Bisnis, JAKARTA – Situasi dilematis dihadapi banyak negara di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum menentu. Indonesia juga mengalami dilema serupa. Di saat harga energi di tingkat global bergerak liar, pemerintah berkepentingan untuk menahan laju inflasi akibat lonjakan harga tersebut di dalam negeri.
Untuk mengatasi ancaman inflasi karena lonjakan harga energi, subsidi menjadi salah satu cara yang diandalkan. Berdasarkan data Kantor Staf Presiden (KSP), realisasi belanja negara untuk subsidi BBM dan LPG hingga April 2022 mencapai Rp34,6 triliun. Jumlah ini, lebih tinggi 50 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021, yaitu Rp23,3 triliun.
Namun, selain harga energi yang terus bergerak naik, penyaluran subsidi untuk menopang daya beli masyarakat tak selamanya tepat sasaran. Sementara itu, jika subsidi dicabut, dan harga energi dibiarkan naik, inflasi bisa melompat tinggi.
Pengamat memperkirakan kenaikan harga energi bisa mendongkrak angka inflasi sampai 6 persen. Lompatan dua angka dari target inflasi saat ini tentu bukan realitas yang diharapkan terjadi.