Free

Common Enemy

Jika boleh mengutip ucapan salah seorang murid Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib, berkata mereka yang tidak saudara dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan.

Rinaldi Azka

8 Nov 2023 - 05.40
A-
A+
Common Enemy

Rinaldi Azka

Agaknya tidak ada lagi alasan yang paling kuat mempersatukan umat manusia selain common enemy alias musuh bersama. Saat menghadapi musuh bersama, bahkan musuh pun dapat menjadi kawan sementara demi menumpas lawan bersama.

Hal ini yang baru-baru saja terasa jelang tahun politik Pemilu 2024 ini. Tiga pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden sudah mendaftar, dengan potensi masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga kubu.

Menariknya, di tengah eskalasi politik ini, isu membela Palestina muncul. Perang antara Israel dan Hamas berdengung intens sejak 7 Oktober 2023. Sebagaimana gaya Israel, warga sipil Palestina termasuk anak-anak dan perempuan jadi korban.

Hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani siapapun. Begitupun, warga Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu menjadi pembela terdepan di kancah internasional bila membahas isu penjajahan Israel di Palestina.

Sebagai bagian dari masyarakat dunia yang menentang penjajahan, masyarakat Indonesia menemukan musuh bersama. Walhasil, Aksi Bela Palestina Lintas Agama pun digelar. Tepatnya pada Minggu (5/11), di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat.

Aksi ini menjadi yang pertama mempersatukan ummat beragama, ras, partai politik, hingga corak pemikiran apapun di Indonesia. Hanya ada satu kata bagi penjajahan, lawan.

Jika boleh mengutip ucapan salah seorang murid Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib, berkata mereka yang tidak saudara dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan. Gaung inilah kira-kira yang bergema selama aksi.

Tak ada lagi faksi-faksi warna dalam peserta aksi, hanya merah, putih, hitam, dan hijau. Warna bendera Indonesia dan Palestina. Sebagai warga Indonesia, melihat aksi damai tersebut tentu ada rasa keteduhan dan persatuan yang menggerayangi relung hati.

Mungkin, teknik ini juga yang dahulu coba digaungkan oleh Presiden pertama RI, Sukarno yang mendengungkan Ganyang Malaysia pada medio 1960-an. Membangun musuh bersama, demi menggalang persatuan dan melupakan perbedaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, menemukan musuh bersama ini agaknya tidaklah mudah, apalagi demi menggalang persatuan nasional. Lucunya, alih-alih mengupayakan persatuan, para politikus Indonesia lebih suka memanfaatkan perbedaan demi kepentingan pribadi.

Lain di ucapan, lain di tindakan. Begitu hari-hari yang disuguhkan politikus. Memang pada akhirnya perlu kepekaan, membaca gelagat dan menghindari arus negatif yang diinginkan.

Terlepas dari itu, hal yang sulit adalah membangun kesadaran bersama akan musuh yang nyata, seperti upaya bersama mengatasi perubahan iklim, begitu pun memerangi berita hoaks. Common enemy yang semestinya disadari menjadi isu dan perlu ditindaklanjuti bersama.

Tentunya kita patut belajar dari apa-apa yang disuguhkan oleh sejarah maupun media akhir-akhir ini. Begitu pentingnya bersikap skeptis, bagus jika bisa bersatu menghadapi musuh bersama, tapi jangan sampai kita bersatu demi musuh yang diada-adakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.