Developer Perhotelan Mulai Kembali Realisasikan Proyek di Bali

Di tengah kondisi belum pulihnya properti subsektor perhotelan, sejumlah developer mulai merealisasikan proyek mereka di Bali. Sedikitnya empat hotel bintang 5 memasuki pasar Pulau Dewata sebagai bagian dari persiapan menyambut pemulihan pasca-pandemi Covid-19.

M. Syahran W. Lubis

18 Okt 2021 - 12.43
A-
A+
Developer Perhotelan Mulai Kembali Realisasikan Proyek di Bali

Seorang wisatawan domestik menikmati keindahan Tanah Lot di Tabanan, Bali./Bisnis-M. Syahran W. Lubis

Bisnis, JAKARTA – Masih berlakunya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di Bali akibat belum tuntasnya pandemi Covid-19 memang membuat penulihan pariwisata di Pulau Dewata belum maksimal.

Meski demikian, menurut konsultan bisnis properti Colliers International Indonesia, sejumlah hotel tengah dibangun dan beberapa di antaranya telah memasuki pasar.

Hotel bintang 5 Andaz Bali Hotel di Danau Tamblingan, Sanur, dan hotel bintang 4 Yello Hotel Kuta Beach di Kuta sudah meramaikan pasar subsektor perhotelan di Bali. Keduanya masing-masing memiliki 145 dan 143 kamar.

Colliers juga mencatat sedikitnya tiga hotel bintang 5 sedang dalam proses konstruksi. Jumeirah di Pecatu Indah Resort di Jimbaran merupakan hotel mewah dan dirancang mempunyai 104 kamar.

Akumulasi Proyek Hotel di Bali

Sumber: Colliers Indonesia

Sementara itu, Kimpton Resort di Nusa Dua direncanakan memiliki 50 kamar. Sebagaimana Jumeirah, Kimpton Resort juga dijadwalkan selesai pada tahun ini.

Satu hotel bintang 5 lainnya diharapkan selesai pembangunannya pada tahun depan yakni Lavaya Resort & Residence yang berlokasi di Tanjung Benoa. Hotel ini direncanakan memiliki 278 room.

Selain tiga hotel bintang 5 tersebut, Bali juga akan ketambahan sedikitnya satu hotel bintang 4 yaitu Aloft Hotel Kuta Beach yang memiliki 200 kamjar dan ditargetkan rampung tahun ini.

Meski begitu, Colliers menyatakan poenambahan pasok itu relatif terbatas, mengingat kondisi yang belum stabil. Namun, okupansi akan meningkat seiring dengan relaksasi mobilitas serta pembukaan kegiatan pariwisata yang secara bertahap sudah dimulai.

Akumulasi Kamar Hotel di Bali

Sumber: Colliers Indonesia

Colliers menyebutkan hingga kuartal III/2021, industri pariwisata dalam kondisi sangat buruk selama pandemi. Akibatnya, banyak hotel yang operasionalnya terhenti lantaran jebloknya permintaan yang secara signifikan menurunkan pendapatan hotel yang tidak sebanding dengan biaya operasional.

Rencana hotel baru di Bali juga akan mengalami penyesuaian. Hotel yang rencananya mulai beroperasi pada 2021 kemungkinan akan mengalami keterlambatan.

WAKTU TEPAT BANGUN HOTEL

Meski kondisi belum sepenuhnya pulih, Director Colliers Indonesia Satria Wei menilai sekarang merupakan waktu yang tepat bagi developer atau investor untuk menanamkan modal di industri perhotelan.

Menurut dia, investor dapat mulai mengatur dan mempersiapkan investasi sementara pasar secara bertahap menjalani proses pematangan.

Dia mengemukakan bahwa keputusan investasi awal yang mengutamakan kebutuhan calon nasabah adalah yang terbaik.

“Jadi, investasi di subsektor ini jangan menjadi pengikut, yang hanya akan mendapatkan sisa, tetapi investasi pemimpin yang menciptakan konsumen baru, investasi yang dilakukan ketika investor lain menahan diri,” ungkapnya.

Dia menambahkan pasar perhotelan di Indonesia hanya dalam mode “tidur” selama pandemi Covid-19 ini dan para pemangku kepentingan di industri ini terus melakukan persiapan menghadapi kenormalan baru.

Satria mengemukakan sejak akhir 2020, kondisi industri perhotelan membaik karena pemerintah membuka akses perjalanan, meski hanya untuk pasar domestik.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Akan tetapi, pasar perhotelan terpaksa kembali "tertidur" setelah kuartal I/2021 akibat peningkatan peningkatan besar kasus positif Covid-19 pada kuartal II tahun ini.

Meski demikian, berdasarkan beberapa indikator, sisa tahun ini menjadi periode yang lebih baik, dengan pertumbuhan positif untuk industri perhotelan. Dia memberikan contoh, tingkat hunian daerah di Bali telah meningkat dari satu digit menjadi sekitar 20%.

Mengenai wilayah yang diprediksi mendapatkan kenaikan jumlah pengunjung, Satria mengemukakan Bali masih menjadi destinasi unggulan dan akan disambangi terlebih dahulu, diikuti Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur.

Terkait dengan adanya insentif pengurangan pajak bagi investor yang diterapkan pemerintah untuk meningkatkan minat investasi di industri pariwisata khususnya hotel, Satria menilai sektor ini memang memasuki babak baru. Investor, baik lokal, regional maupun internasional, belakangan ini mulai menunjukkan ketertarikan mereka untuk menanam modal di Indonesia.

Satria berpandangan pengurangan pajak yang diperkenalkan oleh pemerintah untuk investasi di industri pariwisata memang merupakan awal yang baik. Namun, pelaku industri dan pemangku kepentingan lainnya perlu melakukan persiapan dasar untuk memastikan pengembalian investasi yang baik.

Oleh karena itu, lanjutnya, dukungan seluruh pemangku kepentingan di industri ini adalah wajib, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha (pemilik dan karyawan) dan pemasok, hingga penyedia kebutuhan tenaga kerja.

“Apabila semua orang bisa mendukung persiapan dasar, insentif yang dicanangkan pemerintah akan semakin menarik,” kata Satria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.