Dirut Pertamina International Shipping Blak-blakan Tantangan Industri Pelayaran

Sejumlah tantangan mengadang Pertamina International Shipping demi menjadi perusahaan pelayaran kelas dunia. Beragam strategi pun disiapkan.

Tim Redaksi

6 Mei 2024 - 07.53
A-
A+
Dirut Pertamina International Shipping Blak-blakan Tantangan Industri Pelayaran

Kapal Gas Attaka milik Pertamina International Shipping (PIS) saat melepas jangkar di luar dermaga Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jumat (28/10/2022). Bisnis-Alif N. Rizqi

Bisnis, JAKARTA - Subholding pelayaran Pertamina, PT Pertamina International Shipping, mengungkapkan sejumlah tantangan industri pelayaran mulai dari tuntutan bisnis industri hijau hingga penyediaan fasilitas yang dapat diandalkan.

Direktur Utama Pertamina International Shipping Yoki Firnandi menjelaskan sejumlah tantangan yang dihadapi demi menjadi perusahaan pelayaran kelas dunia. Setidaknya ada tiga tantangan utama lanjutnya, pertama, penyediaan angkutan yang dapat diandalkan sekaligus efisien.

"Dapat diandalkan [reliable] menjadi penting karena kapal domestik Indonesia mayoritas sub-standar, ini tantangan dan kami pengguna terbesar dan ini yang sedang kami upayakan dan kami benahi dan tentunya dengan dukungan dari Kemenhub kami perlahan tapi pasti terus melakukan peningkatan," ungkapnya dalam acara Bisnis Indonesia Shipping and Logistics Forum 2024 di Jakarta pada Selasa (30/4/2024). 

Kemudian, pelayaran yang efisien juga masih menjadi tantangan. Menurutnya, sebagai pelayaran spesialis energi (minyak dan gas) di Indonesia mengupayakan distribusi energi ke seluruh Indonesia dengan 17.000 pulau di dalamnya perlu menemukan strategi paling murah. Saat ini, grup Pertamina beroperasi 70% untuk aktivitas sektor hilir demi berjualan energi bersubsidi.

Kedua, tantangan dari tuntutan tuntutan bisnis dan operasional berkelanjutan. Ini menjadi bagian dari upaya green sustainability, menyediakan pelayaran andal, murah, sekaligus dekarbonisasi.

"Terakhir, transisi energi, kami pelaku di sektor energi, Pertamina induk kami dan sekarang tantangannya sudah bermunculan jenis-jenis energi baru dan ini tantangan untuk kami," paparnya.

Selain itu, Yoki juga bercerita PIS mendapatkan tantangan terus bertumbuh dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. Pada aspek ini, isu terutama pada kapabilitas bisnis internasional yang masih terbatas, serta sejumlah aset kapal maupun terminal yang sudah berusia senja.

"Dahulu PIS ini sibuknya ke dalam, tidak peduli yang dilakukan di luar negeri [pelayaran internasional], tidak peduli apakah yang kami lakukan ini patuh dan masih relevan untuk bisnis ke depan. Nah, sekarang tidak bisa kapal milik kami, kapal yang kami sewa, ini sudah aging, kalau bicara regulasi internasional," tambahnya.

Direktur Utama PT Pertamina International Shipping Yoki Firnandi saat diskusi sesi pertama Bisnis Indonesia Shipping & Logistics Forum 2024 di Jakarta Selasa (30/4 /024)./Bisnis-BIO

STRATEGI BERTUMBUH

PIS lanjutnya, membuat sejumlah strategi utama demi menjawab tantangan yang ada. Strategi pertama, yakni mengkapitalisasi bisnis inti distribusi perminyakan. Nah, menjawab ini angkutan energi migas milik perseroan pun diperbesar dengan ekspansi ke luar negeri.

Ekspansi pun dilakukan ke wilayah Timur Tengah dan Asia menjadi perusahaan charter kapal, LPG kargo dan pelayaran. Adapun, target pertumbuhan dipatok 10% dari permintaan dasar saat ini.

Kemudian, PIS juga menyasar pertumbuhan bisnis di industri baru. PIS menjajaki masuk ke pengangkutan bahan kimia, biofuel (FAME), termasuk mengangkut dry bulk. Perseroan juga membentuk perusahaan patungan yang mengangkut produk bahan pangan.

"Berikutnya, karena bisnis inti kami adalah logistik juga adalah bagaimana kami mengembangkan pelabuhan dan terminal dalam maupun luar negeri, dan terakhir area pertumbuhan kami, kami melihat bahwa bisnis yang semakin membesar dengan ruang lingkup dunia ini harus diperkuat dengan sistem dan tata kelola yang baik," paparnya.

Baca Juga :Langkah Pertamina Jadi Pemain Baru Bioetanol

Terakhir lanjutnya, penting membentuk akses menuju pasar modal. Targetnya, PIS bakal melakukan penawaran umum perdana (initial public offer/IPO) saham serta merilis surat utang.

"Jadi ini tidak lain adalah bagaimana industri pelayaran di dalam negeri ini kami kelola dengan sangat baik sesuai standar internasional supaya kami bisa menjadi pemain regional maupun internasional," tuturnya.

Yoki menjelaskan tambahan modal dibutuhkan untuk mewujudkan target agresif pertumbuhan PIS. Adapun, pihaknya menargetkan market capitalization senilai US$7 miliar dengan revenue US$9 miliar pada 2034.

Saat ini, posisi market capitalization PIS sebesar US$3,3 miliar dan ditargetkan mencapai US$4 miliar setara Rp64,8 triliun (kurs Rp16.200 per dolar AS) tahun ini.

Baca Juga : Pertamina International Shipping Poised to Raise More Than $500 Million in Upcoming IPO  

"Target kami di tahun 2034 US$9 miliar dengan capital expenditure, biaya investasi kami menargetkan US$8 miliar sampai 10 tahun ke depan," ujarnya.

Untuk itu, secara bertahap, PIS akan menggunakan rata-rata US$800 juta dolar per tahun. Selain itu, dia memaparkan target revenue dari low carbon 34% pada 2034, pendapatan dari bisnis terminal dan laut 27%, serta kepemilikan kapal sebanyak 190 unit dan kapal yang dioperasikan 500-600 unit.

Rencana IPO ini dilakukan juga agar dapat mengakses modal dengan asumsi mengumpulkan lebih dari US$500 juta setara Rp8,1 triliun (kurs Rp16.200 per dolar AS) untuk meningkatkan investasi guna ekspansi regional dan pertumbuhan anorganik.

"Kalau pemegang saham melihat bahwa IPO ini adalah cara terbaik, tentunya akan kami lakukan tapi ya kita lihat kalau kami dapat approval akan kami proceed," tuturnya.

Namun, pihaknya terus mempertimbangkan cara-cara terbaik demi mencapai tujuan. Jika tidak dengan IPO, maka rencana tersebut dapat tertunda atau dibatalkan sesuai kesepakatan pemegang saham.

Proyeksi pertumbuhan kinerja Pertamina International Shipping hingga 2034./dok.internal

PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto membeberkan sejumlah peluang dan tantangan yang membayangi industri pelayaran.

Carmelita menjelaskan, salah satu faktor pendukung sektor pelayaran saat ini berasal dari pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Carmelita mengatakan, pembangunan IKN berdampak pada peningkatan muatan, terutama material konstruksi, untuk angkutan pelayaran.

Dia menuturkan, proses konstruksi IKN akan membutuhkan peran sektor pelayaran sebagai sarana transportasi untuk memindahkan material-material yang dibutuhkan. Carmelita juga menyebut, saat ini beberapa perusahaan pelayaran anggota INSA telah merasakan dampak positif pembangunan IKN.

“Jadi, untuk bahan-bahan baku yang ke Kalimantan Timur sejak beberapa tahun belakangan ini bertambah. Saya dengar dari teman-teman INSA, banyak sekali muatan yang ke IKN,” kata Carmelita.

Prospek sektor pelayaran juga didukung oleh kebijakan hilirisasi industri yang terus dilakukan oleh pemerintah. Dia memaparkan hilirisasi yang dilakukan pada 21 komoditas dengan 8 sektor prioritas juga akan meningkatkan muatan kapal di domestik, terutama kapal curah dan angkutan raw material ke lokasi-lokasi smelter.

Baca Juga : Manuver Agresif Pertamina NRE Memacu Transisi Energi 

Selanjutnya, sektor pelayaran juga akan mendapat angin segar pada sektor wisata bahari. Hal tersebut seiring dengan program pemerintah yang mengembangkan 5 destinasi pariwisata super prioritas.

“Tentunya pengembangan wisata bahari ini akan memberikan dampak besar bagi tumbuhnya ekonomi lokal dan juga penyerapan tenaga kerja,” ujar Carmelita.

Di sisi lain, Carmelita juga menyebut ada beberapa tantangan yang membayangi industri pelayaran baik secara global maupun domestik. Dari global, ketegangan geopolitik memunculkan menjadi efek domino yang turut mempengaruhi sektor pelayaran.

Dia menjelaskan, Perang Rusia dan Ukraina menyebabkan proses pengiriman komoditas seperti gandum, jagung, dan lainnya sulit dilakukan. Hal tersebut juga ditambah dengan konflik Palestina dan Israel di kawasan Timur Tengah

Selain itu, ketegangan politik juga menyebar hingga ke Laut Merah, sehingga mengganggu arus perdagangan internasional. Dia menuturkan, kapal-kapal harus menghindar dari rute-rute tersebut. 

Baca Juga : PIS Mengejar Target Reduksi Emisi Karbon 2030 

 “Kapal-kapal harus memutar, kalau memutar itu kan berarti jadi mahal biayanya, bahan bakar kita jadi mahal,” jelasnya.

Sementara itu, dari domestik, faktor stabilitas ekonomi di tahun politik akan mempengaruhi perkembangan industri pelayaran. Di sisi lain, dia menyebut proses pemilihan presiden Indonesia yang berjalan lancar dan damai akan berdampak positif terhadap kestabilan ekonomi nasional.

Di sisi lain, proses transisi kepemimpinan ini juga menimbulkan kekhawatiran berupa potensi perubahan kebijakan-kebijakan, termasuk di sektor pelayaran. 

Seiring dengan hal tersebut, dia berharap pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dapat melanjutkan kebijakan-kebijakan baik yang sudah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Carmelita juga berharap pemerintahan selanjutnya dapat terus melibatkan pelaku usaha dalam merancang sebuah regulasi.

“Kita tahu pemerintah mempunyai kepentingan sendiri, swasta juga mempunyai kepentingan dengan kebijakan yang diinginkan. Jadi. Saya harap bisa saling terbuka dan duduk bersama,” katanya.(Lorenzo Anugrah Mahardhika, Afiffah Rahmah Nurdifa, Rinaldi Azka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.