Dolar AS Melemah, Rupiah Bakal Terus Perkasa?

Pergerakan rupiah pada Kamis (21/10/2021) bakal dipengaruhi oleh sentimen dari AS, terutama imbal hasil obligasi dan harga komoditas.

Farid Firdaus & Aprianto Cahyo

20 Okt 2021 - 11.15
A-
A+
Dolar AS Melemah, Rupiah Bakal Terus Perkasa?

Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis - Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada akhir perdagangan Selasa (19/10/2021) waktu setempat. Itu lantaran imbal hasil obligasi pemerintah AS naik lebih rendah dari sebelumnya.

Mengutip Antara, Rabu (20/10/2021), greenback sempat mencapai level tertinggi satu tahun terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada pekan lalu karena imbal hasil obligasi pemerintah melonjak. Investor juga bertaruh Federal Reserve mungkin perlu menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang sangat tinggi.

Meski begitu, dolar AS melemah karena faktor teknis yang dilatarbelakangi langkah investor menurunkan long position (posisi beli). Pergerakan suku bunga hampir tidak menjelaskan sejauh mana penurunan dolar AS.

“Sebaliknya, tampaknya likuidasi jangka panjang dolar AS telah meningkat menjadi meninggalkan posisi yang lebih luas, memicu pembalikan teknis dalam dolar AS secara umum,” kata analis di Scotiabank dalam sebuah laporan. 

Dolar juga merosot setelah data menunjukkan bahwa pembangunan rumah AS secara tak terduga turun pada September 2021 dan izin mendirikan bangunan jatuh ke level terendah satu tahun. Hal itu terjadi di tengah kekurangan bahan baku dan tenaga kerja yang akut, mendukung ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi melambat tajam pada kuartal ketiga.

Presiden the Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan pada Selasa (19/10/2021) bahwa kekurangan tenaga kerja AS dapat bertahan lebih lama dari pandemi virus corona dan membatasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Kecuali negara itu memiliki kebijakan pendidikan, kesehatan, dan pengasuhan anak yang lebih baik untuk meningkatkan jumlah orang yang mau dan mampu bekerja.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya terakhir turun 0,22% di 93,73, setelah sebelumnya turun ke 93,50, terendah sejak 28 September. Euro naik 0,25% menjadi US$1,1640.

Mata uang, termasuk sterling dan dolar Selandia Baru, diuntungkan dari meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga. Pound Inggris naik 0,51% menjadi US$1,3798 karena pasar uang menilai secara kumulatif 35 basis poin dalam kenaikan suku bunga pada akhir tahun.

Dolar Selandia Baru melonjak 1,14% menjadi US$0,7159 setelah data pada Senin (18/10/2021) menunjukkan inflasi harga konsumen tercepat dalam lebih dari satu dekade. Dolar Aussie naik menjadi US$0,7485, tertinggi sejak 15 Juli, mengabaikan risalah dovish dari pertemuan terakhir bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia).

Yuan mencapai level tertinggi empat bulan karena kekhawatiran tentang penularan dari masalah utang raksasa properti China Evergrande surut dan beberapa rekan-rekannya melakukan pembayaran kupon obligasi. Para pembuat kebijakan mengatakan akhir pekan lalu situasinya dapat dikendalikan.

Yuan di pasar luar negeri menguat hingga 6,3674 per dolar, terkuat sejak 1 Juni. Bitcoin naik menjadi US$63.789 karena ETF (exchange traded fund) Bitcoin berjangka pertama mulai diperdagangkan, tertinggi sejak April ketika mencapai rekor tertinggi US$64.895.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah pada hari kemarin, Selasa (19/10/2021), ditutup menguat 0,24% atau 34  poin ke posisi Rp14.076 per dolar AS.  Vice President Economist Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan penurunan imbal hasil US Treasury tersebut dipengaruhi oleh data produksi industri yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Dia menyampaikan, data Industrial Production Amerika Serikat tercatat sebesar -1,3%, di mana angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar -0,1%.  Menurut Josua, rilis data tersebut mendorong penurunan ekspektasi inflasi AS, yang kemudian mendorong penurunan tren yield US Treasury.  

Sementara itu, pada hari Kamis (21/10/2021) mendatang, Josua mengungkapkan pergerakan rupiah akan didominasi oleh sentimen inflasi AS, terutama dari sisi harga komoditas global. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.