Cerdik Menyikapi Sentimen Hangat Pergantian Pengendali Emiten

Aksi ganti pengendali tengah ramai terjadi di lantai pasar modal tahun ini. Setidaknya, terdapat delapan emiten yang telah berganti kepemilikan hingga Rabu (13/10) dan dua emiten tengah dalam proses berganti kepemilikan.

Redaksi

13 Okt 2021 - 20.05
A-
A+
Cerdik Menyikapi Sentimen Hangat Pergantian Pengendali Emiten

Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis, JAKARTA — Aksi pergantian pemegang saham pengendali cukup ramai di kalangan emiten pasar modal Indonesia tahun ini. Bagaimana sebaikan investor merespons hal ini?

Sepanjang tahun ini, setidaknya ada delapan emiten yang telah berganti kepemilikan dan pemegang saham pengendalinya. Selain itu, masih ada dua emiten lainnya yang kini dalam proses pergantian pengendali.

Teranyar, aksi ganti kepemilikan terjadi pada emiten PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. (DGIK). Kepemilikan DGIK berganti dari Lintas Kebayoran Kota ke Global Dinamika Kencana.

Pergantian ini diumumkan pada Kamis (7/10). Saham perseroan melesat 33,77% ke harga Rp103 pada hari pengumuman tersebut. Secara year-to-date (YtD), saham DGIK telah melesat 124%.

Akuisisi selanjutnya dilakukan oleh Grup Djarum. Grup Djarum mengakuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) melalui PT Global Digital Niaga atau Blibli pada 1 Oktober 2021.

Saat pengumuman akuisisi resmi keluar pada Jumat (1/10), saham RANC malah terkoreksi 0,41% ke harga Rp2.410 per saham. Namun, sejak awal tahun, saham RANC sendiri telah menguat 448,17% YtD.

Selain RANC, Grup Djarum melalui PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) juga tercatat mengakuisisi saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR). Protelindo mengakuisisi 94,03% saham SUPR, dengan nilai mencapai Rp16,7 triliun.

Aksi akuisisi ini diselesaikan perseroan pada 1 Oktober 2021. Saham SUPR tercatat melesat ke zona hijau pada 1 Oktober 2021, naik 12,12% ke level Rp14.800 per saham. Adapun sejak awal tahun, saham SUPR telah naik 263,41% YtD.

Emiten tambang PT Indika Energy Tbk. (INDY) juga tak mau ketinggalan melakukan aksi korporasi. INDY menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS) sejumlah 892,51 juta saham atau 51% ke PT Galley Adhika Arnawama pada Jumat (8/10).

Setelah pengumuman tersebut, saham MBSS tercatat terbang 11,9% ke level Rp940 pada Jumat (8/10). Saham ini telah menguat 116,10% secara YtD.

Selain konglomerat dari Grup Djarum, konglomerat lainnya yakni Rudy Tanoesoedibjo juga melakukan akuisisi terhadap PT Zebra Nusantara Tbk. (ZBRA) di awal tahun ini.

Saudara Hary Tanoesoedibjo ini menguasai 51% saham ZBRA melalui PT Trinity Healthcare pada Maret 2021. Adapun saham ZBRA tercatat telah menguat 40,60% sepanjang tahun 2021.

Selain emiten-emiten tersebut, emiten lain yang juga mengalami perubahan pengendalian yakni PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK), PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. (CENT), dan PT Rigs Tenders Tbk. (RIGS).

Sementara itu, dua emiten lain yang tengah dalam proses pergantian pengendali yakni PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. (TRIM) yang bakal berganti pengendali ke tangan Garibaldi Thohor, serta PT Link Net Tbk. (LINK) yang bakal bergabung dalam konglomerasi Grup Axiata.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menilai masuknya investor atau pengendali saham baru ke dalam sebuah perusahaan memberikan indikasi adanya rencana bisnis yang lebih optimistis.

"Tentu keberanian pengendali baru melakukan akuisisi secara mayoritas (investasi), memiliki alasan kuat bagaimana dia meyakini nilai yang lebih besar lagi yang diharapkannya dengan investasi tersebut," ujar Alfred kepada Bisnis, Rabu (13/10).

Sinyal tersebut menurut Alfred diterima oleh pasar, sehingga respons terhadap aksi korporasi menjadi katalis yang kuat untuk menaikan harga saham emiten-emiten tersebut.

"Lihat saja akuisisi yang terjadi pada RANC, SUPR, MBSS dan yang terbaru DGIK. Harga saham di pasar bahkan jauh melampaui dari harga pembelian atau akuisisi," tutur dia.

Alfred melanjutkan, harga akuisisi atau pembelian menjadi pertimbangan harga dasar dari saham tersebut di pasar.

Alfred juga mencermati, pasar memperkirakan harga akuisisi tersebut diasumsikan menjadi harga pokok pembelian. Artinya, pihak pembeli pasti memiliki target harga sahamnya ke depan atau nilai sahamnya, jauh di atas harga beli tersebut.

BERLEBIHAN

Meskipun demikian, Alfred menilai sikap pasar atau investor saat ini dalam menyikapi aksi korporasi ini terbilang berlebihan.

"Sikap pasar atau investor dalam menyikapi aksi korporasi akuisisi kadang bisa dikategorikan overreaction," ucapnya.

Dia berujar investor perlu melihat rencana besar dari pemegang saham pengendali baru terhadap emiten yang sudah diakuisisinya.

Sementara itu Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan, investor perlu memperhatikan beberapa hal dari aksi akuisisi.

Pertama, yaitu aspek strategis. Menurutnya, tidak mungkin sebuah perusahaan melakukan akuisisi jika tidak mendatangkan keuntungan. Aspek kedua, adalah tujuan akuisisi, sedangkan aspek ketiga yakni  nilai tambah bagi bisnis perusahaan.

"Ini yang harus diperhatikan investor, apakah dengan dilakukannya akuisisi ini menambah nilai bisnis," tutur dia belum lama ini.

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menuturkan, investor harus memperhatikan tujuan dari akuisisi tersebut dan harga akuisisi.

"Selain itu, [juga] upaya manajemen untuk meningkatkan kinerjanya pascaakuisisi tersebut," katanya.

Analis Samuel Sekuritas Christine Natasya menilai pengaruh pergantian pengendali pada saham kembali tergantung kepada kinerja perusahaan masing-masing.

"Masing-masing emitennya beda kan ya. Misalnya RANC diakuisisi Blibli, ini bagus karena bisa mendapat suntikan dana untuk memperbesar usaha," ujarnya saat dihubungi Bisnis.

Adapun dengan rencana bisnis baru setelah menyuntikan dana, misalnya berubah menjadi omnichannel, bisa mendorong RANC lebih cepat bertumbuh. Perseroan masih melihat potensi yang cukup besar di wilayah Jabodetabek. Selain itu, potensi penjualan online juga cukup besar.

Berdasarkan catatan Bisnis, RANC masih optimistis pada kinerja tahun ini setelah berkolaborasi dengan aplikasi digital seperti HappyFresh, Tokopedia, dan GrabMart.

Senada, pemindahan kepemilikan DGIK juga berdampak positif karena dapat membantu meningkatkan ukuran serta nilai usaha DGIK.

Seperti disampaikan Investor Relation DGIK Alamanda Pohan bahwa ke depan tentu akan dilakukan sinergi di mana PT Global Dinamika Kencana (GDK) selaku pemilik baru akan mengkonsolidasikan bisnis jasa konstruksinya.

Akuisisi ini secara tidak langsung akan menjadi jalan masuknya secara penuh bisnis konstruksi GDK ke pasar modal. 

“Akuisisi atau pembelian ini bisa dikategorikan bagian dari ekspansi bisnis GDK Group untuk meningkatkan ukuran di sektor konstruksi. DGIK akan semakin besar lagi dan kuat dengan masuknya GDK sebagai pemegang saham pengendali,” ungkapnya.

(Reporter: Annisa Saumi & Mutiara Nabila)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.