CoHive Diputus Bangkrut, Bagaimana Prospek Coworking Spaces?

Coworking space CoHive ditetapkan bangkrut alias pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Seperti apa prospek industri tersebut di tahun 2023?

Jaffry Prabu Prakoso

28 Jan 2023 - 16.10
A-
A+
CoHive Diputus Bangkrut, Bagaimana Prospek Coworking Spaces?

Karyawan beraktivitas di coworking space CoHive di Jakarta. /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA – PT Evi Asia Tenggara, penyedia ruang kerja bersama (coworking space) dengan merek dagang Cohive resmi ditetapkan bangkrut alias pailit oleh pengadilan. Penetapan Cohive pailit ditetapkan pada 18 Januari 2023 di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 

PT Evi Asia Tenggara beralamat di Gedug Cohive 101 lantai 3, Jakarta Selatan. Perusahaan ini sebelumnya sudah berstatus PKPU pada September 2022 lalu.

"Menyatakan termohon PKPU dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan ini diucapkan," tertulis dalam pengumuman bertanggal Kamis, (26/1/2023). 


Ruang kerja bersama (coworking space) Greenhouse di Kuningan, Jakarta./dok. Greenhouse


Disebutkan dalam pengumuman yang sama, R. Bernadette Samosir akan bertindak sebagai hakim pengawas dalam pailitnya Cohive. 

Selain itu, juga ditetapkan Rio Sadrack M. Pantouw dan Beny Marnala Pasaribu menjadi tim kurator yang membereskan budel pailit. 

Rapat hakim pengawas dengan kurator juga menyepakati kreditor dan aparat pajak untuk menyaksikan sidang perdana pada 1 Februari 2023. Sedangkan tagihan dapat dimasukkan ke tim kurator dengan batas akhir 9 Februari 2023 pukul 17.00 WIB. Selanjutnya, rapat pencocokan utang akan dilakukan pada 27 Februari 2023 mendatang. 

Dilihat dalam laman perusahaan, Cohive menjalankan bisnis ruang kerja bersama, penyewaan ruang untuk acara, hingga jasa kantor. 

Pada 2019, startup ini mendapatkan suntikan pendanaan seri B US$ 13,5 juta atau sekitar Rp 192,7 miliar dengan kurs saat itu. Sejak beroperasi, perusahaan ini disebut telah mendapatkan investasi dari ivestor sebesar US$40 juta atau sekitar Rp600 miliar. 

Baca juga: Winter Tech Hantam Spotify, Segera PHK Karyawan Demi Efisiensi

Beberapa nama besar yang menjadi investor pada perusahaan ini seperti East Ventures, Softbank Ventures Asia milik Masayoshi Son, hingga H&CK. 

Dalam menjalankan bisnisnya, CoHive terdapat Sahid Sudirman Residence di Jakarta Pusat, CoHive 101, Cyber 2 Tower serta Menara Mandiri di Jakarta Selatan, West Vista di Jakarta Barat dan Clapham di Medan, Sumatra Utara.

Bisnis mengkonfirmasi putusan ini kepada pihak East Ventures. Akan tetapi pesan yang disampaikan belum berbalas hingga berita ini dirilis.

Prospek Coworking Space di 2023

Bisnis coworking space yang menyediakan layanan sewa ruang perkantoran bagi pekerja kantoran maupun individu diprediksi masih tetap stagnan pada 2023.

Baca juga: Startup Indonesia Masih Jadi Primadona di Mata Investor

Senior Associate Director Office Services Colliers Ricky Tarore mengatakan bahwa pasar untuk coworking space lebih menyasar pada pekerja startup. Namun dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tumbangnya startup, penyerapannya pun akan berkurang.

"Dengan banyaknya startup yang tidak bisa bertahan mengurangi market dari coworking space itu sendiri," kata Ricky, dikutip Kamis (5/1/2023).

Dia menerangkan bahwa meski ada stimulus pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), kondisi tersebut belum bisa mendongkrak penyerapan ruang kerja.

Apalagi pencabutan PPKM baru diberlakukan pada Desember 2022. Selain itu, menurut Ricky, bisnis coworking space ini sudah terlihat melambat sejak sebelum pandemi Covid-19.


Suasana co-working space di Cocowork The Maja, Jakarta Selatan./cocowork.co


"Kami lihat untuk prospek coworking space ini memang masih melambat. Sebelum pandemi untuk coworking ini sudah mulai menurun," ujarnya.

Ditambah dengan kehadiran pandemi yang membuat pekerja lebih senang untuk work from anywhere, dia melihat saat ini masih banyak perusahaan yang masih mengadopsi konsep hybrid system.

Menurutnya, perusahaan melihat pola hybrid system ini justru dinilai lebih efektif dan berjalan baik bagi kinerja perusahaan itu sendiri.

"Hybrid system di 2023 masih berjalan. Belum semua perusahaan mau menerapkan 100 persen WFO [work from office] walaupun ada dari perusahaan yang sektor-sektornya penting," ujarnya. (Anggara Pernando dan Afiffah Rahmah Nurdifa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Jaffry Prabu Prakoso

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.