Digitalisasi Pariwisata Kian Kencang di Tengah Pandemi

Pandemi membuat program digitalisasi pariwisata makin terakselerasi karena para pengelola objek wisata hingga wisatawan makin dekat dengan dunia digital.

Ibeth Nurbaiti

13 Des 2021 - 15.45
A-
A+
Digitalisasi Pariwisata Kian Kencang di Tengah Pandemi

Warga berkunjung ke Kebun Tanaman Bunga Celosia Garden Ake di Sungailiat, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (31/10/2020). Kebun tanaman Bunga Celosia dan Bunga Zenia yang didominasi bunga berwarna kuning, merah dan merah mudah itu itu menjadi tempat wisata dadakan bagi masyarakat di Pulau Bangka. ANTARA FOTO/Anindira Kintara

Bisnis, JAKARTA — Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir 2 tahun telah mengubah perilaku masyarakat yang makin akrab dengan dunia digital. Tak hanya untuk keperluan konsumsi, digitalisasi juga makin lekat dengan aktivitas berpelesiran.

Direktur Wisata Alam, Budaya dan Buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Alexander Reyaan mengatakan pandemi membuat program digitalisasi pariwisata makin terakselerasi karena para pengelola objek wisata hingga wisatawan makin dekat dengan dunia digital.

"Sampai hari ini, untuk reservasi menggunakan digital, contohnya airline, atau model transportasi apa pun, hotel dan restoran itu sudah jadi sesuatu yang biasa. Untuk memasuki objek, pintu masuk objek [wisata], baru beberapa objek menerapkan itu. Sebelumnya orang-orang masih cuek," katanya, dikutip dari Antara, Senin (13/12/2021).

Digitalisasi pariwisata merupakan program yang sudah digaungkan Kementerian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak beberapa tahun lalu. Digitalisasi tersebut lebih mengarah kepada proses konsumen saat berwisata, mulai dari melakukan pemesanan untuk transportasi, menginap hingga memesan tiket masuk ke objek wisata.

Oleh karena itu, kata Alexander, pemerintah terus mendorong pengelola objek wisata di berbagai destinasi memanfaatkan teknologi digital untuk memudahkan operasional.

Dia mencontohkan, pembelian tiket masuk tempat wisata secara daring membuat pengelola bisa lebih mudah memantau kondisi dan menerapkan protokol kesehatan saat pandemi secara lebih mudah.

Saat pengunjung memesan tiket secara daring, imbuhnya, pengelola bisa memantau batas kapasitas pengunjung secara lebih mudah, apalagi saat pandemi ada pembatasan demi menjaga keamanan dan kenyamanan.

"Dengan digitalisasi, itu sebenarnya kita bisa secara otomatis melakukan pembatasan yang biasanya disebut carrying capacity," tuturnya.

Selain itu, pengelola wisata juga bisa menerapkan strategi lain bila kapasitas maksimal pengunjung kala pandemi sudah penuh, misalnya dengan mengalihkan wisatawan lain ke jam masuk yang berbeda.

Makin banyak pengguna dan pengelola yang memanfaatkan akses digital, makin banyak pula data informasi yang terkumpul untuk pengembangan wisata di masa depan.

Bagi pengunjung, media digital juga menjadi sarana mencari informasi wisata, tak hanya lewat agen wisata atau buku-buku perjalanan.

Hal itu pula yang melatarbelakangi Kemenparekraf menggandeng anak-anak muda di berbagai destinasi untuk membantu memopulerkan berbagai tujuan wisata baru.

Belakangan makin banyak anak muda yang secara mandiri mengunggah foto-foto atau video menarik dari berbagai tempat wisata yang mengundang ketertarikan orang lain.

Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan pemengaruh (influencer) dengan jumlah pengikut besar untuk membantu promosi pariwisata, khususnya lewat kanal media sosial masing-masing.

Alexander mengatakan, liburan adalah suatu kebutuhan bagi masyarakat sehingga sebetulnya minat wisata tetap tinggi, tetapi terkendala oleh pandemi.

Selama pandemi belum usai, orang-orang diprediksi bakal mencari tempat liburan yang aman dan tidak terlalu jauh agar lebih mudah dijangkau, juga memilih waktu-waktu di mana pengunjung lain tidak terlalu banyak.

Transformasi ekonomi dan digital menjadi satu dari tiga isu besar yang dibawa Indonesia pada Pertemuan Sherpa (Sherpa Meeting) G20 yang diadakan di Jakarta pada 7-8 Desember 2021.

Transformasi ekonomi dan digital menjadi optimalisasi manfaat teknologi digital yang inklusif dengan mendorong digitalisasi di berbagai sektor usaha, termasuk di sektor pariwisata yang berkontribusi cukup besar terhadap PDB nasional.

Saat ini, pemerintah juga tengah menggenjot Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Salah satu upaya dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi proses monitoring proyek DPSP bernama Tomps yang dibuat oleh Telkom.

“Ini arahan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, agar DPSP mendapat dukungan secara penuh, termasuk melalui pembangunan dan pengembangan infrastruktur untuk memajukan beragam destinasi wisata unggulan di Indonesia,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Luhut B. Pandjaitan, dalam keterangannya, belum lama ini.

Luhut menjelaskan perlunya peningkatan kualitas destinasi pariwisata dengan konsep kerjasama pentahelix, yang mencakup bidang akademik, media, pemerintahan, komunitas, dan bisnis. 

“Hal ini mencakup beberapa aspek, seperti pengembangan destinasi, pemberdayaan masyarakat dan sumber daya manusia, pengembangan industri dan investasi, pengembangan promosi, product development dan event, serta pengembangan ekonomi kreatif,” tutur Luhut.

PANDUAN KONSUMEN

Sementara itu, Dosen Program Studi Pariwisata Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Diaz Pranita, mengatakan selain foto dan video yang diunggah pemengaruh, platform digital dan mesin pencari juga jadi panduan konsumen sebelum memutuskan untuk berwisata. Di berbagai platform, konsumen bisa saling melihat penilaian atau komentar mengenai tempat tertentu.

Selain itu, konsumen juga mencari informasi melalui situs pemerintah setempat untuk memperoleh informasi yang dipercaya.

Saat ini pemerintah fokus mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif di lima destinasi super prioritas Indonesia yakni Danau Toba, Likupang, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo. Tempat-tempat tersebut pun memiliki keunikan tersendiri yang mampu mengundang decak kagum baik turis lokal maupun mancanegara.

Labuan Bajo terkenal dengan keunikan wisata komodo, pantai pink hingga matahari terbenam di Bukit Sylvia. Selanjutnya, Mandalika yang jadi surga tersembunyi di NTT punya banyak pantai alami yang indah, juga wisata budaya memikat.

Tidak jauh berbeda, Danau Toba adalah danau kawah besar dan di tengahnya terdapat pulau yang ukurannya hampir sebesar Singapura.

Sementara itu, Likupang, kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, punya banyak pantai eksotis, sementara Borobudur, salah satu warisan budaya dunia UNESCO, adalah peninggalan sejarah penting.

Dengan banyaknya masyarakat yang memanfaatkan digital untuk berwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong agar lebih banyak akses Internet yang dibangun di kawasan lima Destinasi Super Prioritas (DSP).

Saat ini, akses-akses Internet di lima DSP sudah tersedia. Namun, terkadang di beberapa titik tertentu hilang atau tidak ada akses sinyal.

Dengan makin luasnya akses Internet di destinasi wisata diharapkan bisa makin memudahkan pelancong yang datang, termasuk bila ingin mengunggah informasi mengenai destinasi tersebut di media sosial. (Indra Gunawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.