DANA, Sinarmas, & Lahirnya Hegemoni 3 Goliat E-wallet

Kabar rencana akuisisi DANA oleh Sinarmas Group akan berujung pada banyak implikasi terhadap berbagai lini industri digital. Sebagian positif, tetapi tak sedikit yang patut diwaspadai. Apa saja?

9 Agt 2021 - 19.55
A-
A+
DANA, Sinarmas, & Lahirnya Hegemoni 3 Goliat E-wallet

Transaksi melalui dompet digital DANA./dok. DANA

Bisnis, JAKARTA — Campur tangan grup konglomerasi Sinarmas dalam proses akuisisi DANA dinilai akan mengakibatkan pasar dompet digital di Indonesia makin dicengkeram oleh hanya tiga pemain besar, tanpa menyisakan ruang gerak bagi peserta baru.

Untuk diketahui, Sinarmas Group disebut tengah dalam pembicaraan dengan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. alias Emtek untuk mengakuisisi DANA.

Perusahaan berkode saham EMTK itu memiliki 49% persen saham di PT Elang Andalan Nusantara (EAN), yang sepenuhnya memiliki PT Espay Debit Indonesia Koe (DANA).

Sementara itu, Ant Financial melalui API Investment Limited memegang 45% saham EAN.

Salah satu sumber DealstreetAsia mengatakan jika akuisisi itu terwujud, Sinarmas Group akan bermitra dengan Ant Financial untuk bisnis DANA.

Selain DANA, Ant Financial juga memegang saham sebesar 13,05% dari Bukalapak pasca-initial public offering (IPO).

Saat dimintai konfirmasi, perwakilan DANA menolak menanggapi rumor tersebut, tetapi tidak membantah maupun membenarkannya.

“Kami tidak akan memberikan pernyataan atau tanggapan apapun terhadap pemberitaan-pemberitaan ataupun pernyataan dari pihak di luar DANA yang terkait [kabar akuisisi] ini,” ujar VP of Communications DANA Putri Dianita kepada Bisnis, Senin (9/8/2021). 

Bagaimanapun, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperingatkan akuisisi DANA oleh Sinarmas akan berujung pada mengerucutnya kompetisi dompet digital pada The Big 3, yaitu; Gopay, Shopeepay, serta entitas merger Ovo dan DANA. 

Dampaknya, kata Bhima, pemain lainnya perlu melakukan inovasi berbeda untuk bisa bersaing melawan The Big 3 ke depannya.

Salah satunya, dengan melayani pembayaran digital di segmen yang belum dirambah oleh ketiga pemain besar tersebut. 

“Tidak hanya itu, menurutnya, pemain baru pun akan sulit untuk hadir dan bersaing dengan pemain yang sudah ada karena masyarakat sudah terbiasa untuk menggunakan tiga pemain dompet digital tersebut. Namun, keuntungannya ekosistem dompet digital akan diwarnai oleh perang inovasi antarpemain,” jelasnya.

Lebih lanjut, Bhima berpendapat alasan konglomerasi mulai terpincut mencaplok perusahaan dompet digital, salah satunya adalah untuk mengambil keuntungan kemudahan akses payroll dan insentif ke karyawan grup besar.

“Selain itu, pangsa pasar bisa naik juga karena pengguna akan deras setelah penggunaan oleh grup perusahaan dan ujungnya menguntungkan grup konglomerasi besar juga,” tuturnya.

Di sisi lain, kelompok usaha konglomerat pun makin melihat pertumbuhan industri dompet digital kian gesit lantaran didorong tiga faktor utama.

Mulai dari penetrasi pengguna internet ponsel pintar, kenaikan volume transaksi dagang elektronik, hingga pembatasan mobilitas sosial yang kian berlanjut.

Ke depan, Bhima melihat diversifikasi bisnis dompet digital dipastikan merambah ke penyaluran pembayaran pascabayar (paylater), rintisan di bidang teknologi finansial (tekfin/fintech) berbasis pinjaman, serta platform investasi reksadana, emas, surat utang, dan sebagainya.

“Pertumbuhan volume transaksi di dompet digital pun bisa menembus 30%—45% hingga akhir 2021. Tahun ini akan banyak kejutan seperti maraknya merger, akuisisi sesama platform dompet digital juga crossing dengan platform digital lainnya. Tidak sedikit pemain dompet digital yang merencanakan IPO dalam waktu dekat,” katanya.

Konsumen menggunakan dompet digital ShopeePay saat melakukan pembayaran di Jakarta./Bisnis-Fanny Kusumawardhani 

Setala, Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan persaingan di lini bisnis dompet digital akan makin seru dengan rumor aksi akuisisi tersebut.

Hal ini dikarenakan kabar tersebut justru makin menguatkan potensi merger DANA-Ovo. Sebab, Sinarmas Group juga sudah menjalin kerjasama dengan Grab, pemilik sebagian saham Ovo.

“Jadi, aksi ini akan membesarkan ekosistemnya [DANA dan Ovo]. Selain itu, Emtek juga sudah berupaya menggabungkan ekosistem digitalnya dengan Grab dimana Grab-Bukalapak [yang sahamnya juga dimiliki oleh Emtek] tengah berupaya untuk berkolaborasi,” katanya.

Alhasil, dia melihat Gopay, Ovo, Shopeepay, DANA, dan Linkaja tetap akan menjadi Top 5 alias lima besar pemain di industri dompet digital sehingga bila menilik dari ekosistem aksi tersebut masih membuat persaingan pasar dompet digital masih dalam kategori sehat.

Selain itu, Huda mengatakan Sinarmas Group juga tengah mengembangkan ekosistem digitalnya sehingga wajar apabila mereka tertarik untuk mengakuisisi DANA.

“Potensi dari industri dompet digital ini juga masih sangat besar. Transaksi non tunai terus tumbuh, penggunaan ponsel digital makin kencang, penetrasi internet juga makin cepat, perubahan pola konsumsi masyarakat ikut mendorong penggunaan dompet digital. Ini landasannya,” ujarnya.

Huda pun optimis pertumbuhan dompet digital pada kuartal III/2021 bisa mencapai 15%—20% mengingat program bantuan sosial (bansos) pun ada yang disalurkan melalui dompet digital.

“Sebelumnya [insentif] Kartu Prakerja juga [disalurkan] melalui dompet digital. Gerakan literasi digital dan keuangan berjalan kencang. Jadi sepertinya menarik sekali perkembangan dompet digital tahun ini. Semoga DANA menemukan ekosistem yang menunjang,” tuturnya.

Sekadar catatan, menurut laporan dari DSinnovative Startup Report 2020, DANA tergabung dalam tekfin yang masuk dalam kategori perusahaan rintisan dengan status centaur, dengan valuasi antara US$100 juta sampai US$999 juta.

DANA dalam hal ini tergabung ke kategori pertama, yakni diperkirakan memiliki valuasi antara US$100 juta—US$499 juta. Adapun, di kategori US$500 juta—US$999 juta hanya terdapat dua nama tekfin asal Indonesia yakni Ovo dan Akulaku.

KONSTELASI SUPERAPP

Pada perkembangan lain, kabar rencana Sinarmas Group mencaplok DANA diyakini akan berdampak juga terhadap ekosistem aplikasi super (superapp) dan platform dagang-el (e-commerce).

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan tiap pemain dompet digital biasanya mendukung ekosistem tertentu yang dijalankan para aplikasi super.

“Jadi, persaingan terjadi bukan saja di level dompet digital melainkan di ekosistem superapps. Pertumbuhan bisnis kembali akan di-drive oleh peran superapps. Melihat pertumbuhan transaksi melalui internet masih meningkat terus, seharusnya dompet digital ikut menikmati tren ini.”

Edward melanjutkan pertumbuhan aplikasi super biasanya berada di level bisnis-ke-konsumen (business-to-consumer/B2C) dan platform dagang elektronik (e-commerce) sehingga peran akuisisi DANA oleh Sinarmas ini akan sangat berdampak bagi kedua sektor tersebut.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menambahkan aksi korporasi untuk akuisisi, konsolidasi, dan kolaborasi saat ini menjadi langkah umum perusahaan untuk memperkuat ekosistem, bisnis, dan juga strategi bertahan atau memenangkan persaingan.

“Di Indonesia, ramai-ramai konglomerat turun gunung ikut berbisnis digital, yang cukup menarik juga untuk dicermati,” ujarnya. 

Dia menjelaskan masing-masing pihak—baik korporasi konglomerasi maupun startup yang akan diakuisisi—akan mendapatkan manfaat, yaitu mengekspansi bisnis digital secara lebih luas.

Bahkan, akuisisi ini akan membuat pemodal turut melirik dan melancarkan suntikan pendanaan baru dan memperkuat ekosistem kedua perusahaan.

Sisi lain, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan akuisisi biasanya membawa dampak kemajuan fitur atau program pada sebuah perusahaan digital.

“Selama hal itu [akuisisi DANA] menunjang konsumen untuk bisa berkegiatan ekonomi, tentu artinya berdampak baik bagi ekosistem. Kami selalu mendukung jika ada sektor yang berkembang dan menunjang pertumbuhan industri digital, terutama e-commerce,” katanya.

Bima melanjutkan, apabila ditinjau dari sisi bisnis digital, langkah akuisisi bisa berdampak pada kian inovatifnya pelaku industri digital untuk bersaing sehingga dampaknya tentu positif bagi industri dagang-el secara keseluruhan, dan pastinya perekonomian Indonesia. 

Lain perspektif, Asosiasi Digital Kreatif Indonesia (Aditif) menilai langkah Sinarmas Group untuk mengakuisisi DANA menjadi salah satu upaya korporasi untuk mendulang pertumbuhan kinerja selama pandemi Covid-19 masih mengamuk.

Ketua Aditif Saga Iqranegara sepakat jika langkah akuisisi tersebut benar terjadi, kedua pihak akan diuntungkan.

Performa DANA pun akan makin solid dengan dukungan permodalan dan ekosistem dari Sinarmas Group.

“Dari kacamata industri, tentunya akan makin banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses ke layanan keuangan dan ini baik untuk perekonomian Indonesia. Ini yang diincar oleh Sinarmas,” tuturnya. 

Reporter : Akbar Evandio

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.