Dolar AS Lanjutkan Reli, Rupiah Semakin Lesu

Dolar AS menguat seiring meningkatnya data penjualan ritel dan produksi industri.

Mutiara Nabila & Farid Firdaus

17 Nov 2021 - 11.51
A-
A+
Dolar AS Lanjutkan Reli, Rupiah Semakin Lesu

Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis - Abdullah Azzam

Bisnis, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terus tertekan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu dipicu data ritel AS yang meningkat, sedangkan sentimen dari dalam negeri masih minim.

Berdasarkan pantauan Bisnis, nilai tukar rupiah hingga Rabu (17/11/2021) masih terkoreksi. Pada pukul 11.15 WIB, rupiah terpantau turun 0,32 persen atau 46 poin ke Rp14.266 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar AS menguat 0,19 persen atau 0,18 poin ke 96,10.

Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, investor saat ini mencerna data penjualan ritel AS untuk mengukur langkah selanjutnya dari kenaikan suku bunga The Federal Reserve AS. Sementara dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan pasar sedang menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada Kamis (18/11/2021).

“BI diperkirakan akan menahan suku bunga hingga akhir tahun depan, dan tetap memperhatikan arah kebijakan moneter bank sentral AS,” tulisnya dalam riset harian.

Sejak pandemi Covid-19 melanda, BI sudah memangkas suku bunga sebesar 150 basis poin menjadi 3,5 persen yang merupakan rekor terendah dalam sejarah. Adapun untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi, ditutup menguat di rentang Rp14.180-Rp14.220.

Di sisi lain, dolar AS naik ke level tertinggi 16 bulan pada akhir perdagangan Selasa (16/11/2021) waktu setempat. Hal itu membawa tekanan terhadap mata uang utama dunia. Seperti euro yang merosot di tengah kekhawatiran pertumbuhan dan lonjakan kasus Covid-19 di Eropa.

Mengutip Antara, Rabu (17/11/2021), kenaikan dolar AS dipicu rilis data penjualan ritel di Negeri Paman Sam itu yang mencapai 1,7 persen pada Oktober, melampaui ekspektasi konsensus yang memprediksi 1,4 persen. Ini karena orang Amerika memulai belanja liburan mereka lebih awal untuk menghindari rak kosong di tengah kekurangan beberapa barang karena pandemi yang sedang berlangsung menekan rantai pasokan.

Hal itu mendorong dolar AS melanjutkan reli sejak data inflasi AS pekan lalu menunjukkan harga-harga konsumen melonjak ke tingkat tertinggi sejak 1990. Hal itu memicu spekulasi bahwa Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan.

"Jika Anda melihat pasar AS, ada lebih banyak spekulasi, setidaknya dalam perkiraan harga pasar tersirat, bahwa suku bunga akan naik lebih dari satu kali tahun depan. Setelah laporan IHK AS minggu lalu, bendungan baru saja jebol dan dolar serta kompleks valas pasti ikut bergerak," kata Mazen Issa, ahli strategi valas senior di TD Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.