Efek Limpahan Gagal Bayar Developer Evergrande Terkendali

Krisis utang developer properti Evergrande Group masih membayangi pebisnis China. perusahaan properti menghadapi masalah default utang karena manajemen yang buruk dan kegagalan untuk menyesuaikan operasi mereka dengan perubahan pasar.

M. Syahran W. Lubis & Nindya Nabila

25 Okt 2021 - 20.17
A-
A+
Efek Limpahan Gagal Bayar Developer Evergrande Terkendali

Kantor Evergrande di Hong Kong dalam foto file pada Maret 2018./Reuters

Bisnis, JAKARTA – Efek limpahan dari risiko gagal bayar perusahaan real estat China terhadap industri keuangan umumnya dapat dikendalikan, media pemerintah mengatakan pada Senin (25/10/2021) di tengah kekhawatiran terus membayangi krisis utang developer properti China Evergrande Group.

Komentar itu diterbitkan dalam pertanyaan dan jawaban Xinhua tentang ekonomi China, di mana kantor berita itu mengatakan telah mewawancarai "departemen terkait" dan "orang-orang berwibawa".

Artikel itu tidak secara langsung menyebut Evergrande, tetapi mengatakan perusahaan properti menghadapi masalah default utang karena manajemen yang buruk dan kegagalan untuk menyesuaikan operasi mereka dengan perubahan pasar.

"Harus dipahami bahwa akan ada petunjuk jika sebuah properti kemungkinan besar akan gagal membayar utangnya, sehingga risiko limpahan ke industri keuangan dapat diprediksi," kata Xinhua yang dikutip The Business Times.

Artikel itu juga mengatakan negara tersebut akan terus memajukan reformasi perpajakan real estat.

Evergrande, yang berada dalam krisis dengan kewajiban lebih dari US$300 miliar, pekan lalu mampu menghindari default dengan pembayaran kupon obligasi sebesar US$83,5 juta pada menit-menit terakhir.

Pada Minggu (25/10/2021), perusahaan properti tersebut mulai melanjutkan pekerjaan di lebih dari 10 proyek di enam kota termasuk Shenzhen.

Krisis Evergrande bergema di sektor properti China senilai US$5 triliun, yang menyumbang seperempat dari ekonomi, dengan serangkaian pengumuman default, penurunan peringkat dan merosotnya obligasi korporasi.

Krisis utangnya juga diawasi secara luas oleh pasar keuangan global yang khawatir tentang penularan yang lebih luas.

SAHAM EVERGRANDE NAIK

Evergrande pekan lalu mengumumkan bahwa mereka akan memngalihkn bisnis inti dari properti ke kendaraan listrik dan energi terbarukan. Pengumuman itu membuat nilai saham perusahaan tersebut di bursa Hong Kong naik.

Dilansir Bloomberg pada Senin (25/10/2021), saham China Evergrande New Energy Vehicle Group Ltd, (Evergrande NEV) melonjak 17% pada Senin pagi, menjadi yang tertinggi dalam 3 pekan terakhir.

Saham Evergrande naik 6% sebelum terpangkas menjadi 1,9% pada 10:38 waktu setempat. Securities Times melaporkan pada Jumat bahwa pendiri Evergrande Hui Ka Yan mengatakan dia berencana mengurangi operasi usaha real estatnya dan mengalihkannya pada kendaraan energi terbarukan.

Peralihan ini akan menjadi tantangan bagi Evergrande yang saat ini sama sekali belum mencatatkan penjualan satu unit pun, meski Hui berambisi bersaing dengan Tesla Inc.

Kendaraan listrik pertamanya, Hengchi, rencananya dikirim dari pabrik di Tianjin pada awal tahun depan, berdasarkan situs resmi Evergrande pada 11 Oktober 2021.

Pada saat yang sama, Evergrande masih dihadapkan dengan krisis kas yang memaksanya untuk menjual saham unit bisnisnya termasuk Evergrande NEV.

Analis Bloomberg Intelligence Lisa Zhou mengatakan kelanjutan proyek menjadi tanda bahwa perusahaan sedang berupaya untuk meredakan kekhawatiran investor. Evergrande NEV masih diperdagangkan sekitar 94% pada puncak yang terjadi pada Februari.

"Kesulitan likuiditas masih membayangi, yang diikuti dengan melepas investasi properti dan saham anak perusahaan yang terdaftar, meskipun mereka punya rencana untuk mengurangi operasi real estatnya dengan mengambil jeda 10 tahun dari pembelian tanah," tutur Lisa.

Perusahaan itu bulan lalu mendapat peringatan terkait dengan kekurangan dana yang serius dan tidak ada jaminan mereka dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Kekurangan likuiditas yang terjadi berarti perusahaan berhenti membayar biaya operasionalnya dan beberapa pemasoknya telah berpaling.

Securities Times melaporkan bahwa Hui mengatakan dalam pertemuan internal bahwa Evergrande tidak akan membeli tanah baru dalam 10 tahun ke depan. Menurutnya, penjualan real estat akan turun menjadi sekitar 200 miliar yuan (US$31 miliar) dalam satu dekade ke depan dari 700 miliar yuan pada 2020.

Saat ini, perusahaan mengerjakan konstruksi lebih dari 40 proyek di Provinsi Guangdong dan hunian akan segera jadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.