumlah 44 perusahaan dengan total dana yang direncanakan sebesar Rp116,57 triliun. Kendati demikian, dirinya tidak memerinci daftar emiten-emiten tersebut.

Nyoman mengatakan bahwa salah satu perusahaan yang akan melakukan penambahan modal melalui rights issue adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Total dana yang akan diperoleh BBRI ditargetkan sebesar Rp95,9 triliun.

"Pelaksanaan rights issue yang dilakukan BBRI merupakan nilai rights issue terbesar di tahun 2021 dan juga akan mencetak sejarah baru dalam perolehan dana sejak diaktifkannya pasar modal Indonesia," katanya dikutip Selasa (7/9).

Nyoman menambahkan hingga saat ini sudah ada 18 emiten yang telah melakukan rights issue dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp51,89 triliun. Adapun rights issue terbesar dicatatkan oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar Rp15,4 triliun dan PT Bank Permata Tbk (BNLI) sebesar Rp10,82 triliun.

Dari jumlah perolehan dana yang akan dihimpun melalui rights issue, masih didominasi oleh perusahaan tercatat pada sektor keuangan termasuk perbankan. Berdasarkan pipeline rights issue di tahun 2021, terdapat 13 bank yang akan melakukan rights issue guna memperkuat struktur permodalannya.

Nyoman mengatakan masih terdapat antrian sejumlah perusahaan yang akan melakukan rights issue sampai dengan akhir tahun 2021 ini. Selain itu, dia tidak menampik dengan pelaksanaan rights issue oleh perusahaan-perusahaan tersebut, terbuka kemungkinan hadirnya investor baru sebagai pemegang saham perusahaan.

"Kinerja perusahaan yang baik dan rencana penggunaan dana rights issue yang berpotensi mem-boosting kinerja perusahaan, dapat menarik investor baru untuk masuk sebagai pemegang saham perusahaan," katanya.

Presiden Direktur BCA Sekuritas Mardy Sutanto mengatakan pasar tengah percaya diri dalam menggalang dana, sebab banyak emiten optimistis melihat potensi perbaikan ekonomi Indonesia, terutama setelah adanya relaksasi PPKM di sentra-sentra ekonomi yang penting.

“Kalau dilihat dari sisi pendanaan dalam negeri, seyogyanya berpotensi besar karena dana pihak ketiga di sektor perbankan terus bertumbuh walaupun imbal hasilnya relatif rendah, belum lagi dipotong pajak,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/9).

Meski demikian, Mardy menilai bila pasar yakin akan memantul maka semua sendi perekonomian akan bangkit kembali, termasuk juga aliran dana ke pasar modal. Oleh sebab itu, Mardy berpendapat investor perlu jeli dan teliti melihat sektor-sektor yang telah banyak terjadi koreksi tajam.

“Jadi, intinya harus fokus, rajin melakukan analisa, dan cermat dalam memilih sektor yang disukai,” ungkapnya.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan rights issue kali ini ditopang oleh BBRI. Tanpa itu, lanjutnya, total emisi efek sebenarnya akan berkurang signifikan.

Rudiyanto mengatakan dirinya tidak menutup kemungkinan untuk membeli rights issue. Namun, ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi seperti mempertimbangkan fundamental dan harga penawaran.

Direktur Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan pihaknya mempertimbangkan potensi keuntungan sebelum mengambil porsi rights issue.

“Kami tetap memperhatikan potensi konsistensi pertumbuhan bisnis ke depan, competitive advantage-nya serta valuasi yang tidak mahal serta kesesuaian dengan strategi reksa dana,” katanya.

Farash menambahkan dari kelas aset saham maupun obligasi perseroan mengkaji semua ide investasi dengan tujuan terus menjaga kinerja reksa dana untuk keuntungan investor, tetapi dengan risiko yang terkendali.

MOMENTUM TEPAT

Sementara itu, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan saat ini adalah momentum yang tepat bagi perseroan menggalang dana melalui rights issue. Pasalnya, dana tersebut bisa dijadikan modal untuk melakukan ekspansi pada tahun mendatang.

“Saya melihat ini adalah langkah antisipasi dari emiten untuk ekspansi karena mengukur kemungkinan adanya perbaikan ekonomi pada 2022. Oleh sebab itu, mereka mulai mendorong rights issue,” jelasnya.

Dia menilai periode sekarang tahun mendatang akan lebih baik daripada semester I/2021 yang mengalami banyak hambatan, misalnya ledakan kasus Covid-19 usai lebaran.

Fikri menilai banyak emiten yang percaya diri dengan potensi kinerja 2020 melihat kecenderungan maraknya aksi penggalangan dana. Akan tetapi, lanjutnya, isu tapering patut diwaspadai sebagai sentimen negatif yang berpotensi membuat permintaan tertahan.

“Saat ini investor harus cermat dalam membaca laporan keuangan [atau prospektus] terkait kinerja dan kebutuhan [pendanaan] mereka. Jangan hanya karena hype langsung ikut terjun,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.