Diskon PPnBM Mobil Baru Malah Untungkan Pembiayaan Mobil Bekas

Diskon pajak barang mewah atau PPnBM mobil baru ternyata menguntungkan mobil bekas. Simak penjelasannya.

Aziz Rahardyan

5 Sep 2021 - 20.30
A-
A+
Diskon PPnBM Mobil Baru Malah Untungkan Pembiayaan Mobil Bekas

Diskon pajak barang mewah atau PPnBM mobil baru ternyata menguntungkan mobil bekas. (Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Bisnis, JAKARTA— Diskon pajak barang mewah atau PPnBM mobil baru ternyata belum mampu mengangkat kinerja pembiayaan yang menjadi salah satu tulang punggung kinerja industri. Apa ya penyebabnya?

Seperti diketahui, penerapan diskon 100 persen PPnBM mobil baru urung diperpanjang pemerintah. Artinya, masih ada diskon PPnBM mobil baru tetapi dengan bobot yang lebih rendah yakni 25 persen yang berlaku hingga Desember 2021.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juli 2021, dari empat segmen pembiayaan kendaraan, piutang pembiayaan segmen mobil baru mendominasi dengan nilai Rp108,1 triliun atau koreksi 9,94 persen secara tahunan.

Segmen yang seharusnya mendulang berkah dari penerapan insentif tersebut ternyata mengalami realisasi yang cenderung stagnan secara bulanan sejak kebijakan itu berlaku pada Maret 2021. Bahkan pada Juli 2021, realisasinya makin turun sejak Juli 2020 yang mencapai Rp120,83 triliun.

Sementara itu, untuk segmen mobil bekas merupakan segmen yang kontraksinya tak terlalu dalam dibandingkan dengan tiga segmen lainnya. Segmen mobil bekas mencapai Rp55,69 triliun atau turun 3,52 persen secara tahunan. Secara bulanan, kinenrja segmen ini cenderung stagan setelah naik pada April 2021, justru ketika insentif diskon 100 persen PPnBM mobil baru berlaku.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno mengatakan kendati penjualan mobil baru mulai membaik, dampaknya belum terasa ke sektor pembiayaan.

Keterbatasan pasokan menjadi hambatan bagi segmen pembiayaan menikmati dampak penerapan kebijakan ini. Sebagai imbasnya, masyarakat memilih menunda, menunggu hingga kendaraan yang diinginkan tersedia bahkan memilih mobil bekas.

"Keterbatasan supply mobil memang jadi salah satu faktor yang tidak bisa kita prediksi. Jadi kalau saya pribadi, momentum buat multifinance bisa optimal memang kalau PPnBM diperpanjang lagi,” ujarnya belum lama ini.

Faktor lainnya, yaitu kenaikan persentase pembeli mobil baru secara tunai. Apabila dari total penjualan unit tiap tahun sebelumnya hanya berada di kisaran 30 persen, sepanjang 2021 ini telah mencapai 50 sampai 60 persen.

Pembiayaan mobil baru juga mendapat tekanan dari sikap perusahaan yang makin selektif menyalurkan pembiayaan.

"Kalau dari analisis kami juga ada pengaruh karena calon debitur yang disetujui makin sedikit," jelasnya.

Terlepas dari itu, bila pemerintah tak memperpanjang diskon 100 persen PPnBM, ruang bagi pembiayaan mobil bekas makin terbuka.

Selama periode PPnBM pun permintaan kredit untuk kendaraan bekas tak padam. Pasalnya, walaupun diler atau penjual terpaksa menurunkan harga unit, leasing tetap 'ketiban berkahnya' karena segmen debitur di sektor ini risikonya termasuk lebih bisa ditoleransi.

"Beda dengan mobil baru yang walaupun permintaannya banyak, yang bisa kita terima dan masuk [menjadi portofolio] masih sedikit. Sementara mobil bekas punya peminat tersendiri, biasanya mereka juga sudah biasa," katanya, saat dihubungi Bisnis, Minggu (5/9/2021).

Pengamat Otomotif Bebin Djuana membenarkan bahwa buat multifinance mobil bekas memang lebih 'jadi duit' ketimbang mobil baru, karena di era PPnBM, diler dan penjual mobil bekas tentunya lebih senang kalau unitnya terjual melalui pembiayaan.

"PPnBM itu bikin harga unit bekasnya turun. Kalau terjual dengan leasing, ya lumayan, karena bisa dapat komisi untuk bisa sedikit menutup kerugian, walaupun mungkin tidak terlalu signifikan," ungkapnya.

Bebin menilai apabila PPnBM 100 persen tak diperpanjang dan geliat jual-beli mobil bekas mulai bangkit, leasing akan tetap mendapat berkahnya.

Adapun, mobil88 besutan PT Serasi Autoraya anak perusahaan PT Astra International Tbk melihat bahwa buat pelaku kerja sama dengan leasing tentu penting untuk mengakomodasi permintaan konsumen.

"Persentase permintaan kredit selama pandemi ini sekitar 45 persen dari total sales kami,” ungkap Naga Sujady, Presiden Direktur mobil88.

Sebagai salah satu multifinance yang mengandalkan produk kredit mobil bekas, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) paham betul bahwa basis nasabah segmen mobil baru dan bekas memiliki perbedaan.

Nasabah pembiayaan mobil bekas, kebanyakan benar-benar berniat mengincar jenis mobil lawas tertentu yang diminatinya. Hal ini mendorong potensi nasabah leasing kendaraan bekas makin besar, karena mereka tidak terlalu terpengaruh momentum PPnBM, justru mereka merasa senang karena harga mobil bekas incarannya turun.

"Jadi walaupun kami masih selektif di era pandemi ini, banyak nasabah baru yang kami terima, selama memenuhi kriteria pembiayaan dan catatan kredit di tempat lain tidak bermasalah sesuai data di biro kredit," ujar Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.