Ekonomi Bergulat dengan Konsumsi

Konsumsi rumah tangga, penyumbang 60 persen ekonomi Indonesia, merosot 2,23 persen (yoy). Konsumsi makanan dan minuman selain restoran, pakaian dan alas kaki, transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel, terkontraksi.

5 Mei 2021 - 13.03
A-
A+
Ekonomi Bergulat dengan Konsumsi

Gedung-gedung bertingkat dan permukiman padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA – Ekonomi Indonesia terkontraksi lebih dalam dari ekspektasi pasar pada kuartal I/2021 karena serentetan program stimulus yang digelontorkan belum cukup memulihkan permintaan domestik.

Badan Pusat Statistik mengumumkan produk domestik bruto Januari-Maret turun 0,74 persen (year on year), lebih buruk dari perkiraan median -0,65 persen dalam survei ekonom Bloomberg. Secara kuartalan, PDB juga menyusut 0,96 persen dari realisasi kuartal IV/2020. Angka ini juga lebih buruk dari perkiraan ekonom 0,85 persen.

Konsumsi rumah tangga, penyumbang 60 persen ekonomi Indonesia, merosot 2,23 persen (yoy). Konsumsi makanan dan minuman selain restoran, pakaian dan alas kaki, transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel, terkontraksi.  

“Yang masih mengalami kontraksi cukup dalam adalah transportasi dan komunikasi, satu lagi adalah restoran dan hotel,” kata Kepala BPS Suhariyanto, Senin (5/5/2021).

Hingga 16 April, pemerintah telah merealisasikan program pemulihan ekonomi nasional Rp134,07 triliun atau 19,2 persen dari total anggaran Rp 699,43 triliun.

Di antara realisasi itu, anggaran perlindungan sosial yang telah disalurkan Rp47,92 triliun atau 32 persen dari total anggaran Rp150,99 triliun. Anggaran ini dialokasikan untuk program keluarga harapan (PKH) untuk 9,7 juta keluarga penerima manfaat (KPM), kartu sembako bagi 15,93 juta KPM, bansos tunai untuk 9,59 juta KPM, bantuan langsung tunai (BLT) desa untuk 2,45 juta KPM, kartu prakerja bagi 2,4 juta orang, serta bantuan kuota internet untuk 26,99 juta peserta dan tenaga didik.

Namun, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Maret tercatat 93,4, masih di bawah 100 atau di area pesimistis di tengah kebangkitan aktivitas pabrik yang tecermin dalam ekspansi purchasing managers’ index (PMI). Indeks penjualan riil yang menggambarkan penjualan ritel juga masih terkontraksi 2,7 persen pada Februari. Keduanya merupakan proksi konsumsi masyarakat.

Inflasi hingga April pun masih lemah, yakni 0,13 persen (month to month) dan 1,42 persen (yoy), meskipun di tengah Ramadan yang biasanya mengakselerasi indeks harga konsumen.

“Sampai kita mengembalikan kepercayaan konsumen yang akan menghidupkan kembali permintaan, akan ada risiko [pertumbuhan ekonomi] ke bawah,” kata ekonom PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, dikutip Bloomberg.  

Ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp Wellian Wiranto berpendapat kebangkitan virus pada awal tahun mengurangi konsumsi.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau atau naik 0,2 persen ke posisi 5.975 setelah data PDB diumumkan. Rupiah ditutup sedikit melemah 0,03 persen menjadi Rp14.435 per dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, investasi langsung dan perdagangan berhasil mengerem kontraksi lebih dalam. Secara tahunan, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 0,23 persen, ekspor melompat 6,74 persen, dan impor naik 5,27 persen. Konsumsi pemerintah juga menguat 2,96 persen.

TIDAK MERATA

BPS juga melaporkan pertumbuhan ekonomi tidak merata di setiap provinsi. Sepuluh provinsi berhasil tumbuh, sedangkan yang lain masih terkontraksi.

“Sektor yang sangat bergantung pada mobilitas publik, seperti transportasi dan akomodasi, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk bangkit.” kata Suhariyanto.

Bali dan Nusa Tenggara, misalnya, masih terkontraksi dalam, yakni 5,16 persen.

Namun, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kinerja ekonomi pada kuartal I/2021 mengindikasikan tren pemulihan yang solid dan optimisme ekonomi pascapandemi.

“Angka penambahan kasus positif Covid-19 harus dijaga terus menurun dan pelaksanaan program PEN terus diperkuat dan semakin terarah untuk mendukung dunia usaha dalam menciptakan lapangan pekerjaan,” katanya dalam siaran pers.

Febrio menjelaskan kewaspadaan dan langkah antisipatif harus dijaga mengingat pandemi belum sepenuhnya usai. Kasus di India yang mencatat rekor tertinggi hingga mencapai 400.000 kasus per hari harus menjadi pelajaran. Pembukaan aktivitas ekonomi perlu dilaksanakan secara lebih hati-hati dan memperhatikan disiplin protokol kesehatan.

Ke depan, penyaluran PEN akan terus dipercepat guna mendorong kinerja perekonomian kembali ke zona positif. Di sisi lain, reformasi struktural terus diperkuat sehingga diharapkan proses pemulihan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan kapasitas produksi nasional dalam jangka menengah-panjang.

Pemerintah mempertahankan prospek pertumbuhan PDB 4,5% -5,3% tahun ini. Ramadan dan Idulfitri pada April-Mei diharapkan mengerek naik pertumbuhan ekonomi 6,9 persen hingga 7,8 persen pada kuartal II/2021.

Sementara itu, Welian berpendapat Bank Indonesia kemungkinan akan terus mempertahankan kebijakan suku bunga acuan dan mendorong transmisi yang lebih lancar berupa penurunan suku bunga oleh perbankan.

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar