Dana IPO Pecah Rekor, Perusahaan Go Public Bakal Makin Marak

Hingga 16 September 2021, BEI mencatat jumlah dana yang dihimpun dari IPO sebesar Rp32,14 triliun. Total dana itu berasal dari 38 perusahaan yang baru tercatat tahun ini.

Pandu Gumilar & Farid Firdaus

17 Sep 2021 - 17.37
A-
A+
Dana IPO Pecah Rekor, Perusahaan Go Public Bakal Makin Marak

Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia atau BEI mencatat penggalangan dana melalui penawaran umum perdana saham mencapai rekor baru. Hingga 16 September 2021, jumlahnya mencapai Rp 32,14 triliun.

Total dana tersebut berasal dari 38 perusahaan yang baru tercatat pada tahun ini. "Penyumbang terbesar penggalangan dana melalui initial public adalah PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dengan torehan Rp21,9 triliun," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna pada Jumat (17/9/2021).

Nyoman mengatakan total dana dari pelaksanaan initial public offering (IPO) tahun ini merupakan  yang terbesar sejak pasar modal aktif kembali pada 1977. Rekor terbesar sebelumnya terjadi pada 2010 dengan total dana dihimpun melalui IPO sebesar Rp29,67 triliun dari pencatatan saham 23 perusahaan.

Dengan capaian tersebut, Nyoman optimistis penawaran umum saham, obligasi dan sukuk masih terus bertumbuh dengan baik. Itu karena respon pasar terhadap perusahaan yang go public cukup positif.

Dengan kondisi tersebut, minat perusahaan melakukan permohonan pencatatan efeknya ke Bursa makin marak. Perusahaan pun masih antusias untuk menggalang pendanaan di pasar modal. Hal tersebut dapat dilihat dari perusahaan-perusahaan yang berada dalam pipeline Bursa. 

“Dalam beberapa hari terakhir, kami juga masih menerima permohonan pencatatan saham. Antusiasme dan optimisme terhadap pasar modal dinilai masih terjaga baik, didorong oleh stabilitas nasional dan pemulihan ekonomi yang masih berlanjut di tahun 2021,” katanya.

Hingga saat ini terdapat 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham. Selain itu, terdapat satu perusahaan yang tergolong ke dalam start-up dan merupakan hasil binaan dari IDX Incubator.

 

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan rencana bisnis perusahaan dalam acara Penawaran Umum Perdana Saham PT Bukalapak.com Tbk., Jumat (9/7/2021). - Bisnis/Ika Fatma Ramadhansari

 

Nyoman mengatakan perusahaan ini berada di sektor teknologi dengan sub-sektor software & IT services. Perusahaan rintisan yang masuk inkubator BEI itu membangun produk perangkat lunak.

“Adapun kisaran dana dihimpunnya belum dapat kami sampaikan, karena proses bookbuilding dalam rangka pembentukan harga belum selesai dilakukan,” katanya.

Sebagai informasi, berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, yaitu 4 perusahaan aset skala kecil dengan aset di bawah Rp50 Miliar,  7 perusahaan aset skala menengah berkisar antara Rp50 Miliar s.d. Rp250 Miliar, dan 15 perusahaan aset skala besar di atas Rp250 Miliar.

Adapun proses penawaran umum saham pada tahun ini telah dilakukan melalui sistem e-IPO atau electronic Indonesia Public Offering. Dia berharap dengan sistem itu dapat memberikan akses yang lebih luas dan mudah dijangkau, khususnya bagi investor retail.

“Hal ini diharapkan juga turut mendukung pertumbuhan jumlah investor di pasar modal Indonesia dan memberikan optimisme pertumbuhan pasar modal Indonesia pada tahun-tahun mendatang,” pungkasnya.

 

 

Menanti IPO Jumbo

Aksi IPO jumbo diprediksi akan berlanjut menjelang akhir tahun ini sampai tahun depan. Salah satunya berasal dari 2 anak usaha BUMN yang telah masuk daftar rencana penawaran umum perdana saham. 

Salah satunya yang patut dinanti yaitu anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM), yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) yang berencana IPO pada kuartal III/2021.

Sinyal IPO Mitratel mulai terlihat dari aksi perusahaan mempertebal aset. Pada awal September 2021, Mitratel menambah portofolio 4.000 unit menara telekomunikasi dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Alhasil, Mitratel kini memiliki 28.000 menara telekomunikasi di seluruh Indonesia.

Selain itu, terdapat kelompok usaha milik PT Pertamina (Persero) yang rencananya melantai di bursa saham,  yakni subholding pelayaran (shipping) dan subholding energi terbarukan.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan rencana IPO didasarkan pada pertimbangan atau kebutuhan pasar BEI. Pihaknya tetap mencermati dinamika pasar sebelum IPO.

Di sisi lain, ada juga IPO dari perusahaan teknologi yaitu GoTO. Laporan Bloomberg pada Selasa (27/7/2021) yang dikutip dari bisnis.com menyatakan entitas baru hasil merger Gojek dan Tokopedia yakni GoTo sempat dikabarkan berdiskusi dengan para investor untuk meraih dana hingga US$2 miliar melalui IPO di Indonesia dan AS.

Di sisi lain, GoTo dikabarkan baru akan IPO pada 2022 lantaran tak kunjung munculnya aturan mengenai skema dual class share (DCS) bagi IPO perusahaan teknologi di Indonesia. Seperti dikutip dari The Straits Time yang melansir Reuters, Jumat (20/8/2021) sumber anonim mengatakan IPO GoTo kemungkinan baru dapat dilakukan pada tahun depan mengingat belum adanya regulasi pasti mengenai skema DCS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.