Bisnis, JAKARTA — Kian kencangnya ajakan dunia internasional untuk mengakselerasi penggunaan energi bersih yang lebih ramah lingkungan serta meninggalkan energi fosil menjadi situasi sulit yang harus dihadapi pemerintah.
Di satu sisi desakan untuk meninggalkan energi fosil diyakini dapat mengendalikan emisi gas rumah kaca, tetapi di sisi lain Indonesia belum bisa sepenuhnya lepas dari energi ‘kotor’ tersebut.
Indonesia memang memiliki sumber daya energi baru terbarukan (EBT) terbesar sekaligus penyumbang emisi karbon dunia. Namun, bukan berarti bisa dengan serta merta meninggalkan energi fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara.
Apalagi, transisi energi memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga hal itu dapat memberatkan negara-negara berkembang dan juga negara miskin.