Bisnis, JAKARTA — Pengendalian margin bunga bersih perbankan bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi margin yang tebal menjamin kelangsungan bisnis dan stabilitas sistem keuangan nasional. Namun, di sisi lain hal ini juga menjadi penghambat laju pertumbuhan ekonomi.
Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) merupakan salah satu indikator profitabilitas perbankan. Bank dengan NIM yang tebal menunjukkan bahwa bank tersebut mempu mengoptimalkan tiap dana nasabah yang dititipkan di bank tersebut untuk diputar melalui kredit.
Secara sederhana, NIM adalah rasio yang mengukur perbedaan antara pendapatan bunga bersih dari penyaluran kredit dengan biaya pendanaannya. Pendapatan bunga yang tinggi diperoleh dari bunga kredit yang tinggi, sedangkan biaya pendanaan yang rendah dari bunga simpanan yang rendah.
Bank-bank di Indonesia umumnya tergolong memiliki NIM yang tinggi di dunia, tidak heran jika pasar perbankan Indonesia banyak diminati investor asing. Hal ini menguntungkan bagi bank. Namun, bagi debitur, kondisi ini tidak lain berarti tingginya biaya bunga ketika hendak meminjam ke bank.