Bisnis, JAKARTA — Inflasi, kenaikan suku bunga acuan, hingga peningkatan yield pasar surat utang bakal menjadikan upaya emiten dalam berekspansi pada sisa tahun ini penuh tantangan. Di tengah kondisi itu, agresivitas emiten dalam menggelontorkan belanja modalnya kemungkinan akan menyusut.
Pada paruh pertama tahun ini hingga awal paruh kedua ini, sejumlah emiten tampaknya sudah cukup agresif dalam membelanjakan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) mereka. Langkah ini tentu saja beralasan, sebab Indonesia sejatinya ada di jalur pemulihan pascapandemi.
Kendati pandemi memang belum benar-benar berakhir, dampaknya sudah jauh berkurang. Kekebalan komunal sudah terbentuk, seiring dengan upaya vaksinasi yang masif. Di sisi lain, pembatasan mobilitas pun tak lagi seketat sebelumnya.
Bersamaan dengan itu, ekonomi global pun serempak bangkit, sehingga tingkat permintaan mendadak meningkat. Hal ini menguntungkan Indonesia yang merupakan salah satu negara pemasok komoditas utama dunia, khususnya sawit dan batu bara. Multiplier effect hal ini besar terhadap ekonomi Indonesia.